Akibat Pernikahan Dini - Bab 123 Kejamnya (2)

Yesi dibuat kaget oleh telepon dari Herlina kemarin. Dengan segera ia datang ke rumah sakit dan menemukan Kirana yang terbaring pucat di atas ranjang.

Herlina menggelengkan kepala pelan, "Tidak tahu, seharusnya ia sudah bangun saat ini ..."

Herlina menghela napas, dalam hati ia memarahi kakaknya, sebenarnya apa yang terjadi diantara kakaknya dan Kirana ini!

Kirana tak disangka menjadi seperti ini, setelah kemarin malam kakaknya menelpon, ia menemukan kakaknya bermuka masam.

"Apa perlu memberitahu orangtua Kirana ..." mata Yesi mengandung sedikit kebingungan, Herlina juga bingung, teringat pada pesan kakaknya kemarin, ia kemudian menggelengkan kepala, "Lebih baik jangan, jika orangtuanya sampai tahu, pasti akan khawatir! Kita tunggu sampai kak Kirana bangun baru bertanya padanya bagaimana?"

"Hm, baiklah ..." Yesi menghela napas ringan, melihat wajah Kirana yang pucat nyaris transparan itu, hati Yesi terasa sakit.

Helbert dan Kirana, mereka sebenarnya ada masalah apa ....

"Kirana, kenapa bisa menjadi seperti ini?" tanya Yesi dengan sedikit nada marah, pasti Helbert si brengsek itu menyakiti Kirana lagi!

Yesi mengepalkan tangan dengan kencang, sedangkan Herlina sedikit canggung, batuk sekali kemudian berkata, "Ini ... Aku juga tidak terlalu jelas ...."

Dia benar-benar tidak tahu, karena raut wajah kakaknya sungguh mengerikan, kakaknya juga tidak memberi tahu dirinya apa yang telah terjadi.

Setelah memesannya untuk menjaga kak Kirana, kakaknya hanya menatap kak Kirana sebentar, kemudian pergi dengan wajah dingin.

Awalnya, dokter berkata bahwa Kirana demam lebih dari 40 derajat, membuat Herlina terkejut, pandangan matanya beralih kepada kakaknya, dan melihat wajah kakaknya langsung menjadi mendung.

Terlihat kabut dimata Helbert dan beberapa emosi rumit yang tidak Herlina mengerti!

Tepat di saat ini, bulu mata dari Kirana yang terbaring di atas tempat tidur terlihat sedikit bergetar. Yesi memandangi Kirana yang perlahan-lahan sadar dengan terkejut.

Kirana merasa tenggorokannya sakit parah, kepala juga terasa bengkak tidak nyaman, keseluruhan badan terasa sakit semua.

Perasaan ini membuatnya ingin pingsan lagi! Benaknya berbutar potongan-potongan memori yang 'takkan terlupakan'.

Tangan Kirana terkepal menjadi tinju, tetapi dia tidak menyadari bahwa tangannya sedang diinfus dan sakit yang menusuk membuatnya mengerutkan alis lagi.

"Kirana ..."

"Kak Kirana ..."

Terdengar dua suara dengan nada yang mengkhawatirkan, Kirana hanya tahu bahwa dia berada di rumah sakit. Dia menoleh dan menemukan Yesi serta Herlina sedang memandangnya dengan terkejut dan khawatir.

"Di mana yang tidak nyaman?" Yesi duduk dengan lembut di tempat tidurnya dan menyentuh dahinya, masih agak panas, tetapi dibandingkan dengan tadi malam, keadaannya jauh lebih baik hari ini.

"Kak Kirana, apakah ingin makan sesuatu?"

Melihat Yesi dan Herlina begitu ketakutan, Kirana tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Apa yang terjadi denganmu? Kenapa bisa menjadi seperti ini?" Yesi bertanya dengan bingung dan Herlina mengangguk, menyatakan bahwa dia juga ingin tahu.

Kirana menggelengkan kepalanya, dengan suara serak dia menjawab, "Tidak apa-apa, hanya tidak sengaja kehujanan, masuk angin saja."

Yesi dan Herlina saling memandang dengan pandangan curiga, "Tapi, kak Kirana, kemarin ... Tidak hujan ..."

Herlina menjelaskannya dengan pelan-pelan, tapi dia melihat Kirana tanpa ekspresi dan melanjutkan, "Oh, benarkah? Kalau begitu aku yang salah ingat, kepalaku masih bingung ..."

Tepat di luar pintu, Helbert, yang bersiap untuk mendorong pintu, tangannya menjadi tertahan. Dari celah pintu, dia melihat wajah pucat Kirana yang lemah. Wajahnya yang kelam sedikit bersinar.

Dia tidak tahu mengapa, dia bisa menjadi sangat marah, tetapi dia tidak tahu mengapa begitu dia tahu bahwa Kirana berada dalam bahaya. Tanpa pikir panjang dia akan segera datang untuk menyelamatkannya!

Helbert tidak bisa membaca dirinya sendiri, mengapa begitu seperti itu padanya! Setelah melihat penampilan Kirana sekarang, hatinya berdetak kencang, dia ... Bahkan menyalahkan diri sendiri dan bersedih hati ....

Ya, bersedih hati! Ketika dia tahu dia bisa mempunyai perasaan itu untuk Kirana, hatinya bukan hanya merasa tidak senang, tetapi menjadi lebih kecewa dan jijik!

Dia benci mempunyai perasaan itu! Tangan Helbert yang berada di gagang pintu segera dilepaskan dengan kasar, berbalik dan pergi dengan wajah dingin.

"Ini ..." Melihat bahwa Kirana jelas tidak ingin mengatakannya, Yesi dan Herlina saling berpandangan dan menghela nafas pelan.

"Kamu harus istirahat dulu, kita di luar, dan jika butuh sesuatu, panggil kita."

Yesi dan Herlina menatap Kirana tetapi Kirana tidak melirik mereka. Setelah menghela nafas, keduanya meninggalkan ruangan dengan pelan.

Yesi menatap pintu yang setengah tertutup dan mengerutkan kening. Dia ingat pintu itu tertutup! Apakah dia salah lihat?

Setelah ruangan kembali sunyi, kepala Kirana menjadi berantakan dan jantungnya tidak nyaman, segera beralih menjadi luka dalam.

Dia benci! Benci para lelaki itu! Bahkan yang sifatnya tidak buruk, yang pernah menyelamatkannya, Fedrick, juga datang untuk memperalatnya!

Ah ... Haha ....

Mulut Kirana sedikit menunjukkan sikap mencela, tidak tahu apakah mencela orang lain atau menertawakan diri sendiri.

Kenapa ... Kenapa semua orang harus memperlakukannya seperti ini! Dia tidak ingin diperdaya seperti ini! Kenapa dia masih tidak bersedia melepaskanku!!!

Mata Kirana tiba-tiba memancarkan kegelapan, jika kalian begitu suka bermain, baiklah, aku akan meladeni!!

"Tuan Helbert ..."

Dalam ruangan yang sedikit mewah, seorang pria berpakaian hitam membungkukan badan kepada Helbert yang sedang memejamkan mata pelan.

Mata dingin itu perlahan terbuka, dari sana terpancar keredupan. Helbert seperti tidak merasa adanya keberadaan orang lain dalam ruangan itu.

Ia hanya menatap pada aquarium yang terletak di atas kabinet, melihat dua ekor ikan yang berenang bebas di dalamnya. Seperti telah berlalu satu abad, Helbert baru pelan-pelan bersuara dengan suaranya yang berat.

"Bagaimana."

"Sudah ditemukan, Fedrick hanya ingin mengajak nona Kirana makan, menggunakannya untuk memaksamu datang, namun yang tidak disangka adalah, nona Kirana ditahan oleh nona Vina, selanjutnya ... Nona Kirana diberi obat tidur ... Lalu kejadian selanjutnya ... Tuan Helbert seharusnya sudah tahu ..."

Setelah pria berpakaian hitam itu selesai berkata, mata Helbert menyipit berbahaya, "Vina Zhou?"

"Betul!"

"Keluarlah ..."

"Baik!"

Setelah pria berbaju hitam menghilang di balik pintu, Helbert tertawa dingin dan kejam, Vina Zhou ....

Dia pernah bertemu wanita yang ingin mati, namun belum pernah bertemu, wanita yang ingin begitu cepat mati! Fedrick, bersiaplah menerima balasanku!

Dengan begitu, sudah saatnya untuk menerima kemarahanku ...

Wajah Helbert muncul senyuman kejam seperti yang berasal dari neraka, sisi samping wajahnya menggambarkan kekejaman daripada iblis!

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu