Akibat Pernikahan Dini - Bab 20 Kesulitan
Setelah Kirana memberikan tatapan yang penuh arti kepada ibunya, Kirana langsung buru-buru keluar. Ayah Kirana dan Daniel tidak memperhatikan mereka. Ibu Kirana perlahan-lahan baru teringat ucapan Kirana yang sebelumnya.
Ibu Kirana menghembuskan napas. Sekarang terserah padanya...
Kirana baru saja sampai di depan kantor Helbert. Mungkin karena sensor pintu yang biasa atau kebetulan, pintu ruangan kantornya tiba-tiba terbuka. Wajah Helbert masih tanpa ekspresi. Dengan tatapan dinginnya Helbert menatap Kirana dari atas sampai bawah. Asisten Leo yang berada di samping Helbert memberikan isyarat kepada Kirana.
Leo terbatuk pelan beberapa kali. Dari meja Helbert, dia mengambil setumpuk dokumen.
'Bruk!'
Setumpuk dokumen diletakkan ke meja kantor Leo.
Mata dingin Helbert menatap sekilas dokumen-dokumen yang menumpuk seperti gunung di atas meja , lalu memiringkan kepalanya sambil kedua alisnya berkerut, lalu berkata: "Setelah itu, ini adalah tempatmu bekerja. Dokumen-dokumen ini belum dikerjakan, jika belum selesai jangan berpikir bisa selesai bekerja!"
Kirana memandang setumpuk dokumen itu. Matanya tiba-tiba membesar. Betapa banyaknya dokumen itu!
Kirana menatap Helbert yang masih tanpa ekspresi. Orang ini dikirim oleh Tuhan untuk mempermainkannya, kan?!
"Banyak sekali. Kamu mempermainkan aku, ya?! Dalam waktu singkat begitu banyak dokumen, sampai sore aku pasti tidak bisa selesai mengerjakannya. Lagipula aku juga tidak bisa mengerjakan dokumen-dokumen ini! Aku baru saja mulai bekerja!"
Helbert membuang senyum dingin kepada Kirana. Kedua tangannya dilipat ke depan dadanya sambil bersandar pada sisi pintu kantor, lalu berkata: "Itu adalah masalah kemampuanmu. Kantor kami tidak memelihara seorang pemalas. Ingat, dalam hari ini, harus selesai!"
"Kau!" Tanpa menunggu bantahan kedua dari Kirana, Helbert menatap Kirana dingin ditambah dengan tatapan mengejek, lalu dengan kaki panjangnya melangkah keluar dan menutup pintu.
Kirana benar-benar terasingkan. Tatapannya seperti ingin memakan orang...
Kirana meremas kedua tangannya kesal. Paksaan orang ini pasti sengaja! Awalnya Kirana mengira pria itu tidak tahu malu, sekarang dia merasa bahwa di tubuh orang itu ada seorang iblis! Kirana menatap dengan penuh kekesalan ke arah pintu yang tertutup. Setelah dia berulang-ulang kali menarik napas dalam-dalam, tekanan di dalam tubuhnya semakin ingin meledakkan amarah.
Pemandangan ini membuat beberapa karyawan dari tempat kerjanya memanjangkan lehernya ingin tahu. Pasti menarik....
Awalnya para karyawan bepikir bagaimana gadis ini bisa bebas masuk ke ruangan presiden direktur, lalu juga bisa mendapatkan tatapan penuh hormat dari Asisten Leo. Pasti bukan orang biasa dan juga gadis itu menempati posisi tinggi di hati Helbert.
Tetapi hari ini melihat situasinya. Bagaimana bisa gadis itu menjadi sekretaris Direktur Helbert. Di hari pertama bekerja saja sudah dipersulit oleh direktur Helbert, diberikan setumpuk dokumen. Mereka saja tidak bisa menyelesaikannya dalam waktu seminggu...
Di saat yang bersamaan hati para karyawan menjadi curiga dan heran. Gadis ini katanya memiliki tempat spesial di hati direktur Helbert. Tapi melihatnya yang seperti ini, pasti gadis itu tidak ada tempat di hati direktur Helbert. Tetapi bisa semudah itu menjadi sekretaris direktur Helbert itu agak....
Kedua orang itu sebenarnya memiliki hubungan seperti apa...
"Semuanya ingin lembur bekerja ya? Kembali bekerja! Jika tidak ingin bekerja langsung bicara denganku!" Asisten Leo mengomeli sekumpulan orang yang sedang menyaksikan pemandangan menarik itu.
Suara Asisten Leo sangat tegas. Baru selesai bicara, sekumpulan penggosip langsung cepat-cepat menurunkan kepalanya, kembali bekerja.
Satu persatu karyawan terlihat serius bekerja. Setelah Asisten Leo mengawasi mereka dengan teliti, Asisten Leo membalikkan kepalanya tersenyum kepada Kirana lalu dengan suara pelan berkata: "Nona Kirana juga jangan merasa kesulitan. Di atas mejaku ada sebuah catatan, isinya adalah cara bagaimana membedakan dokumen-dokumen ini dan mengingatnya untuk diletakkan di kolom. Anda bisa memindahkannya berdasarkan catatan ini. Hanya saja ada sedikit yang harus diperbaiki. Anda perbaiki dulu. Aku masih ada urusan, aku pergi dulu."
"Terima kasih." Kirana berterima kasih dengan menganggukan kepalanya ke arah Asisten Leo. Asisten Leo cepat-cepat mengibaskan tangannya, "Tidak perlu berterima kasih. Aku pergi dulu."
Senyum mengembang di wajah Kirana. Setelah mengangguk ke Asisten Leo, Kirana memutar tubuhnya dan berjalan pergi. Ketika melewati kumpulan karyawan, Kirana menatap mereka dengan sinis. Karyawan itu langsung menundukkan kepalanya serendah-rendahnya, langsung bersikap serius bekerja.
Setelah menunggu Asisten Leo pergi, para karyawan memasang muka masam ke bayangan pergi Asisten Leo lalu kembali meninggikan leher mereka untuk melihat bagaimana gadis malang itu mengerjakan pekerjaannya, tapi yang mereka lihat malah Kirana yang duduk kembali ke kursi kerjanya dengan memasang wajah berkerut serius membaca tumpukan dokumen tersebut.
Melihat tidak ada hal yang menarik untuk ditonton, kumpulan karyawan itu kembali ke pekerjaan mereka.
Alis Kirana berkerut membaca dengan teliti satu persatu dokumen itu. Ketika melihat baris per baris yang dia ketahui, tetapi dia tidak mengetahui nama dokumen standar dagang itu, hati Kirana menjadi anjlok....
Kirana menampar pipinya pelan. Berucap pada dirinya sendiri, "Kirana, kamu bisa! Semangat!"
Kirana kembali mengambil dokumen catatan yang tadi dibicarakan oleh Asisten Leo. Alisnya mengkerut. Dirinya bekerja keras untuk membaca semuanya. Karena ini pertama kalinya dia bersentuhan dengan dokumen-dokumen ini, Kirana linglung dan membuang waktu hampir setengah hari, baru ia selesai membaca kira-kira isi dokumen tersebut.
Setelah hatinya mengerti inti dari dokumen draf tersebut, Kirana tahu harus bagaimana mengerjakan dokumen ini. Sambil mengambil pensil mulai mencoret-coret, sambil ia dengan cepat menganalisis satu persatu tumpukan dokumen yang seperti gunung.
Waktu sedikit demi sedikit berlalu. Jika bukan karena ponsel di kantong Kirana yang berbunyi, Kirana tidak akan tahu sudah berapa lama ia bekerja.
Kirana mengangkat lehernya yang sedari tadi kaku, pelan-pelan mengusapnya, matanya agak pusing. Sembari Kirana mengambil ponsel dari kantongnya untuk mengangkat telepon, sembari dia mengusap-usap matanya yang terasa kabur.
Matanya melihat seluruh ruangan kantor, sunyi dan juga agak suram. Hanya tersisa lampu meja kerjanya yang masih menyala.
"Kirana, sudah larut malam. Apakah kamu masih belum.. uhuk.. pulang kerja...?" Begitu bicara Ibu Kirana baru menyadari dirinya keceplosan, langsung buru-buru merendahkan suaranya.
Kirana mengusap pelipisnya lelah, lalu mengangkat tangannya untuk melihat jam tangan. Alis Kirana berkerut, ternyata sudah hampir jam 7 malam!
Kirana kembali melihat draf dokumen yang baru setengah dia selesaikan. Kirana menelan ludahnya lalu berbohong: "Belum. Bu, kalian tidak usah menungguku. Aku sedang menemani Yesi jalan-jalan di luar. Gadis ini menarikku untuk menemaninya membeli baju. Kamu tahukan, tatapan matanya sangat tajam..."
"Gadis ini, jangan banyak bicara!" Ibu Kirana tidak tahan untuk tak mengomelinya.
Kirana tertawa bodoh, "Bu, malam ini aku tidur di rumah Yesi. Jangan khawatir, ya. Baiklah, ku tutup teleponnya. Yesi sudah mendesakku, dah!"
"Duh... Kirana." Belum selesai ibunya bicara, Kirana sudah langsung menutup telponnya. Ibu Kirana menggeleng pasrah. Gadis ini, bukan pertama kalinya dia seperti ini.
Ayah Kirana sedang membaca koran dengan memakai kacamata tuanya. Melihat ekspresi mata ibu Kirana, dengan suara pelan ayah Kirana bertanya: "Bagaimana?"
Mata ibu Kirana berkedip cepat, lalu tersenyum: "Anak itu bukan anak gadis kesayanganmu. Dia masih membawa-bawa Yesi untuk ikut gila..."
"Ck ck ck.. seperti bicara dia bukan anakmu ya..." Ayah Kirana mengibas-ngibaskan korannya, sudah tidak melihat ke arah istrinya. Seluruh perhatiannya tertuju pada koran.
Ibu Kirana menatapnya sekilas, lalu memutar tubuhnya naik ke lantai atas.
Di luar sana, Kirana yang baru menutup teleponnya, diam-diam menghembuskan napas lega. Tiba-tiba di hatinya muncul perasaan sedih yang aneh. Melihat sekilas setengah tumpukan dokumen tersebut, Kirana kembali melihat sekitarnya yang sunyi sampai dia bisa merasakan napasnya sendiri. Begitu melelahkan, uang lemburnya juga belum dapat....
Kirana meletakkan ponselnya dan kembali masuk ke 'pertarungannya' dengan draf dokumen....
Kelihatannya seperti kembali lagi ke hari-hari penuh kerja keras saat di SMA tahun ketiga. Bahkan saat itu dirinya tidak benar-benar serius belajar.
Tapi dia juga dipaksa oleh ibunya untuk menatap tumpukan buku yang bahkan tingginya lebih dari dirinya....
Tapi setiap hari sepertinya Kirana tidak bisa tahan dengan 'godaan' dari bermimpi , dia langsung menaruh kepalanya ke atas meja sampai terlelap.
Dan situasi saat ini hampir sama dengan saat itu. Kirana yang selalu menyelesaikan urusannya hampir lupa dirinya sebenarnya sudah bekerja seharian ini atau satu abad. Dokumen itu akhirnya sudah mau sampai bawah, tapi dirinya sulit untuk bertahan, kedua matanya sudah lelah dan mengantuk.
Kelopak matanya tertutup lalu tiba-tiba terbuka, lalu kembali pelan-pelan terpejam. Kirana tidak tertarik dengan belajar, karena dia 'alergi' dengan barang seperti kertas. Setelah melihat mereka terlalu lama, dirinya langsung memasuki dunia mimpi.
Tetapi kondisi Kirana saat ini adalah satu tangannya berada di atas meja, satu tangannya lagi memegang dokumen. Kepalanya bergoyang turun naik, makin lama makin mendekati atas meja.
Tiba-tiba terdengar suara 'bruk!'. Kepala Kirana tiba-tiba jatuh di atas meja. Tapi hal itu tidak membuat Kirana terbangun. Kirana hanya mengerutkan dahinya, berbisik entah kalimat apa, lalu lanjut tidur dengan tangan berada di atas kepalanya.
"Ah..." Terdengar suara menahan tawa di atas kepala Kirana. Helbert yang baru saja bersiap pulang, begitu membuka pintu dia melibat Kirana yang yang terlelap.
Sembunyi di bawah sinar gelap, Satu tangan Helbert dengan pelan masuk ke dalam kantung celananya, sebelah tangannya dengan pelan mengambil jaketnya, bersandar pada sisi pintu sambil menatap dingin wanita di depannya.
Setelah mendengar suara yang semakin besar, Helbert mengira Kirana akan bangun, dia tidak menyangka bahwa wanita itu malah mengganti posisi tidurnya dan lanjut tidur....
Wanita ini pasti adalah babi di kehidupan sebelumnya...
Helbert berjalan santai menghampiri Kirana, mendekat untuk memperhatikannya. Tatapan dinginnya memperhatikan wajah tidur Kirana cukup lama, masih tidak bicara. Wajah tidurnya yang tenang membuat orang sedikit tertarik padanya....
Tatapannya yang tadi ke wajah Kirana beralih ke tumpukan dokumen di atas meja. Tatapan dingin Helbert memudar. Perlahan-lahan mengambil draf dokumen yang telah selesai dianalisis.
Helbert dengan pelan membalik halaman per halaman. Tetapi mata hitamnya tiba-tiba menyipit. Melihat di atas dokumen penuh dengan catatan. Kirana menganalisisnya dengan sangat teliti.
Mata Helbert tiba-tiba muncul sebuah tatapan memuji. Wanita ini, sudah membuatnya berubah pikiran. Sesuai dugaan dia punya bakat lain. Sungguh sulit untuk percaya bahwa ini adalah pertama kalinya dia mengerjakan hal ini.....
Dan juga dia masih memberikan wanita ini waktu semalaman. Helbert terheran. Sebenarnya Helbert meremehkan kekuatan dan kecepatan kerja wanita ini....
Mata Helbert kembali pindah ke wajah pulas Kirana. Kedua matanya menyipit. Kirana, sebenarnya tubuhmu memiliki berapa banyak rahasia...
Tetapi yang semakin membuat hatinya bergelora adalah dia memikirkan untuk menggali seluruh keajaiban yang ada pada Kirana. Mata Helbert yang dingin semakin menunjukkan ketertarikan yang tinggi pada Kirana.
Wanita ini, kamu kembali membuatku tertarik. Aku harus bagaimana....
Novel Terkait
Husband Deeply Love
NaomiIstri Pengkhianat
SubardiAsisten Bos Cantik
Boris DreyTernyata Suamiku Seorang Milioner
Star AngelMy Tough Bodyguard
Crystal SongRahasia Istriku
MahardikaInnocent Kid
FellaAkibat Pernikahan Dini×
- Bab 1 Dijebak
- Bab 2 Kehilangan Keperawanan
- Bab 3 Kebingungan
- Bab 4 Bertemu Kembali
- Bab 5 Kembali
- Bab 6 Mangsa
- Bab 7 Karma
- Bab 8 Samuel
- Bab 9 Pertemuan
- Bab 10 Bicaralah!
- Bab 11 Ingin Bersama Kamu
- Bab 12 Bryan
- Bab 13 Menyedihkan
- Bab 14 Rileks
- Bab 15 Bahaya
- Bab 16 Percakapan
- Bab 17 Vina
- Bab 18 Perselisihan
- Bab 19 Budak Hutang
- Bab 20 Kesulitan
- Bab 21 Di Mabuk Asmara
- Bab 22 Tenang
- Bab 23 Kenangan
- Bab 24 Bakat
- Bab 25 Melepaskan Gairah
- Bab 26 Pertemuan
- Bab 27 Ciuman Paksa (Bagian pertama)
- Bab 28 Dicium Paksa (Bawah)
- Bab 29 Disengajakan (I)
- Bab 30 Disengajakan (II)
- Bab 31 Memiliki Maksud
- Bab 31 Memiliki Maksud (2)
- Bab 32 Ada Maksud
- Bab 32 Ada Maksud (4) (2)
- Bab 34 Konspirasi
- Bab 33 Konspirasi (2)
- Bab 34 Konspirasi (BAWAH) (SATU)
- Bab 34 Konspirasi BAWAH) (2)
- Bab 35 Iblis (1)
- Bab 35 Iblis (2)
- Bab 36 Hukuman (1)
- Bab 36 Hukuman (2)
- Bab 37 Hukuman (1)
- Bab 37 Hukuman (2)
- Bab 38 Dihukum(1)
- Bab 38 Dihukum(2)
- Bab 39 Hukuman (1)
- Bab 39 Hukuman (2)
- Bab 40 Bagaimana Menyelesaikannya (1)
- Bab 40 Bagaimana Menyelesaikannya (2)
- Bab 41 Ternyata (1)
- Bab 41 Ternyata.. (2)
- Bab 42 Lelaki Playboy
- Bab 42 Lelaki Playboy (2)
- Bab 43 Desakan Pernikahan (1)
- Bab 43 Desakan menikah (2)
- Bab 44 Jatuh Dalam Pelukan (1)
- Bab 44 Jatuh Dalam Pelukan (2)
- Bab 45 Ulang Tahun (1)
- Bab 45 Ulang Tahun (2)
- Bab 45 Ulang Tahun (3)
- Bab 46 Keanehan (1)
- Bab 46 Keanehan (2)
- Bab 47 Balon Pernyataan Cinta (1)
- Bab 47 Balon Pernyataan Cinta (2)
- Bab 48 Hadiah Spesial (1)
- Bab 48 Hadiah Spesial (2)
- Bab 49 Psikologi Kompleks (1)
- Bab 49 Psikologi Kompleks(2)
- Bab 50 Suasana Yang Aneh (1)
- Bab 50 Suasana Yang Aneh (2)
- Bab 51 Kecantikan Yang Elegan (1)
- Bab 51 Kecantikan Yang Elegan (2)
- Bab 52 Keahlian Membuat Teh (1)
- Bab 52 Keahlian Membuat Teh (2)
- Bab 53 Terlibat (1)
- Bab 53 Terlibat (2)
- Bab 54 Membuat Jatuh (1)
- Bab 54 Membuat Jatuh (2)
- Bab 55 Ini Adalah Sebuah Rintangan (1)
- Bab 55 Ini Adalah Sebuah Rintangan (2)
- Bab 56 Permainan Babi Memakan Harimau (1)
- Bab 56 Permainan Babi Memakan Harimau (2)
- Bab 57 Tanpa Disengaja (1)
- Bab 57 Tanpa Disengaja (2)
- Bab 58 Dipaksa Untuk Mau (1)
- Bab 58 Dipaksa Untuk Mau (2)
- Bab 59 Dijebak (1)
- Bab 59 Dijebak (2)
- Bab 60 Kamu Membuatku Jijik(1)
- Bab 60 Kamu Membuatku Jijik (2)
- Bab 61 Perasaan Curiga (1)
- Bab 61 Perasaan Curiga (2)
- Bab 62 Dia Adalah Iblis (1)
- Bab 62 Dia Adalah Iblis (2)
- Bab 63 Siapa Yang Tidak Punya Hati (1)
- Bab 63 Siapa Yang Tidak Punya Hati (2)
- Bab 64 Anak (1)
- Bab 64 Anak (2)
- Bab 64 Anak (3)
- Bab 65 Kemarahan (1)
- Bab 65 Kemarahan (2)
- Bab 66 Kemarahan (1)
- Bab 66 Kemarahan (2)
- Bab 67 Kemarahan (1)
- Bab 67 Kemarahan (2)
- Bab 68 Kemarahan (1)
- Bab 68 Kemarahan (2)
- Bab 69 Gaun Pertunangan (1)
- Bab 69 Gaun Pertunangan (2)
- Bab 70 Pembalasan Dendam Fedrick Ye (1)
- Bab 70 Pembalasan Dendam Fedrick Ye (1)
- Bab 71 Pertemuan Yang Kebetulan (1)
- Bab 71 Pertemuan Yang Kebetulan (2)
- Bab 72 Wanita Hamil (1)
- Bab 72 Wanita Hamil (2)
- Bab 73 Penyelesaian (Awal) (1)
- Bab 73 Penyelesaian (Awal) (2)
- Bab 74 Mengatasinya (1)
- Bab 74 Mengatasinya (2)
- Bab 75 Berjuang Untuk Mendapatkannya (1)
- Bab 75 Berjuang Untuk Mendapatkannya (2)
- Bab 76 Badai Pertunangan (1)
- Bab 76 Badai Pertunangan (2)
- Bab 77 Sang Mantan (1)
- Bab 77 Sang Mantan (2)
- Bab 78 Menghancurkan Pertunangan Mereka (1)
- Bab 78 Menghancurkan Pertunangan Mereka (2)
- Bab 79 Helbert Sudah Gila (1)
- Bab 79 Helbert Sudah Gila (2)
- Bab 80 Selamatkan Annabella (1)
- Bab 80 Selamatkan Annabella (2)
- Bab 81 Emosi Dengan Kelakuan Helbert (1)
- Bab 81 Emosi Dengan Kelakuan Helbert (2)
- Bab 82 Hanya Emosional Padanya (1)
- Bab 82 Hanya Emosional Padanya (2)
- Bab 83 Hanya Kirana (1)
- Bab 83 Hanya Kirana (2)
- Bab 84 Karena Cinta, Maka Cinta (1)
- Bab 84 Karena Cinta, Maka Cinta (2)
- Bab 85 Nafsu (1)
- Bab 85 Nafsu (2)
- Bab 86 Karena Cinta, Begitulah Cinta (1)
- Bab 86 Karena Cinta, Begitulah Cinta (2)
- Bab 87 Pesta Malam Hari (1)
- Bab 87 Pesta Malam Hari (2)
- Bab 68 Pesta (1)
- Bab 88 Pesta (2)
- Bab 89 Bencana Yang Terjadi Karena Pesta (1)
- Bab 89 Bencana Yang Terjadi Karena Pesta (2)
- Bab 90 Badai Setelah Pesta Malam (1)
- Bab 90 Badai Setelah Pesta Malam (2)
- Bab 91 Krisisnya Cinta (1)
- Bab 91 Krisisnya Cinta (2)
- Bab 92 Sakit Cinta (1)
- Bab 92 Sakit Cinta (2)
- Bab 93 Hatiku Sakit (1)
- Bab 93 Hatiku Sakit (2)
- Bab 94 Tidur Bersamanya (1)
- Bab 94 Tidur Bersamanya (2)
- Bab 95 Balas Dendam (1)
- Bab 95 Balas Dendam (2)
- Bab 96 Terungkap (1)
- Bab 96 Terungkap (2)
- Bab 97 Apakah Saya Dijodohkan? (1)
- Bab 97 Apakah Saya Dijodohkan? (2)
- Bab 98 Perkenalan Satu Sama Lain (1)
- Bab 98 Perkenalan Satu Sama Lain (2)
- Bab 99 Tanpa Diduga (1)
- Bab 99 Tanpa Diduga (2)
- Bab 100 Setengah hati (1)
- Bab 100 Setengah Hati (2)
- Bab 101 Tanpa Perasaan (1)
- Bab 101 Tanpa Perasaan (2)
- Bab 102 Emosional (1)
- Bab 102 Emosional (2)
- Bab 103 Emosional (1)
- Bab 103 Emosional (2)
- Bab 104 Sepertinya Suka Dan Sepertinya Tidak Suka (1)
- Bab 104 Sepertinya Suka Dan Sepertinya Tidak Suka (2)
- Bab 105 Sepertinya Rasa Yang Aneh (1)
- Bab 105 Sepertinya Rasa Yang Aneh (2)
- Bab 106 Rasa Tanda Antara Suka Atau Tidak (1)
- Bab 106 Rasa Tanda Antara Suka Atau Tidak (2)
- Bab 107 Suka Atau Tidak? (1)
- Bab 107 Suka Atau Tidak? (2)
- Bab 108 Sangat Marah (1)
- Bab 108 Sangat Marah (2)
- Bab 109 Penderitaan (1)
- Bab 109 Penderitaan (2)
- Bab 110 Penderitaan Yang Terus-Menerus (1)
- Bab 110 Penderitaan Yang Terus-Menerus (2)
- Bab 111 Penderitaan (1)
- Bab 111 Penderitaan (2)
- Bab 112 Lautan Penderitaan (1)
- Bab 112 Lautan Penderitaan (2)
- Bab 113 Pertengkaran (1)
- Bab 113 Pertengkaran (2)
- Bab 114 Kesedihan (1)
- Bab 114 Kesedihan (2)
- Bab 115 Busur Keras (1)
- Bab 115 Busur Keras (2)
- Bab 116 Kekerasan (1)
- Bab 116 Kekerasan (2)
- Bab 117 Tiga Orang Pria Melakukan Pertunjukan. (1)
- Bab 117 Tiga Orang Pria Melakukan Pertunjukan. (2)
- Bab 118 Menggoda (1)
- Bab 118 Menggoda (2)
- Bab 119 Perampokan Cinta (1)
- Bab 119 Perampokan Cinta (2)
- Bab 120 Mencuri Perasaan Cinta (1)
- Bab 120 Mencuri Perasaan Cinta (2)
- Bab 121 Cinta Tragis (1)
- Bab 121 Cinta Tragis (2)
- Bab 122 Cinta Kejamnya (1)
- Bab 122 Cinta Kejamnya (2)
- Bab 123 Kejamnya (1)
- Bab 123 Kejamnya (2)
- Bab 124 Pengkhianatan (1)
- Bab 124 Pengkhianatan (2)
- Bab 125 Pengkhianatan (1)
- Bab 125 Pengkhianatan (2)
- Bab 126 Pengkhianatan (1)
- Bab 126 Pengkhianatan (2)
- Bab 127 Pengkhianatan (1)
- Bab 127 Pengkhianatan (2)
- Bab 128 Pengkhianatan (1)
- Bab 128 Pengkhianatan (2)
- Bab 129 Pengkhianatan (1)
- Bab 129 Pengkhianatan (2)
- Bab 130 Kedekatan yang Disia-siakan (1)
- Bab 130 Kedekatan yang Disia-siakan (2)
- Bab 131 Penculikkan yang Sial (1)
- Bab 131 Penculikkan yang Sial (2)
- Bab 132 Hukuman dan Amarahnya (1)
- Bab 132 Hukuman dan Amarahnya (2)
- Bab 133 Dia panik? (1)
- Bab 133 Dia panik? (2)
- Bab 134 Tersingkapnya Sebuah Hubungan (1)
- Bab 134 Tersingkapnya Sebuah Hubungan (2)
- Bab 135 Tumbuhnya Perasaan (1)
- Bab 135 Tumbuh Perasaan (2)
- Bab 136 Kasih Sayang (1)
- Bab 136 Kasih Sayang (2)
- Bab 137 Sistem Persekusi (1)
- Bab 137 Sistem Persikusi (2)
- Bab 138 Kondisi Fisik Yang Mengundang Persekusi (1)
- Bab 138 Kondisi Fisik Yang Mengundang Persekusi (2)
- Bab 139 Kecemburuan-nya (1)
- Bab 139 Kecemburuan-nya (2)
- Bab 140 Dia Sudah Menyukaimu (1)
- Bab 140 Dia Sudah Menyukaimu (2)
- Bab 141 Dia Sudah Menyukaimu (1)
- Bab 141 Dia Sudah Menyukaimu (2)
- Bab 142 Hukuman Yang Gila (1)
- Bab 142 Hukuman Yang Gila (2)
- Bab 143 Hukuman Yang Gila (1)
- Bab 143 Hukuman Yang Gila (2)
- Bab 144 Pengundang Amarah (1)
- Bab 144 Pengundang Amarah (2)
- Bab 145 Rasa Benci (1)
- Bab 145 Rasa Benci (2)
- Bab 146 Benci (1)
- Bab 146 Benci (2)
- Bab 147 Kakak Adalah Seorang Gangster! (1)
- Bab 147 Kakak Adalah Seorang Gangster! (2)
- Bab 148 Kakak Adalah Seorang Gangster (1)
- Bab 148 Kakak Adalah Seorang Gangster (2)
- Bab 149 Loyalitas Dia (1)
- Bab 149 Loyalitas Dia (2)
- Bab 150 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (1)
- Bab 150 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (2)
- Bab 151 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (1)
- Bab 151 Pelawak Yang Dikirim Oleh Tuhan (2)
- Bab 152 Kesepakatan Kencan Buta (1)
- Bab 152 Kesepakatan Kencan Buta (2)
- Bab 153 Kencan Buta (1)
- Bab 153 Kesepakatan Kencan Buta (2)
- Bab 154 Bahaya Sebelum Fajar (1)
- Bab 154 Bahaya Sebelum Fajar (2)
- Bab 155 Bahaya Dalam Hidupnya (1)
- Bab 155 Bahaya Dalam Hidupnya (2)
- Bab 156 Menggunakan Hidupku Untuk Menjagamu (1)
- Bab 156 Menggunakan Hidupku Untuk Menjagamu (2)
- Bab 157 Salah Paham (1)
- Bab 157 Salah Paham (2)
- Bab 158 Pengakuan (1)
- Bab 158 Pengakuan (2)
- Bab 159 Kehangatan Yang Membingungkan (1)
- Bab 159 Kehangatan Yang Membingungkan (2)
- Bab 160 Cinta Pertama (1)
- Bab 160 Cinta Pertama (2)
- Bab 161 Cinta Pertama (1)
- Bab 161 Cinta Pertama (2)
- Bab 162 Inisial Cinta (2)
- Bab 162 Inisial CInta (2)
- Bab 163 Jawaban (1)
- Bab 163 Jawaban (2)
- Bab 164 Jawaban yang Menyakitkan (1)
- Bab 164 Jawaban yang Menyakitkan (2)
- Bab 165 Jawaban (1)
- Bab 165 Jawaban (2)
- Bab 166 Lawan (1)
- Bab 166 Lawan (2)
- Bab 167 Rival (1)
- Bab 167 Rival (2)
- Bab 168 Rival (1)
- Bab 168 Rival (2)
- Bab 169 Kelompok Musuh (1)
- Bab 169 Kelompok Musuh (2)
- Bab 170 Asisten Yang Terdiam (1)
- Bab 170 Asisten Yang Terdiam (2)
- Bab 171 Perjamuan (1)
- Bab 171 Perjamuan (2)
- Bab 172 Bantuan Tak Terduga (1)
- Bab 172 Bantuan Tak Terduga (2)
- Bab 173 Kejutan Yang Romantis (1)
- Bab 173 Kejutan Yang Romantis (2)
- Bab 174 Dia Memberikan Kejutan Romantis (1)
- Bab 174 Dia Memberikan Kejutan Romantis (2)
- Bab 175 Kepahitan Di Musim Semi (1)
- Bab 175 Kepahitan Di Musim Semi (2)
- Bab 176 Musim Semi Yang Penuh Dengan Strategi (1)
- Bab 176 Musim Semi Yang Penuh Dengan Strategi (2)
- Bab 177 Lagi Dan Lagi (1)
- Bab 177 Lagi Dan Lagi (2)
- Bab 178 Lagi Dan Lagi (1)
- Bab 178 Lagi Dan Lagi (2)
- Bab 178 Rencana Awal (1)
- Bab 179 Rencana Awal (2)
- Bab 180 Rencana Awal (1)
- Bab 180 Rencana Awal (2)
- Bab 181 Konspirasi Yang Dimulai (1)
- Bab 181 Konspirasi Yang Dimulai (2)
- Bab 182 Konspirasi Yang Dimulai (1)
- Bab 182 Konspirasi Yang Dimulai (2)
- Bab 183 Terluka (1)
- Bab 183 Terluka (2)
- Bab 184 Wajah Yang Hancur (1)
- Bab 184 Wajah Yang Hancur (2)
- Bab 185 Kehilangan Kontrol (1)
- Bab 185 Kehilangan Kontrol (2)
- Bab 186 Penyerahan Diri Yang Terpaksa (1)
- Bab 186 Penyerahan Diri Yang Terpaksa (2)
- Bab 187 Bermain Trik Dengan Putra Sendiri (1)
- Bab 187 Bermain Trik Dengan Putra Sendiri (2)
- Bab 188 Salah Paham Meningkat (1)
- Bab 188 Salah Paham Meningkat (2)
- Bab 189 Bermain Trik, Siapa Yang Tidak Bisa? (1)
- Bab 189 Bermain Trik, Siapa Yang Tidak Bisa? (2)
- Bab 190 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 190 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 191 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 191 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 192 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 192 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 193 Pembalasan Dendam Dimulai (1)
- Bab 193 Pembalasan Dendam Dimulai (2)
- Bab 194 Kesenangan Dari Balas Dendam (1)
- Bab 194 Kesenangan Dari Balas Dendam (2)
- Bab 195 Kembali Masuk Dalam Bahaya (1)
- Bab 195 Kembali Masuk Dalam Bahaya (2)
- Bab 196 Terjebak Krisis Lagi (1)
- Bab 196 Terjebak Krisis Lagi (2)
- Bab 197 Masuk Ke Dalam Krisis Lagi (1)
- Bab 197 Masuk Ke Dalam Kerisis Lagi (2)
- Bab 198 Kegilaan Dia 1
- Bab 198 Kegilaan Dia (2)
- Bab 199 Situasi Berbahaya (1)
- Bab 199 Situasi Berbahaya (2)
- Bab 200 Menolong Dia (1)
- Bab 200 Menolong Dia (2)
- Bab 201 Penundaan Yang Terpaksa (1)
- Bab 201 Penundaan Yang Terpaksa (2)
- Bab 202 Menembus Krisis (1)
- Bab 202 Menembus Krisis (2)
- Bab 203 Perangkap Indah (1)
- Bab 203 Perangkap Indah (2)
- Bab 204 Rencana Wanita Cantik (1)
- Bab 204 Rencana Wanita Cantik (2)
- Bab 205 Rencana (1)
- Bab 205 Rencana (2)
- Bab 206 Kebetulan (1)
- Bab 206 Kebetulan (2)
- Bab 207 Kebetulan (1)
- Bab 207 Kebetulan (2)
- Bab 208 Menang (1)
- Bab 208 Menang (2)
- Bab 209 Ternyata Aku Hamil (1)
- Bab 209 Ternyata Aku Hamil (2)
- Bab 210 Cinta Menyakitkan Yang Akan Segera Dimulai (1)
- Bab 210 Cinta Menyakitkan Yang Akan Segera Dimulai (2)
- Bab 211 Kisah Percintaan Yang Tragis (1)
- Bab 211 Kisah Percintaan Yang Tragis (2)
- Bab 212 Kisah Cinta Yang Tragis (1)
- Bab 212 Kisah Cinta Yang Tragis (2)
- Bab 213 Penyiksaan Cinta yang Akan Segera Bermulai (1)
- Bab 213 Penyiksaan Cinta yang Akan Segera Bermulai (2)
- Bab 214 Periode Perang Dingin (1)
- Bab 214 Periode Perang Dingin (2)
- Bab 215 Periode Perang Dingin (1)
- Bab 215 Periode Perang Dingin (2)
- Bab 216 Anaknya, Benar-benar Sudah Keguguran (1)
- Bab 216 Anaknya, Benar-benar Sudah Keguguran (2)
- Bab 217 Hati Yang Menjauh (1)
- Bab 217 Hati Yang Menjauh (2)
- Bab 218 Jarak Hati Yang Dingin (1)
- Bab 218 Jarak Hati Yang Dingin (2)
- Bab 219 Tidak Bisa Melahirkan Lagi (1)
- Bab 219 Tidak Bisa Melahirkan Lagi (2)
- Bab 220 Mendengar Suara Hati Yang Hancur (1)
- Bab 220 Mendengar Suara Hati Yang Hancur (2)
- Bab 221 Dengan Cara Mabuk Pun Tidak Bisa (1)
- Bab 221 Dengan Cara Mabuk Pun Tidak Bisa (2)
- Bab 222 Orang Asing Yang Paling Akrab (1)
- Bab 222 Orang Asing Yang Paling Akrab (2)
- Bab 223 Perencanaan Sebelum Cerai (1)
- Bab 223 Perencanaan Sebelum Cerai (2)
- Bab 224 Apa Benar Harus Saling Menyakiti Padahal Saling Mencintai? (1)
- Bab 224 Apa Benar Harus Saling Menyakiti Padahal Saling Mencintai? (2)
- Bab 225 Kelembutan Dan Kekasarannya (1)
- Bab 225 Kelembutan Dan Kekasarannya (2)
- Bab 226 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (1)
- Bab 226 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (2)
- Bab 227 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (1)
- Bab 227 Saat Detak Jantung Berdetak Kencang (2)
- Bab 228 Waktu Jantung Berdetak (1)
- Bab 228 Detak Jantung Sesaat (2)
- Bab 229 Kelembutan untuk yang Terakhir Kalinya (1)
- Bab 229 Kelembutan untuk yang Terakhir Kalinya (2)
- Bab 230 Perpisahan yang Sunyi (1)
- Bab 230 Perpisahan yang Sunyi (2)
- Bab 231 Hilang Ingatan (1)
- Bab 231 Hilang Ingatan (2)
- Bab 232 Karena Cinta, Sehingga Melepaskan (1)
- Bab 232 Karena Cinta, Sehingga Melepaskan (2)
- Bab 233 Mencintai Seseorang, Tidak Berarti Harus Bersama (1)
- Bab 233 Mencintai Seseorang, Tidak Berarti Harus Bersama (2)
- Bab 234 Kamu Adalah Segalanya Bagiku (1)
- Bab 234 Kamu Adalah Segalanya Bagiku (2)
- Bab 235 Bertemu Kembali (1)
- Bab 235 Bertemu Kembali (2)
- Bab 236 Kembali Bertemu (1)
- Bab 236 Kembali Bertemu (2)
- Bab 237 Selamanya Kamu Hanya Bisa Menjadi Istriku (1)
- Bab 237 Selamanya Kamu Hanya Bisa Menjadi Istriku (2)
- Bab 238 Merasakan Kembali Keindahan Milikmu (1)
- Bab 238 Merasakan Kembali Keindahan Milikmu (2)
- Bab 239 Pria Yang Nakal (1)
- Bab 239 Pria Yang Nakal (2)
- Bab 240 Persaingan Tiga Orang Pria (1)
- Bab 240 Persaingan Tiga Orang Pria (2)
- Bab 241 Kembali (1)
- Bab 241 Kembali (2)
- Bab 242 Serangan Balasan, Pembalasan Dendam (1)
- Bab 242 Serangan Balasan, Pembalasan Dendam (2)
- Bab 243 Perasaan Cinta yang Tidak Akan Kembali (1)
- Bab 243 Perasaan Cinta yang Tidak Akan Kembali (2)
- Bab 244 Pertobatan yang terakhir (1)
- Bab 244 Pertobatan yang terakhir (2)
- Bab 245 Pertobatan Terakhir (1)
- Bab 245 Pertobatan Terakhir (2)
- Bab 246 Dia Akan Dinikahi Besok (1)
- Bab 246 Dia Akan Dinikahi Besok (2)
- Bab 247 Dia Akan Dinikahi Besok (1)
- Bab 247 Dia Akan Dinikahi Besok (2)
- Bab 248 Penutup (1)
- Bab 248 Penutup (2)
- Bab 249 Penutup (1)
- Bab 249 Penutup (2)