Akibat Pernikahan Dini - Bab 20 Kesulitan

Setelah Kirana memberikan tatapan yang penuh arti kepada ibunya, Kirana langsung buru-buru keluar. Ayah Kirana dan Daniel tidak memperhatikan mereka. Ibu Kirana perlahan-lahan baru teringat ucapan Kirana yang sebelumnya.

Ibu Kirana menghembuskan napas. Sekarang terserah padanya...

Kirana baru saja sampai di depan kantor Helbert. Mungkin karena sensor pintu yang biasa atau kebetulan, pintu ruangan kantornya tiba-tiba terbuka. Wajah Helbert masih tanpa ekspresi. Dengan tatapan dinginnya Helbert menatap Kirana dari atas sampai bawah. Asisten Leo yang berada di samping Helbert memberikan isyarat kepada Kirana.

Leo terbatuk pelan beberapa kali. Dari meja Helbert, dia mengambil setumpuk dokumen.

'Bruk!'

Setumpuk dokumen diletakkan ke meja kantor Leo.

Mata dingin Helbert menatap sekilas dokumen-dokumen yang menumpuk seperti gunung di atas meja , lalu memiringkan kepalanya sambil kedua alisnya berkerut, lalu berkata: "Setelah itu, ini adalah tempatmu bekerja. Dokumen-dokumen ini belum dikerjakan, jika belum selesai jangan berpikir bisa selesai bekerja!"

Kirana memandang setumpuk dokumen itu. Matanya tiba-tiba membesar. Betapa banyaknya dokumen itu!

Kirana menatap Helbert yang masih tanpa ekspresi. Orang ini dikirim oleh Tuhan untuk mempermainkannya, kan?!

"Banyak sekali. Kamu mempermainkan aku, ya?! Dalam waktu singkat begitu banyak dokumen, sampai sore aku pasti tidak bisa selesai mengerjakannya. Lagipula aku juga tidak bisa mengerjakan dokumen-dokumen ini! Aku baru saja mulai bekerja!"

Helbert membuang senyum dingin kepada Kirana. Kedua tangannya dilipat ke depan dadanya sambil bersandar pada sisi pintu kantor, lalu berkata: "Itu adalah masalah kemampuanmu. Kantor kami tidak memelihara seorang pemalas. Ingat, dalam hari ini, harus selesai!"

"Kau!" Tanpa menunggu bantahan kedua dari Kirana, Helbert menatap Kirana dingin ditambah dengan tatapan mengejek, lalu dengan kaki panjangnya melangkah keluar dan menutup pintu.

Kirana benar-benar terasingkan. Tatapannya seperti ingin memakan orang...

Kirana meremas kedua tangannya kesal. Paksaan orang ini pasti sengaja! Awalnya Kirana mengira pria itu tidak tahu malu, sekarang dia merasa bahwa di tubuh orang itu ada seorang iblis! Kirana menatap dengan penuh kekesalan ke arah pintu yang tertutup. Setelah dia berulang-ulang kali menarik napas dalam-dalam, tekanan di dalam tubuhnya semakin ingin meledakkan amarah.

Pemandangan ini membuat beberapa karyawan dari tempat kerjanya memanjangkan lehernya ingin tahu. Pasti menarik....

Awalnya para karyawan bepikir bagaimana gadis ini bisa bebas masuk ke ruangan presiden direktur, lalu juga bisa mendapatkan tatapan penuh hormat dari Asisten Leo. Pasti bukan orang biasa dan juga gadis itu menempati posisi tinggi di hati Helbert.

Tetapi hari ini melihat situasinya. Bagaimana bisa gadis itu menjadi sekretaris Direktur Helbert. Di hari pertama bekerja saja sudah dipersulit oleh direktur Helbert, diberikan setumpuk dokumen. Mereka saja tidak bisa menyelesaikannya dalam waktu seminggu...

Di saat yang bersamaan hati para karyawan menjadi curiga dan heran. Gadis ini katanya memiliki tempat spesial di hati direktur Helbert. Tapi melihatnya yang seperti ini, pasti gadis itu tidak ada tempat di hati direktur Helbert. Tetapi bisa semudah itu menjadi sekretaris direktur Helbert itu agak....

Kedua orang itu sebenarnya memiliki hubungan seperti apa...

"Semuanya ingin lembur bekerja ya? Kembali bekerja! Jika tidak ingin bekerja langsung bicara denganku!" Asisten Leo mengomeli sekumpulan orang yang sedang menyaksikan pemandangan menarik itu.

Suara Asisten Leo sangat tegas. Baru selesai bicara, sekumpulan penggosip langsung cepat-cepat menurunkan kepalanya, kembali bekerja.

Satu persatu karyawan terlihat serius bekerja. Setelah Asisten Leo mengawasi mereka dengan teliti, Asisten Leo membalikkan kepalanya tersenyum kepada Kirana lalu dengan suara pelan berkata: "Nona Kirana juga jangan merasa kesulitan. Di atas mejaku ada sebuah catatan, isinya adalah cara bagaimana membedakan dokumen-dokumen ini dan mengingatnya untuk diletakkan di kolom. Anda bisa memindahkannya berdasarkan catatan ini. Hanya saja ada sedikit yang harus diperbaiki. Anda perbaiki dulu. Aku masih ada urusan, aku pergi dulu."

"Terima kasih." Kirana berterima kasih dengan menganggukan kepalanya ke arah Asisten Leo. Asisten Leo cepat-cepat mengibaskan tangannya, "Tidak perlu berterima kasih. Aku pergi dulu."

Senyum mengembang di wajah Kirana. Setelah mengangguk ke Asisten Leo, Kirana memutar tubuhnya dan berjalan pergi. Ketika melewati kumpulan karyawan, Kirana menatap mereka dengan sinis. Karyawan itu langsung menundukkan kepalanya serendah-rendahnya, langsung bersikap serius bekerja.

Setelah menunggu Asisten Leo pergi, para karyawan memasang muka masam ke bayangan pergi Asisten Leo lalu kembali meninggikan leher mereka untuk melihat bagaimana gadis malang itu mengerjakan pekerjaannya, tapi yang mereka lihat malah Kirana yang duduk kembali ke kursi kerjanya dengan memasang wajah berkerut serius membaca tumpukan dokumen tersebut.

Melihat tidak ada hal yang menarik untuk ditonton, kumpulan karyawan itu kembali ke pekerjaan mereka.

Alis Kirana berkerut membaca dengan teliti satu persatu dokumen itu. Ketika melihat baris per baris yang dia ketahui, tetapi dia tidak mengetahui nama dokumen standar dagang itu, hati Kirana menjadi anjlok....

Kirana menampar pipinya pelan. Berucap pada dirinya sendiri, "Kirana, kamu bisa! Semangat!"

Kirana kembali mengambil dokumen catatan yang tadi dibicarakan oleh Asisten Leo. Alisnya mengkerut. Dirinya bekerja keras untuk membaca semuanya. Karena ini pertama kalinya dia bersentuhan dengan dokumen-dokumen ini, Kirana linglung dan membuang waktu hampir setengah hari, baru ia selesai membaca kira-kira isi dokumen tersebut.

Setelah hatinya mengerti inti dari dokumen draf tersebut, Kirana tahu harus bagaimana mengerjakan dokumen ini. Sambil mengambil pensil mulai mencoret-coret, sambil ia dengan cepat menganalisis satu persatu tumpukan dokumen yang seperti gunung.

Waktu sedikit demi sedikit berlalu. Jika bukan karena ponsel di kantong Kirana yang berbunyi, Kirana tidak akan tahu sudah berapa lama ia bekerja.

Kirana mengangkat lehernya yang sedari tadi kaku, pelan-pelan mengusapnya, matanya agak pusing. Sembari Kirana mengambil ponsel dari kantongnya untuk mengangkat telepon, sembari dia mengusap-usap matanya yang terasa kabur.

Matanya melihat seluruh ruangan kantor, sunyi dan juga agak suram. Hanya tersisa lampu meja kerjanya yang masih menyala.

"Kirana, sudah larut malam. Apakah kamu masih belum.. uhuk.. pulang kerja...?" Begitu bicara Ibu Kirana baru menyadari dirinya keceplosan, langsung buru-buru merendahkan suaranya.

Kirana mengusap pelipisnya lelah, lalu mengangkat tangannya untuk melihat jam tangan. Alis Kirana berkerut, ternyata sudah hampir jam 7 malam!

Kirana kembali melihat draf dokumen yang baru setengah dia selesaikan. Kirana menelan ludahnya lalu berbohong: "Belum. Bu, kalian tidak usah menungguku. Aku sedang menemani Yesi jalan-jalan di luar. Gadis ini menarikku untuk menemaninya membeli baju. Kamu tahukan, tatapan matanya sangat tajam..."

"Gadis ini, jangan banyak bicara!" Ibu Kirana tidak tahan untuk tak mengomelinya.

Kirana tertawa bodoh, "Bu, malam ini aku tidur di rumah Yesi. Jangan khawatir, ya. Baiklah, ku tutup teleponnya. Yesi sudah mendesakku, dah!"

"Duh... Kirana." Belum selesai ibunya bicara, Kirana sudah langsung menutup telponnya. Ibu Kirana menggeleng pasrah. Gadis ini, bukan pertama kalinya dia seperti ini.

Ayah Kirana sedang membaca koran dengan memakai kacamata tuanya. Melihat ekspresi mata ibu Kirana, dengan suara pelan ayah Kirana bertanya: "Bagaimana?"

Mata ibu Kirana berkedip cepat, lalu tersenyum: "Anak itu bukan anak gadis kesayanganmu. Dia masih membawa-bawa Yesi untuk ikut gila..."

"Ck ck ck.. seperti bicara dia bukan anakmu ya..." Ayah Kirana mengibas-ngibaskan korannya, sudah tidak melihat ke arah istrinya. Seluruh perhatiannya tertuju pada koran.

Ibu Kirana menatapnya sekilas, lalu memutar tubuhnya naik ke lantai atas.

Di luar sana, Kirana yang baru menutup teleponnya, diam-diam menghembuskan napas lega. Tiba-tiba di hatinya muncul perasaan sedih yang aneh. Melihat sekilas setengah tumpukan dokumen tersebut, Kirana kembali melihat sekitarnya yang sunyi sampai dia bisa merasakan napasnya sendiri. Begitu melelahkan, uang lemburnya juga belum dapat....

Kirana meletakkan ponselnya dan kembali masuk ke 'pertarungannya' dengan draf dokumen....

Kelihatannya seperti kembali lagi ke hari-hari penuh kerja keras saat di SMA tahun ketiga. Bahkan saat itu dirinya tidak benar-benar serius belajar.

Tapi dia juga dipaksa oleh ibunya untuk menatap tumpukan buku yang bahkan tingginya lebih dari dirinya....

Tapi setiap hari sepertinya Kirana tidak bisa tahan dengan 'godaan' dari bermimpi , dia langsung menaruh kepalanya ke atas meja sampai terlelap.

Dan situasi saat ini hampir sama dengan saat itu. Kirana yang selalu menyelesaikan urusannya hampir lupa dirinya sebenarnya sudah bekerja seharian ini atau satu abad. Dokumen itu akhirnya sudah mau sampai bawah, tapi dirinya sulit untuk bertahan, kedua matanya sudah lelah dan mengantuk.

Kelopak matanya tertutup lalu tiba-tiba terbuka, lalu kembali pelan-pelan terpejam. Kirana tidak tertarik dengan belajar, karena dia 'alergi' dengan barang seperti kertas. Setelah melihat mereka terlalu lama, dirinya langsung memasuki dunia mimpi.

Tetapi kondisi Kirana saat ini adalah satu tangannya berada di atas meja, satu tangannya lagi memegang dokumen. Kepalanya bergoyang turun naik, makin lama makin mendekati atas meja.

Tiba-tiba terdengar suara 'bruk!'. Kepala Kirana tiba-tiba jatuh di atas meja. Tapi hal itu tidak membuat Kirana terbangun. Kirana hanya mengerutkan dahinya, berbisik entah kalimat apa, lalu lanjut tidur dengan tangan berada di atas kepalanya.

"Ah..." Terdengar suara menahan tawa di atas kepala Kirana. Helbert yang baru saja bersiap pulang, begitu membuka pintu dia melibat Kirana yang yang terlelap.

Sembunyi di bawah sinar gelap, Satu tangan Helbert dengan pelan masuk ke dalam kantung celananya, sebelah tangannya dengan pelan mengambil jaketnya, bersandar pada sisi pintu sambil menatap dingin wanita di depannya.

Setelah mendengar suara yang semakin besar, Helbert mengira Kirana akan bangun, dia tidak menyangka bahwa wanita itu malah mengganti posisi tidurnya dan lanjut tidur....

Wanita ini pasti adalah babi di kehidupan sebelumnya...

Helbert berjalan santai menghampiri Kirana, mendekat untuk memperhatikannya. Tatapan dinginnya memperhatikan wajah tidur Kirana cukup lama, masih tidak bicara. Wajah tidurnya yang tenang membuat orang sedikit tertarik padanya....

Tatapannya yang tadi ke wajah Kirana beralih ke tumpukan dokumen di atas meja. Tatapan dingin Helbert memudar. Perlahan-lahan mengambil draf dokumen yang telah selesai dianalisis.

Helbert dengan pelan membalik halaman per halaman. Tetapi mata hitamnya tiba-tiba menyipit. Melihat di atas dokumen penuh dengan catatan. Kirana menganalisisnya dengan sangat teliti.

Mata Helbert tiba-tiba muncul sebuah tatapan memuji. Wanita ini, sudah membuatnya berubah pikiran. Sesuai dugaan dia punya bakat lain. Sungguh sulit untuk percaya bahwa ini adalah pertama kalinya dia mengerjakan hal ini.....

Dan juga dia masih memberikan wanita ini waktu semalaman. Helbert terheran. Sebenarnya Helbert meremehkan kekuatan dan kecepatan kerja wanita ini....

Mata Helbert kembali pindah ke wajah pulas Kirana. Kedua matanya menyipit. Kirana, sebenarnya tubuhmu memiliki berapa banyak rahasia...

Tetapi yang semakin membuat hatinya bergelora adalah dia memikirkan untuk menggali seluruh keajaiban yang ada pada Kirana. Mata Helbert yang dingin semakin menunjukkan ketertarikan yang tinggi pada Kirana.

Wanita ini, kamu kembali membuatku tertarik. Aku harus bagaimana....

Novel Terkait

Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu