Eternal Love - Bab 48 Gendong Aku ya?

Kedua pengawal tersentak melihat pandangan dingin Alberto Ji, saling memandang tanpa ada yang berani maju selangkah.

“Apakah mereka?” Nada bicara Alberto Ji dingin.

Miranda Wen melihat ke arah pandangannya, sekali melihat langsung marah, “Betul, mereka, preman itu menyuruh mereka mengejarku, masih bilang mau membawaku ke kamarnya untuk dilecehkan……” Sekarang ada kakaknya yang jadi pelindung, lihat kedua pengawal berani bersikap bagaimana kepadanya!

Mendengar perkataannya, mata hitam Alberto Ji mendadak menjadi seram, seluruh tubuhnya penuh dengan amarah, sudah jelas siap untuk berkelahi.

Kedua pengawal merasa situasi tidak menguntungkan, segera kabur tanpa berani berhenti.

Miranda Wen menghela nafas lega.

Hatinya sangat takut ketika teringat kejadian tadi, untung bertemu dengan kakak, jika tidak, mungkin saja terjadi masalah.

“Sekarang sudah bisa lepas?” Alberto Ji melihatnya tanpa ekspresi.

Saat ini dia baru merasa risih menyadarinya dirinya memeluk erat kakaknya, gerakan yang mengidolakan, wajahnya merah padam, segera menjaga jarak.

“……situasi genting, tidak sempat pikir.” Miranda Wen berkata dengan terpatah-patah, wajahnya panas.

“Kenapa kamu di sini?”

Alberto Ji mengernyitkan dahi, mencium aroma arak di tubuhnya, sorotan matanya terlihat tidak senang.

Kakak marahkah?

Ini membuat Miranda Wen agak tersendak hatinya, menghela nafas berkata, “Aku tadinya kemari untuk merayakan ulangtahun Elisha Yu, tidak disangka bertemu dengan seorang preman saat ke toilet, dengan susah payah baru kabur keluar, kejadian selanjutnya kamu sudah tahu.”

Tentu saja dia sengaja menutupi kejadian di dalam kamar mandi, karena bersangkutan dengan harga diri seorang pria, sehingga belum terpikirkan cara penyampaiannya.

Alberto Ji semakin mengernyitkan dahi, “Bagaimana sekarang, apakah ingin kembali ke tempat temanmu?”

“Ya, pestanya belum bubar, lagipula aku sudah lama baru keluar sekali ini, bolehkah lebih lama……” Miranda Wen berkata dengan terpatah-patah sembari melihat kakaknya sendiri dengan wajah memelas.

“Aku tidak menyuruhmu pulang sekarang, carilah aku ke sini saat mau pulang, aku antar kamu pulang.” Alberto Ji ragu sesaat, kemudian dengan tidak tenang bertanya, “Kamu di box mana?”

“Tidak jauh di sana 401, terima kasih kak!”

Miranda Wen menunjuk ke arah kiri, matanya penuh kebahagiaan.

Semenjak menikah ke dalam keluarga Ji, dia tidak pernah berkumpul lagi dengan temannya, dia sangat bosan, lagipula hari ini sudah berjanji untuk main lebih lama kepada Elisha Yu, akan sangat mengganggu kesenangan jika pulang sekarang.

Tentu saja Alberto Ji mengetahui pikirannya, memang tidak bermaksud menyuruhnya pulang sekarang, hanya khawatir dia bertemu masalah tadi lagi.

Melihat gadis muda ini kegirangan, suasana hatinya juga ikut membaik.

“Aku tahu, kamu balik.”

Miranda Wen menganggukkan kepala dengan bertenaga, wajahnya penuh kebahagiaan, ketika berjalan kembali langkah kakinya bagaikan menapak angin.

Sifat aslinya juga bukan type yang sangat pendiam, tetapi banyak sekali aturan dalam keluarga Ji sehingga sifat aslinya terpendam, kemudian juga harus menunjukkan sikap dewasa saat bergabung di perusahaan.

Sebenarnya dia hanya gadis muda yang belum lama lulus kuliah, sifatnya masih seperti anak-anak.

Alberto Ji melihatnya pergi, tanpa sadar tersenyum.

Baru saja tiba di box dan duduk, Elisha Yu segera menghampiri.

“Kamu kenapa? Lama sekali baru kembali.”

“Tidak ada apa-apa, hanya tertunda karena ada urusan.” Miranda Wen tidak mengungkit masalah tadi, mengangkat gelas arak dan meneguk seteguk, “Elisha, sekali lagi selamat ulangtahun.”

Elisha Yu merasa heran, “Ih, kenapa kamu minum lagi, bukankah bilang minum sedikit saja?”

“Hari ini kamu ulangtahun, aku senang, lagipula aku tidak minum banyak……”

Miranda Wen sama sekali tidak terlihat tidak bahagia, Elisha Yu merasa dia tertekan oleh keluarga Ji, sehingga tidak menghalanginya lagi.

Ketika sekelompok anak muda berkumpul selalu ada bahan pembicaraan yang tiada habis, tertawa dan bercanda gurau, tanpa terasa waktu cepat sekali berlalu.

Miranda Wen memang tidak pandai minum arak, hanya tambah minum beberapa gelas saja kepalanya pusing, sadar waktu sudah malam, berdiri dengan sempoyongan berpamitan dengn Elisha Yu.

“Apakah kamu bisa pulang sendiri, aku antar kamu.” Elisha Yu khawatir.

“Tidak perlu, kakak akan antar.” Miranda Wen cegukan, matanya tinggal segaris, “Ih, Kenapa kamu jadi dua, salah, 3, 4……”

Melihat kondisinya sudah jelas mabuk, Elisha Yu menghela nafas, “Kamu sungguh leluhur kecilku, tadi kenapa tidak cegah kamu, aku temani kamu cari kakakmu.”

Elisha Yu memapah Miranda Wen yang mabuk, menemukan box Alberto Ji, dengan sekali memandang melihat pria berkharisma orang kaya yang sedang duduk di sofa.

Pria langka seperti Alberto Ji biarpun hanya dilihat sekali, juga akan sulit untuk tidak meninggalkan kesan mendalam.

Pada saat bersamaan, pandangan Alberto Ji juga beralih ke arah mereka, langsung melihat ke arah wanita yang sedang tersenyum bego, menghampiri dengan mengernyitkan dahi.

“Hm, repotkan kamu untuk urus dia……”

Elisha Yu diam-diam merasa suhu di sekitarnya bertambah dingin, sambil tersenyum segera melemparkan beban kepada Alberto Ji, pergi dengan tergesa-gesa.

“Eh, kenapa kamu pergi?”

Miranda Wen menengok ke belakang, kemudian melihat Alberto Ji, matanya penuh kebahagiaan, “Kak, akhirnya aku menemukanmu……”

Kemudian ingin memeluk Alberto Ji, langkahnya goyah, langsung memeluk Alberto Ji yang ingin menjulurkan tangan memapahnya.

“Kamu sudah mabuk.”

Suara ringan Alberto Ji terdengar, nafas hangatnya mengenai wajahnya dan terasa gatal, bagaikan ada anak kucing yang mengganggunya dalam hatinya, rasanya sangat aneh.

Dia terbengong memandangnya tanpa bicara, hanya tersenyum bego sendirian, kakak sungguh tampan.

Melihat kondisinya seperti ini, Alberto Ji dengan tanpa daya menghela nafas, balik kepala berkata kepada orang-orang dalam box, “Maaf semua, aku bawa dia pulang dulu, lain kali kumpul lagi.”

Belum lama keluar pintu, gadis kecil ini menggelantung di tubuhnya bagaikan koala, mengedipkan mata, “Aku tidak bisa jalan, mau kamu gendong, kamu gendong aku ya?”

Alberto Ji melihatnya tanpa ekspresi dan mengabaikan sikap manjanya, “Jika tidak bisa jalan, malam nginap di sini saja.”

“Ih, kakak pelit.”

Keinginan Miranda Wen tidak terpenuhi, Miranda Wen memonyongkan mulut tanda kesal.

Alberto Ji tidak ambil pusing, menarik paksa pemabuk ini keluar dari club, supir sudah menunggu di pinggir, melihat keduanya, segera membukakan pintu.

Setelah naik ke mobil, Miranda Wen tidak ribut lagi, bersandar pada jok belakang dengan lemas, Alberto Ji meliriknya, memejamkan mata pura-pura tertidur.

Tidak lama kemudian, Miranda Wen merasa tubuhnya panas hingga tidak nyaman, membuka kancing baju tanpa sadar.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu