Eternal Love - Bab 159 Apakah Hamil?

Miranda Wen berjalan keluar dari kantor dan melihat Giselle Ning menatap komputer dengan bingung, dan dia tampak khawatir.

Dia menghela nafas, berjalan dan mengetuk meja dengan pelan, menunggu reaksi Giselle Ning, dan berkata , "Kamu bisa pulang dan beristirahat, lagi pula, dalam jangka waktu ini pekerjaan sedang tidak sibuk."

Giselle Ning cemberut dan tidak mengatakan apa-apa.

Miranda Wen melanjutkan: "Pulanglah untuk mengklarifikasi masalah ini, jika ada sesuatu yang tidak dapat diselesaikan, datang cari aku lagi, dan aku akan mencari solusinya dengan kamu."

Giselle Ning juga tahu bahwa dirinya sama sekali tidak punya mood untuk bekerja, dan seluruh pikirannya masih tertuju pada kehamilan Evie Tang, agar tidak mempengaruhi orang lain, dia menyetujui usulan Miranda Wen.

“Jangan terlalu banyak berpikir, masalah ini akan ada solusinya.” Miranda Wen menepuk-nepuk pundaknya dan menghiburnya.

Giselle Ning mengangguk, "Baiklah, terima kasih, Miranda."

Miranda Wen tersenyum dan lalu dia memperhatikannya pergi.

“Ada apa dengan Desainer Ning?” Rita Tsu mendekat kea rah Miranda Wen, memandangi punggung Giselle Ning yang pergi menjauh, dia bertanya dengan curiga.

Miranda Wen dikejutkan oleh Rita Tsu yang tiba-tiba muncul, lalu menatapnya dengan marah, "Kamu ini kenapa jadi bergosip! Jika punya waktu untuk bergosip, mengapa tidak membantu ku membuat secangkir kopi."

Sambil berkata begitu, dia menyerahkan gelasnya ke tangan Rita Tsu, lalu langsung berjalan ke kantornya.

Rita Tsu cemberut, membalikkan badan dan berjalan ke dapur.

“Direktur, kopi mu.” Rita Tsu menuangkan kopi di atas meja.

“Terima Kasih.” Saat berkata, Miranda Wen masih menundukkan kepalanya.

Bibir Rita Tsu melengkung, dia sedikit ragu-ragu.

Miranda Wen memperhatikan bahwa dia masih belum pergi keluar, jadi mengangkat kepalanya dan sedikit mengernyit, "Ada apa?"

Rita Tsu tersenyum canggung, dan bertanya dengan hati-hati: "Direktur, apa yang terjadi dengan desainer Ning?"

"Tidak ada apa-apa." Itu adalah masalah pribadi Giselle Ning, dan paling baik jika itu hanya diketahui beberapa orang.

"Benarkah?" Rita Tsu tidak mempercayainya, sepanjang pagi ini, Desainer Ning benar-benar linglung, dan warna wajahnya tidak begitu bagus, dan dia sama sekali tidak terlihat baik-baik saja.

Alis Miranda Wen terangkat, "Rita Tsu, apakah kamu benar-benar tercemar oleh Bernessa Song dan yang lainnya? Kamu juga menjadi tukang gosip?"

"Bukan begitu." Rita Tsu cemberut, “Aku peduli dengan Desainer Ning, oke?"

"Jika kamu peduli padanya, jangan tanya lagi."

Miranda Wen mengambil kopi dan hendak meminumnya, tetapi begitu dia mencium aroma kopi, ada perasaan mual bergejolak dari perutnya, dia segera meletakkan kopi, menutup mulutnya lalu muntah.

Rita Tsu terkejut dengan situasi yang tiba-tiba ini, buru-buru menarik beberapa tisu dan menyerahkannya, "Direktur, ada apa denganmu?"

Miranda Wen menepuk-nepuk dadanya, menarik nafas dalam-dalam, setelah rasa mual itu hilang, dia menggelengkan kepalanya, "Aku juga tidak tahu."

“Apakah maag mu kambuh?”Tebak Rita Tsu.

Kening Miranda berkerut, mungkin. Sebelumnya dia juga mau muntah saat mencium bau susu, dan sepertinya tidak ada alasan lain selain lambungnya bermasalah.

Pada saat ini, apa yang dikatakan Giselle Ning terlintas di benaknya, Evie Tang sedang hamil.

Dia dengan cepat ingin menangkap sesuatu, tetapi dia tidak bisa menangkapnya.

"Direktur, aku pikir Anda kamu harus pergi ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan mu.” Rita Tsu membujuknya, sebelumnya dia begitu sibuk, mungkin Direktur lupa makan teratur, karena pola makan tidak teratur, jadi lambungnya bermasalah.

Miranda Wen mengangguk, "Yah, aku akan meluangkan waktu untuk pergi ke rumah sakit."

……

Malam hari, saat pulang bekerja, wajah Miranda Wen tidak terlihat baik, dan dia terlihat sangat lelah.

Rita Tsu merasa tidak tenang jika dia pulang sendiri, jadi berencana ingin mengantarnya pulang.

“Tidak perlu, Rita Tsu, aku bisa pulang sendiri.” Miranda Wen menolak tawaran Rita Tsu.

"Tapi ..." Rita Tsu benar-benar khawatir, bagaimana jika di sepanjang perjalanan terjadi sesuatu?

Miranda Wen tahu bahwa dia khawatir dengan dirinya, jadi dia menekan nomor telepon, lalu setelah panggilan itu terhubung ke sana, dia langsung berkata kepada orang-orang di sana, "Kakak, aku sedang merasa tidak enak badan, bisakah kamu datang menjemputku? ? "

Setelah itu, dia menutup telepon, tersenyum lalu berkata kepada Rita Tsu : "Kamu kembali dulu, kakakku akan datang menjemput."

Kakak? Rita Tsu mengerutkan keningnya, mengapa dia tidak pernah mendengar bahwa direktur memiliki kakak laki-laki?

Melihatnya masih terpana begitu, Miranda Wen mendesaknya: "Cepat kembali, kalau tidak akan terlalu malam.”

Rita Tsu melihat bahwa dia bersikeras agar dirinya tidak mengantar nya pulang, dia juga tidak lagi memaksanya, mengucapkan selamat tinggal padanya dan pergi terlebih dahulu.

Miranda Wen naik lift menuju ke tempat parkir bawah tanah, sebelumnya karena Rita Tsu khawatir jadi dia ingin mengantarnya pulang, jadi dia langsung menelepon kakaknya, dia memintanya untuk pergi ke tempat parkir menunggunya untuk pulang bersama.

Dia berjalan keluar dari lift, dan sekilas, dia melihat mobil Mercedes yang berhenti tidak jauh dari sana, kedua lampu mobilnya menyala.

Dia segera bergegas, membuka pintu dan duduk.

“Kakak, maaf, membuatmu menunggu lama.” Dia melihat pria di kursi pengemudi itu lalu meminta maaf.

Alberto Ji menoleh, dia baru saja akan berbicara, tetapi melihat bahwa wajahnya agak pucat, alisnya terangkat, "Apakah kamu tidak enak badan?"

“Tidak apa-apa, hanya lelah,” Miranda Wen menanggapinya dengan santai.

Dia tidak ingin kakak laki-lakinya khawatir.

“Apakah mau pergi ke rumah sakit?” Tanya Alberto Ji, raut wajahnya benar-benar buruk, tidak hanya terlihat lelah saja.

“Tidak perlu, tidak perlu.” Miranda Wen menggelengkan kepalanya seperti mainan, seolah-olah pergi ke rumah sakit adalah hal yang mengerikan.

Alberto Ji tidak bisa menahan tetapi menekuk sudut bibirnya dan menatapnya sambil tersenyum.

Wajah Miranda Wen terasa panas, dengan cepat, dia menjelaskan: "Selama ini, aku sibuk dan lelah saja, aku benar-benar baik-baik saja."

Alberto menatapnya tajam, Alberto Ji tidak mengatakan apa-apa.

Selama perjalanan pulang, di dalam mobil itu sangat hening, Miranda Wen memandangi pemandangan yang terlihat di jendela, kelopak matanya menjadi semakin berat, sebelum dia menyadarinya, dia sudah tertidur.

Alberto Ji memandangi jalan di depannya dengan saksama, saat sedang menunggu lampu merah, dia menoleh untuk melihatnya, menyadari bahwa dia tertidur, kepalanya terlihat menunduk sedikit.

Matanya menjadi melembut, dia membantunya menyesuaikan posisi duduknya sehingga dia bisa tidur dengan lebih nyaman.

Lalu melepaskan mantelnya dan mengenakan kepadanya.

Melihat dia tertidur tenang, dia merasa seolah-olah di sekelilingnya menjadi tenang.

"Din... Din..."

Suara klakson yang terdengar tiba-tiba membuat Alberto Ji kembali tersadar, dia menyalakan mobil dan perlahan melewati persimpangan jalan.

Mercedes warna hitam berhenti di halaman, Alberto Ji membuka sabuk pengamannya, lalu menatap ke samping, memandang Miranda Wen yang tertidur, dan berbisik: "Miranda, Miranda..."

Dia berteriak beberapa kali, tetapi tidak ada jawaban.

Sepertinya dia benar-benar terlalu lelah sehingga tidur nyenyak.

Alberto Ji tersenyum tak berdaya, tidak tenang jika dia sendirian di dalam mobil, dan berpikir jika dia memeluknya masuk ke dalam, takutnya dia akan dikritik.

Jadi dia duduk di mobil, menunggu dengan tenang, menunggu wanita itu terbangun.

Jelas dia ingin melihat ke arah depan, tetapi tanpa sadar, tatapannya tertarik untuk terus menatanya, dan tertuju pada wajah cantiknya.

Lampu-lampu jalan di halaman menyinari mobil itu, meski tidak terlalu bersinar, dia masih bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu