Eternal Love - Bab 190 Jatuh ke Dalam Nafsu

Miranda Wen langsung mengabaikan ekspresi tidak senang Zayn Shen, “Bernando, apa kamu sudah lapar? Aku membawamu pergi makan, sudah mau tengah hari.”

“Bernando lapar, ingin makan.” Bernando Ji mengelus perutnya sendiri, memelas menatapnya.

Miranda dengan lembut tersenyum, “baiklah, aku segera membawamu pergi makan.”

Abaiannya membuat Zayn Shen terus berteriak tidak senang : “Miranda kecil, kenapa kamu tidak berani menatapku? Apa kamu sudah tidak ingin hidup?”

“kamu berisik sekali!” Miranda Wen menatapnya dengan marah, “selain itu, aku juga tidak ingin berbicara banyak dengan hantu kekanak-kanakan, jangan sampai aku jadi kekanak-kanakan juga.”

Ejekannya sangat berlebihan, membuat Zayn Shen berteriak “wow” dengan sangat keras.

Di saat ini, Alberto Ji menegur dengan suara ringan : “Zayn !”

“kenapa?” Zayn Shen menoleh, melihat tatapan dalam kakak sepupu sedang menatapnya, seketika ia melunak, dan dengan cepat mengambil jus di atas meja dan meminumnya.

Hal ini membuat Miranda Wen senang, “Zayn, apakah kamu tikus? Kok melihat tikus langsung takut?”

Mendengar ia menggambarkan dirinya sebagai kucing, Alberto Ji mengangkat alisnya,dan tersenyum

“kucing?” Zayn Shen melirik Alberto Ji curiga, kucing kan sangat lucu, kakak sepupu sama sekali tidak lucu, iya tidak?

“bagaimana bisa disebut kucing? Jelas-jelas adalah iblis, benarkan?” Zayn Shen tidak tahan untuk meludah.

Begitu kalimat itu keluar, Alberto Ji meliriknya, lalu menekuk lehernya, memutar bola matanya, berpura-pura tidak mengatakan apa-apa.

Ia juga mengatakan kakak sepupunya bukan kucing, tetapi ia sama seperti tikus yang sedang melihat kucing.

Miranda Wen menganggap itu sangat lucu, tapi di saat bersamaan ia juga terkejut, seperti saat ia kenal dengan kakak untuk pertama kalinya, kakak sangat lembut, meskipun terkadang dingin, tetapi kebanyakan dia termasuk ramah.

Dan ia tidak takut kepada kakak, masih ingat pertama kali bertemu, ayah dan ibu Sisca Wen memperlakukannya dengan hormat, hanya dia yang tidak diperlakukan sama, sekarang berpikir, ia sedikit malu, ia berterima kasih banyak kepada kakak, yang sama sekali tidak memperdulikan itu, jika tidak mungkin akan berakhir menyedihkan.

Dari pertama kali kenal dengannya, dan sudah beberapa lama ini, ada perasaan bahwa ini adalah mimpi.

Perasaan yang luar biasa.

Memikirkan hal ini, ia lalu memandangi Alberto Ji, melihat garis rahang yang sempurna, dia tidak dapat mengelak kalau kakak sangatlah tampan.

Mungkin karena ia sadar kalau sedang dipandang oleh Miranda, Alberto Ji perlahan menoleh, lalu menatap pupil matanya yang cemerlang.

Miranda Wen tertegun, dengan segera mengalihkan pandangan, mengambil jus dan meminumnya.

Ya Tuhan! Ketika menatap kedua mata hitam kakak, jantungnya berdebar sangat kencang.

……

Selesai makan siang, meski sudah bermain sepanjang hari, Bernando Ji masih ingin tetap bermain, kehabisan cara, Zayn Shen hanya bisa pasrah, dan menemaninya bermain.

Miranda Wen duduk di kedai kopi, cahaya matahari menyinari tubuhnya yang masuk lewat jendela, sangat hangat, dan nyaman.

Ia tidak tahan untuk menguap, wajah mungilnya nampak kelelahan.

Cuaca yang bagus seperti ini, sangat cocok untuk tidur di ranjang.

Kelopak matanya berangsur-angsur memberat, ia berusaha untuk membuka matanya , tapi semakin ia membuka matanya, semakin melekat juga kelopak mata atas dan bawah.

Akhirnya, kepalanya perlahan-lahan menunduk, lalu tertidur.

Dengan kondisi seperti ini, Alberto Ji menyeritkan alis, tatapannya seperti sakit hati, dan tiba-tiba berkata : “aku mau melihat file di mobil, apakah kamu mau ikut?”

“ha?” Miranda mendengar kalimat itu dengan kebingungan, lalu membuka mata, dan menatap Alberto Ji dengan tatapan kosong.

“aku mau ke mobil untuk mengecek beberapa file, apa kamu mau ikut?”

Alberto Ji dengan mengulangi perkataannya dengan sabar.

“di mobil?” mengedipkan mata dan mengangguk, “baiklah, aku ikut denganmu.”

Dengan begitu, ia bisa sekalian tidur di mobil.

Ketika baru sampai mobil, Miranda Wen tidak berani untuk tidur, matanya terbuka sambil menatap keluar jendela, dan Alberto Ji duduk di kursi supir, kepalanya menunduk membaca beberapa dokumen, terkadang mengangkat kepala melihat pemandangan depan, menyadari bahwa ia sedikit tidak nyaman, dan tidak berani untuk tidur.

Ia perlahan berkata, “jika ingin tidur, tidurlah, jangan menunggu.”

Mendengar perkataan itu, wajah Miranda Wen memerah, dan tersenyum malu.

Namun, saat ia mengatakan ini, ia juga sangat tenang, tidak lama kemudian, Miranda menutup matanya, lalu perlahan tertidur.

Sepertinya memang sungguh lelah.

Alberto Ji menengok, dengan belas kasihan melihat tidurnya yang sangat tenang, cahaya yang lembut nampak di matanya.

Ia turun dari mobil, membuka pintu kursi belakang, mengambil selimut dan menyelimutinya.

Melihatnya tertidur dengan sangat nyenyal, secara tidak sadar matanya berangsur-angsur menjadi berat

Ia benar-benar tidak berdaya sama sekali, apakah ia benar-benar memperlakukannya seperti seorang kakak.

Pemikiran ini, entah mengapa membuatnya sedikit bosan.

Ia tidak bisa menahan untuk menyentuh pipinya, sentuhan itu membuatnya teringat pada kejadian memalukan tadi malam.

Seketika, ia terkejut lalu menarik kembali tangannya, melihat ia masih tertidur sangat nyenyak, ia tertawa kecil, dan tersirat suatu kepahitan.

Sepertinya sudah benar-benar selesai.

Di waktu yang tersisa, ia tidak ingin membaca dokumen sama sekali, matanya terus tertuju pada tidur nyenyaknya, dan tidak mau berpaling.

Yang tidak dia ketahui adalah tidak jauh dari mobil, ada seseorang diam-diam mengambil foto situasi di dalam mobil saat itu.

……

Ini adalah tidur ternyenyak Miranda Wen sejak tahu dirinya sedang hamil.

Setelah lama tertidur ia terbangun, begitu bangun, ia melihat lewat jendela kalau awan sudah gelap, tetapi dirinya berada di atas ranjang, bukan di mobil seperti sebelumnya.

Ia menyeritkan alis, bertanya-tanya kebingungan, siapa yang memindahkannya?

Apakah Zayn?

Dengan penuh kecurigaan, ia bangun dari ranjang lalu turun ke bawah, melihat Zayn Shen sedang duduk di ruang tamu, ia segera menghampirinya.

Begitu melihatnya, Zayn Shen tertawa dan mengejek : “Miranda kecil, kamu ini benar-benar babi, kamu tidur sepanjang sore, dan benar-benar bisa tidur. Aku beri tahu, kamu itu benar-benar babi yang bereinkarnasi.”

Miranda Wen tahu saudaranya ini sedang balas dendam apa yang terjadi dengannya tadi di taman bermain, mulutnya terus berbicara, dan terus mencibir mengejeknya : “babi juga sama seperti hantu kekanak-kanakan.”

Ketika mendengar “hantu kekanak-kanakan” 3 huruf ini, Zayn Shen tersenyum puas, “Miranda Wen, kenapa kamu tidak menyebutkan 3 huruf itu?”

“bukankan kamu duluan yang mengataiku babi.” Miranda Wen menatapnya kesal.

“...” Zayn Shen tidak berkata-kata, jelas-jelas ia duluan yang mengatakan hantu kekanak-kanakan, benar tidak?

Miranda Wen sedang tidak ingin membicarakan tentang ini, ia mencodongkan tubuh ke arah telinga, dengan suara kecil bertanya : “apa kamu yang menggendongku naik ke atas?”

Zayn Shen menggerakkan bibirnya, “aku sebenarnya ingin, tetapi bukan aku yang menggendong.”

Bukan dia, mungkinkah kalau...

“kakak sepupu yang menggendongmu.”

Perkataan Zayn Shen itu mengejutkannya, apakah benar kakak?!

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu