Eternal Love - Bab 167 Ada Masalah Besar

Miranda yang baru saja ingin memejamkan matanya, segera menerima telepon masuk dari Christian. Ketika mendengar apa yang dikatakan Christian di telepon, dia tiba-tiba merasa tidak mengantuk.

"Kamu tenangkalah dia terlebih dulu, aku akan segera ke sana."

Usai memberikan arahan kepada Christian, Miranda segera menutup teleponnya, kemudian mengganti pakaiannya, lalu meninggalkan kamarnya dengan tergesa-gesa.

Melihat Miranda yang berjalan menuruni tangga dengan tergesa-gesa, Alberto yang keluar dari ruang kerja mengerutkan alisnya. Waktu sudah sangat larut, Miranda ingin pergi kemana?

Tanpa memikirkannya, dia mengikuti Miranda turun.

Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Giselle, kalau tidak dia tidak akan menjadi sedih seperti itu.

Miranda menggigit jarinya, menatap jalan di depannya. Karena merasa khawatir akan kondisi Giselle, dia tidak bisa menahan untuk menginjak pedal gas dengan kencang, sehingga kecepatan mobil tiba-tiba meningkat.

Untungnya, hanya ada sedikit mobil di jalan saat ini, kalau tidak dia tidak akan berani mengemudi begitu cepat.

Pikiran Miranda terpusatkan kepada Giselle sehingga dia pun tidak sadar bahwa ada mobil yang mengikutinya.

Karena merasa tidak tenang, Alberto pun pergi mengikuti Miranda. Ketika dia melihat Miranda mengemudi dengan begitu cepat, mata hitamnya menyipit, wajahnya yang tampan memunculkan ekspresi kesal.

Miranda mengemudi ke suatu komplek, tetapi Alberto tidak mengikutinya, segera memarkirkan mobilnya di depan di gerbang komplek itu.

Melalui jendela, dia melihat mobil Miranda pergi menghilang. Setelah waktu yang lama, Alberto kembali pada kesadarannya dan berbalik.

……

Begitu Christian melihat Miranda datang, dia merasa lega seperti dia melihat ada malaikat yang datang menolongnya, "Miranda, akhirnya kamu sampai juga."

Jika Miranda tidak datang, maka Christian akan terlalut dalam kesedihan bersama dengan Giselle. Christian tidak dapat membujuknya, dia sungguh merasa khawatir.

"Kamu telah berusaha dengan baik."

Miranda tersenyum padanya, lalu menghampiri Giselle, lalu duduk di sebelahnya.

Giselle menatap dengan ekspresi kosong, tatapannya itu benar-benar berbeda dari biasanya.

Giselle meneteskan air matanya.

Melihat ini, Miranda merasa tidak tega. Dia mengulurkan tangan dan mengambil beberapa tisu untuk menyeka air matanya. Lalu dia bertanya dengan lembut, "Giselle, apa yang telah terjadi?"

Mendengar suara itu, bulu mata Giselle bergetar, perlahan menoleh, lalu berkata, "Anak itu telah tiada."

Bayinya sudah tiada?

Miranda menatapnya dengan terkejut, lalu ketika baru saja ingin bertanya apa yang telah terjadi, Giselle menyeka air matanya, lalu bertanya dengan suara serak: "Apakah di sini ada bir? Aku ingin meminumnya."

Miranda Wen tertegun, lalu dia menjawab. Dia menoleh kepada Christian, lalu berkata, "apakah kamu punya bir?"

"Ada." Christian mengangguk, "Aku akan mengambilkannya untukmu."

Biasanya Christian suka meminum anggur ketika dia tidak memiliki inspirasi. Sehingga dia membeli banyak bir, lalu menaruhnya di studio jika tiba-tiba diperlukan.

Setelah beberapa saat, Christian datang dengan membawa beberapa botol bir, membuka botol itu dan menyerahkannya kepada Giselle. Kemudian dia memandang Miranda dan berkata, "Apakah kamu ingin meminumnya juga?"

Miranda mengerutkan keningnya setelah melihat Giselle yang mendapatkan bir itu, tetapi dia tidak menghentikannya. Dia mengangguk pada Christian, lalu berkata, "Bukalah satu botol untukku."

Tidak mungkin jika Giselle hanya minum sendirian. Dia harus minum bersamanya.

Giselle menghabiskan sebotol bir dalam sekejap, lalu meraih tangan Christian, kemudian berkata,"Aku ingin lebih!"

Melihat ini, Miranda dengan cepat berkata: "Giselle, kamu tidak boleh minum dengan terburu-buru seperti itu, jika tidak kamu akan mabuk."

"Mabuk?" Giselle berkata dengan senyum masam, "Lebih baik aku mabuk, dan melupakan masalah yang menyebalkan itu."

Christian menatap Miranda terlebih dulu seakan meminta izin kepada Miranda, lalu mengangguk sebelum membuka sebotol bir lagi dan menyerahkannya kepada Giselle.

Setelah meminum sebotol bir lagi, Giselle mulai berbicara tentang apa yang terjadi.

"Evie datang ke rumah malam ini. Dia meraih tanganku dan memohon agar aku memaafkannya. Karena merasa kesal, jadi aku melepaskan tangannya itu. Tapi tanpa di sengaja dia terjatuh ..."

Pada titik ini, Giselle mendongak, lalu meminum seteguk bir, dengan mengeluarkan senyum yang mencibir di sudut bibirnya dia berkata, "Anak yang membuatku tidak disukai itu telah tiada, Evie jatuh...."

Miranda mengerutkan keningnya, "Bagaimana bisa seperti itu?"

"Huh!" Giselle berkata dengan senyum mengejek, "Mereka berkata bahwa aku adalah orang jahat, mereka menganggap bahwa aku lah yang telah membunuh anak itu ... "

Mengatakan hal ini, emosinya menjadi kacau kembali, Giselle menangis, lalu berkata: "Dia ternyata tidak mempercayai ku. Setelah bertahun-tahun hidup bersama, apakah aku tampak seperti orang jahat di hatinya?"

Miranda akhirnya mengerti apa yang sedang terjadi. Melihatnya ingin meminum bir lagi, Miranda dengan cepat mengulurkan tangan untuk menghentikannya. Dia berkata dengan suara lembut: "Miranda, ini bukanlah salahmu. Biarkanlah mereka tidak percaya padamu, tapi kami mempercayaimu."

Giselle menatapnya dengan air mata berlinangan. Mereka tidak terlalu lama saling mengenal satu sama lain, tapi Miranda mau mempercayainya. Sedangkan Stanley, laki-laki yang telah hidup bersama dengannya selama bertahun-tahun, tidak mempercayainya.

Memikirkan hal ini, Giselle merasa hantinya telah hancur, dia tetap meminum bir itu, meskipun Miranda telah mencoba untuk menghentikannya.

Akhirnya, Giselle pun menjadi sangat mabuk, lalu segera tertidur di sofa.

Melihat hal ini, Miranda merasa sangat tidak tega. Tampaknya Stanley benar-benar telah menghancurkan hatinya.

"Christian, bantu aku untuk menggendongnya ke kamarku." Miranda menoleh dan berkata pada Christian.

Semoga suasana hati Giselle akan membaik setelah istirahat malam ini.

"Baik." Christian mengangguk, lalu pergi menggendong Giselle.

Miranda menyelimuti Giselle yang tererbaring di tempat tidur. Melihat Giselle yang mengerutkan alisnya, Miranda pun segera mengulurkan tangannya untuk menghilangkan kerutan di alisnya itu, lalu berbisik: "Tidurlah dengan tenang, semuanya telah berakhir ketika kamu tertidur."

Setelah dia keluar dari kamar, Christian melihat kembali ke kamar dan bertanya dengan nada khawatir: "Miranda, apa yang terjadi dengan Desainer Ning ini bukanlah masalah besar bukan?"

Christian yang baru saja mendengarkan dengan tenang di sampingnya untuk waktu yang lama, cukup mengerti apa yang terjadi pada Desainer Ning. Karena dirinya pernah dikhianati, jadi Christian pun merasa kasihan kepadanya.

Miranda yang tahu bahwa Christian mengkhawatirkan Giselle, tertawa,"Tidak apa-apa. Aku akan menemaninya."

Christian mengangguk, lalu berkata: "Kalau begitu kamu pergi ke kamarku, dan tidur."

"Tidak perlu." Miranda menggelengkan kepalanya segera menolak, "Kamu tidulah dengan cukup. Kamu harus mengumpulkan energi untuk menggambar. Aku akan tidur di sofa malam ini."

"Aku saja yang tidur di sofa." Bagaimana bisa dia membiarkan seorang wanita tidur di sofa.

"Christian!" Miranda menatapnya, "Aku adalah seorang bos. Kamu harus mendengarkan aku."

“……”

Christian tidak bisa berkata apa-apa. Biasanya Miranda tidak menganggap dirinya sebagai bos. Bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti ini sekarang?

Karena Miranda sudah bersikeras, Christian tidak mengatakan apa-apa lagi.

……

Keesokan harinya, Miranda dibangunkan oleh dering ponsel. Dia bangkit dari sofa dan meraih ponselnya yang berdering.

Itu adalah telepon masuk dari Rita.

Begitu dia mengangkatnya, terdengar suara Rita yang datang dari ponselnya, "Direktur, ada masalah besar!"

Miranda melihat ke jam dinding. Sadar bahwa waktu belum menunjukkan pukul tujuh, kemudian berkata tanpa daya: "Rita, bukankah agak keterlaluan jika kamu mengganggu orang yang baru bangun dari tidur?"

Tetapi Rita tampak seperti tisak mendengar kata-katanya itu, dia lanjut berkata: "Direktur, kamu harus segera melihat berita di internet, ada masalah besar."

Novel Terkait

My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu