Eternal Love - Bab 82 Cepat tolong aku

“Sini, biar kakak cium.” Pria tersebut memonyongkan bibir ingin menciumnya.

Miranda memalingkan wajah, kemudian membuka pintu lagi dengan sekuat tenaga, mencoba menarik perhatian orang di luar dengan suara, namun ia tidak tahu kalau diluar telah diletakkan pemberitahuan “sementara tidak dapat digunakan”.

“Apakah ada orang?” Dia berteriak histeris.

“Jangan teriak lagi, tidak akan ada yang datang.”

Saat ini pria tersebut langsung memeluknya, dengan tenaga yang kuat memojokkannya ke dinding, kemudian mencium lehernya.

Rasa yang menjijikkan timbul dari dalam hatinya, Miranda menggerak-gerikkan tubuh, mencoba untuk mendorongnya.

Tapi tenaga pria ini sungguh kuat sekali, dia sama sekali tidak bisa bergerak.

Dan yang tidak berani ia akui adalah, tindakan pria ini membuat reaksi aneh dalam tubuhnya semakin kuat, dia menggigit bibirnya karena tidak ingin dirinya kalah oleh efek obat.

Asalkan dia mengendur, maka sudah akan mejadi kesempatan untuk sang pria.

“Kamu wangi sekali, aku sungguh tidak tahan.” Bicara pria itu semakin menjijikkan, serta mulai menarik pakaiannya.

Melihat pakaian pesta yang tidak murah harganya ini disobek, Miranda membelalakkan mata, tidak tahu keberanian dari mana, dia mengangkat kaki menendang kelangkang celananya.

“Aaa!” Pria itu menjerit dan sakit sampai membungkukkan badan.

Miranda yang mendapatkan kebebasan segera mendorongnya, dan terus meggedor pintu berulang kali, namun pintu itu tidak bergerak sedikit pun.

Melihat pintu yang tertutup rapat, dalam hatinya mulai sedikit demi sedikit kecewa, kecewa sampai ke dalam dasar jurang.

Apakah hanya bisa demikian?

Tidak, dia harus keluar dengan selamat.

Oleh karena itu, dia pun kembali menyemangatkan diri dan sekuat tenaga menggedor pintu, kedua telapak tangannya sudah memerah, tapi dia tidak merasa sakit, serta masih terus menggedor.

“Tolong! Tolong aku!” Teriaknya.

Perlahan pria itu pulih dari rasa sakitnya, dipelototinya Miranda dengan bengis, tatapan matanya kejam dan biadab.

Selanjutnya, dia mencengkram rambut Miranda dan menjatuhkannya ke lantai, mulutnya tidak berhenti mengomel : “Wanita sialan, berani-beraninya memukul aku!”

Punggung Miranda terhentak keras ke lantai, rasa sakit membuat wajah mungilnya mengerut, air mata keluar dari kelopak matanya.

Dia meronta ingin bangun, namun ditendang lagi oleh pria tersebut.

Miranda meringkukkan badan bagaikan udang kecil, tangannya mendekap kepala, air mata mengalir terus tanpa suara.

Dia menggigit bibir, tidak membiarkan dirinya mengeluarkan suara kesakitan, karena takut sekali jika dia bersuara, akan memancing pria tersebut semakin membalas dendam dengan parah.

Tidak tahu berapa lama kemudian, akhirnya pria itu pukul sampai lelah.

Tapi nasib sial Miranda belum berakhir, Pria itu membangunkannya dari lantai, membuat Miranda berhadapan dengannya dan memelototinya dengan galak : “Masih berani memukul aku?”

Sekujur badan Miranda terasa sakit, wajahnya memucat, butiran keringat mengalir di keningnya, dia menggigit bibir dan menundukkan mata tanpa bersuara.

Sikapnya membuat pria emosi lagi, dia dekap kedua pipinya.

“Prakkk”, besar sekali suaranya.

Tenaga pria itu kuat, wajah Miranda seketika mengarah ke samping, tamparannya juga membuat ia agak pusing dan telinga yang berdengung, dari sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah.

“Bilang, masih berani memukul aku?” Pria itu menjambak rambutnya, membuat wajahnya menghadap dirinya lagi.

Miranda menatap pria yang kejam di depan matanya ini, dalam hatinya takut sekali, demi tidak membuat pria tersebut emosi, dia bergumam : “Aku tidak berani, tidak berani lagi.”

Barulah pria itu tersenyum puas sambil mengusap pipinya.

……

Sambil berbicara dengan yang lain, Alberto menoleh ke sekeliling dan mengerutkan dahi, kenapa anak itu lama sekali?

Tidak mungkin terjadi sesuatu bukan?

Dalam hatinya agak cemas, lalu memutuskan untuk melihat ke toilet.

Tapi dia adalah pria, tidak leluasa untuk masuk ke toilet wanita.

Ia meneguk birnya, kebetulan seorang pelayan wanita datang, dia pun memanggilnya.

“Tuan, ada yang bisa saya bantu?”

Alberto menjelaskan keadaan, pelayan wanita pun menganggukkan kepala menyanggupi.

Pelayan wanita datang ke toilet dengan buru-buru, melihat tulisan “sementara tidak dapat digunakan”, dia mengerutkan dahi : “Bukankah tadi baru selesai dibersihkan, siapa yang menaruh papan ini ke sini?”

Dengan rasa curiga ia memindahkan papan tersebut.

Kalau ada papan yang bertulis “sementara tidak dapat digunakan”, berarti orang yang mau dicari tamu tadi pasti tidak di sini.

Oleh karena itu, pelayan wanita pun hendak kembali dan memberitahu ke tamu tadi.

Dan baru saja dia hendak melangkahkan kaki, tiba-tiba terdengar suara aneh dari dalam.

Dia mengernyitkan dahi dengan curiga, apakah di dalam ada orang?

Dia mendekat untuk membuka pintu, tapi pintu dikunci dari dalam.

Langsung dia menempelkan telinga ke pintu untuk mendengar keadaan di dalam dengan cermat, samar-samar dia merasa memang ada suara.

Sehingga dia pun mengetuk pintu dan berteriak : “Apakah nona Miranda ada di dalam?”

Miranda yang di dalam toilet mendengar ada orang di luar, matanya langsung menaruh harapan, baru saja hendak berteriak, mulutnya malah didekap oleh pria.

“Kalau kamu berani teriak, aku buat kamu tidak bisa keluar dari sini.” Ancam pria itu.

Miranda menggeleng, matanya penuh ketakutan, ini pertama kalinya dia merasakan keputusasaan.

Jelas-jelas ada orang di luar, asalkan dia berteriak, akan ada orang yang mendobrak masuk menyelamatkannya, tapi pria ini sama sekali tidak memberikan kesempatan.

Pria tersebut tersenyum vulgar, lalu mencium lehernya, wajahnya semakin vulgar, “Wangi sekali!”

Selanjutnya dia berbisik di telinga Miranda, “Cantik, kamu tenang saja, tidak akan ada yang mengganggu kita, biarkan kakak baik-baik menyayangi kamu.”

Miranda memejamkan mata, dalam hatinya benar-benar putus asa, apakah dirinya benar-benar akan dinodai oleh binatang ini?

Di benaknya muncul wajah yang familiar, air mata mengalir dari sudut matanya.

Kakak, cepat selamatkan aku!

Jeritnya dalam hati.

Alberto yang di tempat pesta mulai semakin cemas karena sudah menunggu lama namun pelayan wanita belum kembali.

Sehingga dia pun pergi ke arah toilet.

Sampai di luar toilet, Alberto melihat pelayan wanita itu menempelkan telinga ke pintu, tidak tahu apa yang sedang dilakukan.

Dia mendekat dan bertanya : “Apa yang kamu lakukan?”

Pelayan wanita yang sedang berusaha mendengar suara di dalam dikejutkan oleh kemunculan Alberto.

Dia menepuk-nepuk dada dan menjawab : “Tadi aku sepertinya mendengar suara, tapi kemudian tidak ada lagi.”

“Dan pintu dikunci dari dalam, tidak bisa dibuka.” Pelayan wanita menambahkan.

Dikunci dari dalam?

Tiba-tiba Alberto punya firasat buruk, dia menyuruh pelayan wanita menjauh, kemudian dia tendang pintu tersebut dengan kaki panjangnya.

Novel Terkait

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu