Eternal Love - Bab 347 Membuntuti

Tadinya dia pikir dirinya akan bisa makan beberapa gigitan lagi, siapa tahu dalam waktu kurang dari satu menit, suara pesan teks terdengar dari ponsel Alberto Ji, setelah membaca pesan teks tersebut, senyum yang sangat aneh muncul di bibir dia.

Kemudian dia pun meraih tangan Miranda Wen dan berjalan keluar.

"Apa yang terjadi? Kita masih belum makan!" Miranda Wen bertanya dengan bingung, baru saja makan beberapa gigitan, benar-benar sayang kalau harus pergi begitu saja.

“Jangan khawatir, nanti kubiarkan kamu makan sampai puas, kucing rakus!” Setelah mengatakan ini, dia mengusap rambut Miranda Wen tanpa daya, sorot matanya penuh ketulusan.

Setelah diperlakukan seperti ini, Miranda Wen tidak punya pilihan lain selain diam, dia jelas mengerti bahwa Alberto Ji adalah orang yang serba bisa, selama ada dia, dia tidak perlu khawatir tentang apa pun.

Dan alasan kenapa dia melakukan ini pasti ada tujuannya, dia tidak perlu bertanya apapun, dia hanya perlu mengikutinya.

Setelah keluar dari restoran, Miranda Wen terlihat sedikit gugup, Alberto Ji pun segera memeluknya dan berbisik di telinganya.

“Lebih natural lagi, jangan lihat sekeliling!” Suaranya sangat lembut, dan mereka berdua kelihatan seperti sedang berciuman.

Setelah Miranda Wen mengangguk perlahan, dia berusaha untuk tidak melihat sekeliling, Alberto Ji bertindak sangat tenang dan berjalan menuju tempat parkir.

Setelah mobil dinyalakan, Alberto Ji membawa Miranda Wen langsung ke arah mansion Keluarga Ji.

Angin malam bertiup pelan, Miranda Wen merasa agak kedinginan, melihat tampangnya, Alberto Ji mau tidak mau bertanya dengan penuh perhatian.

“Apakah terasa dingin? Apakah aku perlu menyalakan pemanas?” Memang tidak cocok untuk menyalakan pemanas dalam cuaca seperti ini.

Setelah diinterogasi seperti ini, Miranda Wen merasa sedikit malu, dan langsung menggelengkan kepalanya, kepalanya menggeleng-geleng layaknya mainan drum model rattle anak-anak.

"Tidak perlu, tidak dingin sama sekali! Aku hanya sedikit gugup ..." Dia berpura-pura bahwa dia memang merasa gugup, bukannya merasa dingin.

Jika Alberto Ji benar-benar menyalakan pemanas di dalam mobil, dia akan terlihat seperti boneka porselen yang tidak bisa disentuh orang, dia tidak menginginkan ini.

Jawabannya menimbulkan senyum tipis di bibir Alberto Ji, bukannya menyalakan pemanas, dia malah menutup jendela mobil.

"Seharusnya sekarang terasa lebih hangat ..." Setelah mengatakan ini, dia melanjutkan mengemudi dengan serius.

Setengah jam kemudian, kedua orang itu masih berkendara di jalan raya, Alberto Ji sedang mengemudi tanpa sepatah kata pun, dan tiba-tiba terdengar suara dering telepon yang jernih.

“Bagaimana penyelidikannya? Apakah ada yang membuntuti kami?” Setelah meletakkan headset di telinganya, Alberto Ji masih melihat ke depan dan mengemudi dengan serius, alisnya sedikit berkerut.

“CEO, tebakanmu benar, memang ada mobil yang membuntuti kalian!” Dia hanya bisa mengagumi, CEO mereka benar-benar sangat cerdik, hal semacam ini pun dia bisa tahu.

Kata-katanya membuat senyum dingin terbentuk di bibir Alberto Ji.

Mendengar percakapan mereka, Miranda Wen sedikit terkejut, sebenarnya dia juga tidak menyangka, ada orang yang benar-benar membuntutinya.

“Ternyata ini bukan hanya bayanganku saja, ternyata benar…” Terpikir akan hal itu, Miranda Wen pun bergidik*.

Jelas, kelompok orang ini datang karena dirinya, jika mereka tidak tahu dengan segera, bisa dibayangkan betapa berbahayanya situasi mereka sekarang.

Alberto Ji mengemudi dengan satu tangan, menepuk tangan Miranda Wen dengan tangan lainnya, dan menggunakan cara ini untuk membuatnya merasa lebih nyaman.

Segera setelah itu, Alberto Ji mulai bertanya kepada bawahannya apa yang sedang terjadi.

"Bagaimana situasinya sekarang? Apakah orang-orang itu sudah dikendalikan?" Ini adalah satu hal yang paling dia pedulikan sekarang ini.

Benar saja, asisten itu tidak mengecewakannya, setelah tersenyum penuh kemenangan, dia tidak dapat menahan diri untuk tidak memberi tahu mereka kabar baik ini.

"Jangan khawatir, ini hanya masalah sepele, sekelompok orang yang membuntuti kalian itu sudah dikendalikan, dan tidak akan lama untuk mengetahui siapa dalang mereka!"

“Ingat, ini harus dilakukan dengan hati-hati, dan tidak boleh ada kelalaian!” Dia jelas tidak ingin Miranda Wen disakiti lagi.

“Aku mengerti!” Asisten itu menjawab dengan sungguh-sungguh.

Ketika dirinya mendengar dia mengatakan ini, raut wajah Alberto Ji mulai sedikit berubah, dia pun tidak melanjutkan berbicara lebih banyak lagi, langsung menutup teleponnya.

Ia masih serius mengemudikan mobil, dengan sedikit sentuhan amarah di matanya, meski sekarang masih belum jelas siapa dalangnya, satu hal yang pasti, orang-orang ini pasti diarahkan ke Miranda Wen.

“Orang-orang ini sungguh terkutuk, mereka berani melakukan tipu daya kecil begini, lihat saja bagaimana aku akan membereskan mereka kali ini!” Setelah mengertakkan gigi, Alberto Ji segera menginjak rem, lalu mobil pun berhenti dengan cepat.

Untung saja Miranda Wen memakai sabuk pengaman, jadi tidak terjeduk, tapi jantungnya seperti berhenti tiba-tiba.

Tanpa memberinya kesempatan untuk bereaksi, Alberto Ji membalikkan mobil, dan hanya butuh satu detik, mereka sudah berbalik lagi.

“Kemana kita akan pergi?” Miranda Wen bertanya dengan bingung, menyentuh dadanya sendiri, sambil memikirkan kembali segala yang terjadi malam ini, dia merasa ketakutan dan bahkan terasa sangat memacu adrenalin.

Kata-katanya memang konyol, setelah Alberto Ji menatapnya tanpa daya, senyuman di bibirnya bahkan terlihat menyindir.

"Dasar bodoh, orang-orang itu sudah berhasil dikendalikan, menurutmu kemana kita akan pergi sekarang! Tentu saja kita akan kembali makan, bukankah kamu belum kenyang makannya!"

Bayi kecilnya ini seratus persen adalah seorang tukang makan, jika tidak membiarkannya makan dengan baik, bahkan dirinya sendiri pun tidak akan merasa nyaman.

Setelah dibongkar terus terang seperti itu, wajah Miranda Wen pun memerah, untuk beberapa saat dia tidak tahu harus berkata apa, hanya menunjukkan ekspresi malu-malu.

Setelah setengah jam, mereka kembali ke restoran lagi.

"HIdangkan lagi makanan yang kami pesan sebelumnya ..." kata Alberto Ji sopan.

Selain memesan hidangan yang telah mereka pesan sebelumnya, mereka juga memesan makanan penutup untuk Miranda Wen.

Hidangan disajikan dengan cepat, seolah-olah disiapkan khusus untuk mereka, hampir semua hidangan siap dalam waktu kurang dari sepuluh menit.

Meski hidangannya sangat enak, tapi ternyata Miranda Wen masih sedikit ketakutan karena apa yang terjadi barusan, raut mukanya tidak begitu baik.

“Tidak apa-apa, jangan terlalu khawatir!” Alberto Ji meraih tangannya dan tersenyum untuk menghiburnya.

Mendengar dia mengatakan ini, hati Miranda Wen akhirnya bisa tenang. Tidak perlu lagi hidup dalam ketakutan setiap hari, mengkhawatirkan dirinya menjadi korban rencana jahat orang lain.

Dia memandang Alberto Ji dengan penuh rasa terima kasih, membiarkan senyum di bibirnya semakin melebar. Senyuman yang begitu manis bagaikan bom, langsung menyentuh hati Alberto Ji.

“Baguslah kalau sudah tidak apa-apa!” Miranda Wen mengangguk pelan, lubuk hatinya akhirnya kembali ke kedamaiannya yang dulu.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu