Eternal Love - Bab 175 Keputusan

Suara yang tiba-tiba terdengar itu mengagetkan Evie Tang hingga ia segera mendekap wajahnya dengan leher baju, serta pergi dengan menundukkan kepala, tapi orang itu lebih cepat, sudah terlebih dahulu menangkapnya.

“Evie Tang, akhirnya kutangkap kamu!” Orang itu melototinya dengan wajah merah padam.

Evie Tang merasa gawat, segera ia mengelak : “Maaf, aku bukan Evie Tang, kamu salah orang.”

“Kamu bukan Evie Tang?” Orang itu tersenyum meledek, kemudian berteriak, “Evie Tang di sini, kalian cepat kemari.”

Evie Tang tidak tahu dia sedang memanggil siapa, ketika ia menoleh tiba-tiba ada beberapa orang datang menyerbu, refleks ia ingin mengangkat kaki kabur.

Tapi sudah terlambat, mereka mengerumuninya, di detik berikutnya ia di dorong jatuh ke tanah, beberapa wanita menindihnya, membuatnya tidak bisa bergerak sedikit pun, hanya bisa melihat mereka merobek pakaian ditubuhnya.

Banyak yang berkerumun menonton, tapi tidak ada yang menolongnya, malah bersorak, bahkan ada yang merekam dan dipublikasikan ke internet.

Berita Giselle Ning kali ini tersebar luas, setelah fakta yang sebenarnya terungkap, Evie Tang juga jadi terkenal, tapi setiap orang yang berhati nurani pasti menganggapnya hina, melihat dia dipukul tentunya menjadi suatu pelampiasan juga.

Setelah melampiaskan amarah, beberapa wanita tersebut bangkit berdiri, salah satu dari mereka menunjuk Evie Tang yang hampir tidak berbalut pakaian : “Lain kali kalau berani menyakiti dan memfitnah Giselle Ning sedikit pun, kami tidak akan mengampunimu.”

Kemudian mereka pergi dari situ meninggalkan Evie Tang menarik pakaian yang dirobek untuk menutupi tubuhnya dengan air mata berlinang.

Kali ini dia benar-benar malu, juga benar-benar menjadi sangat terkenal.

……

Dalam sekejap mata sudah akhir bulan, sudah dua bulan Miranda Wen menjabat sebagai direktur, dalam beberapa waktu ini tidak sedikit masalah yang terjadi, ada yang baik ada juga yang buruk, tapi intinya sejak dia memimpin divisi desain, selain Bernessa Song mereka, yang lainnya cukup bekerja sama dengannya.

Dan akhir bulan juga merupakan evaluasi penjualan setelah konferensi pers produk baru, sampai waktunya nanti akan diadakan rapat, kemudian Miranda Wen dan Bernessa Song akan menampilkan hasil usaha para desainer yang mereka pimpin.

Rapat kali ini juga merupakan penentuan apakah Miranda Wen bisa lanjut menjadi direktur atau tidak, jadi dia tidak berani terlalu gegabah, bahkan satu hari sebelum rapat juga tidak berani sembarangan, ia memeriksa data bersama Rita Tsu, takut sekali akan ada kesalahan.

Dibandingkan dengan kehati-hatiannya, Bernessa Song malah tampak santai, sepulang kerja langsung pergi ke KTV dengan orang-orangnya, mereka mau terlebih dahulu merayakan Bernessa Song menduduki jabatan direktur.

Batas waktu orderan produk baru sudah selesai, dan jumlah orderan karya Giselle Ning tetap kalah dari Kiara Tsu, bagi Bernessa Song ini sudah pasti menang, dan posisi direktur sudah seratus persen akan dia duduki.

Jadi dia langsung menerima maksud baik yang lain untuk terlebih dahulu merayakannya.

“Kak Bernessa, tidak, direktur, kelak harus meminta anda banyak membantu.” Ada yang bangun berdiri dan mengangkat gelas bir, dengan senyuman menjilat ia menatap Bernessa Song.

Satu panggilan “direktur” tersebut begitu cocok, tapi Bernessa Song tetap pura-pura mengelak : “Panggil apa kamu? Aku sekarang masih bukan direktur.”

Mendengar itu, yang lain langsung menambahkan, “Kak Bernessa, ini sudah hal yang pasti, kita hanya terlebih dahulu memanggil dengan sebutan itu saja.”

“Itulah, besok sekali selesai rapat, kamu sudah menjadi direktur divisi desain.”

“Aku jadi senang sekali kalau mengingat kak Bernessa akan menduduki jabatan direktur. Tapi aku juga tidak sabar melihat betapa sedihnya Miranda Wen nanti.”

Usai bicara demikian, suara ketawa terbahak-bahak langsung meliputi satu ruangan.

“Mendengar kamu bilang begitu, aku jadi tidak sabar juga, ingin sekali rasanya melihat wajah murung Miranda Wen dan Giselle Ning sekarang juga.”

“Aku juga, aku juga, mengingat kak Bernessa sebelumnya didahului oleh orang baru, aku jadi ikut tidak terima, sekarang akhirnya kita sudah melewati rintangan.”

Mendengar mereka berkata seperti ini, Bernessa Song meneguk birnya perlahan, bibirnya menyunggingkan senyum bangga.

Dia juga sangat menanti datangnya hari esok.

……

Keesokan harinya, rapat akhir bulan akan segerai mulai, Miranda Wen membawa Giselle Ning menghadiri rapat.

Sedangkan Bernessa Song juga membawa Kiara Tsu.

Ketika Miranda Wen melihat Bernessa Song, ia tetap tersenyum dan mengangguk sopan, malah Bernessa Song yang angkuh, hanya meliriknya sekilas dengan dingin, kemudian membawa Kiara Tsu ke tempat duduknya.

Miranda Wen mengangkat alis, tanpa menghiraukan sikapnya.

Lagipula dari dulu Bernessa Song memang bersikap seperti itu kepadanya.

Zayn Shen datang ke ruang rapat dengan riang, lalu duduk di kursi tengah dan melihat setiap orang di ruangan, ketika melihat Miranda Wen, dia agak mengangkat alisnya, kemudian berkata : “Rapat hari ini aku berharap kalian tidak membawa perasaan pribadi dan memihak salah satu desainer, kalian harus adil dan objektif, kalau tidak bisa melakukannya, silakan meninggalkan tempat ini sekarang juga.”

Semua orang terdiam.

Zayn Shen mengangguk puas dan melanjutkan : “Kalau begitu, mari kita mulai rapatnya.”

Wibawa dia yang mengendalikan situasi membuat Miranda Wen tersenyum, sungguh tidak disangka anak yang biasanya suka mengoceh ini bisa bersikap serius.

Divisi pemasaran terlebih dahulu menampilkan analisa data orderan produk baru kali ini, di PPT tertampil jelas jumlah orderan karya Kiara Tsu lebih tinggi dari Giselle Ning, data yang demikian jelas dilihat oleh semua orang dengan teliti.

Bernessa Song tidak bisa menyembunyikan bangga dan senang dalam hatinya, sudut bibirnya tersungging ke atas tanpa bisa dikendalikan, diliriknya Miranda Wen dan Giselle Ning yang duduk di seberang, mereka berdua malah sangat tenang, tidak tampak ekspresi yang berbeda.

Bernessa Song mendengus, sekarang saja pura-pura tenang, nanti akan tiba saatnya mereka menangis.

Usai divisi pemasaran memberi laporan , para pimpinan mulai berdiskusi untuk sesi pertama, setelah melihat hasil data yang begitu sederhana tadi, dalam hati setiap pimpinan punya pendapat masing-masing.

“Dilihat dari data, Kiara Tsu memang lebih hebat dari Giselle Ning, ini juga menandakan kemampuan Bernessa Song lebih baik daripada direktur Wen.” Salah satu pimpinan mengungkapkan pendapatnya, dari balik perkataannya merupakan pujian terhadap Bernessa Song dan Kiara Tsu.

“Divisi desain termasuk divisi inti perusahaan, tentu saja harus dipimpin oleh orang yang berkemampuan, jadi aku merasa jika dibandingkan demikian, masih Bernessa Song yang lebih punya kemampuan.”

Tidak di luar dugaan, hampir semua pimpinan lebih berpihak ke Bernessa Song.

Miranda Wen tampak tenang sekali, sama sekali tidak gelisah atau pun panik karena dukungan mereka terhadap Bernessa Song.

Di saat yang bersamaan, di ruang CEO perusahaan besar Ji, Alberto Ji sedang menonton semua yang terjadi di ruang rapat melalui kamera CCTV, tatapan matanya tertuju ke wanita yang tenang dan kalem itu.

Melihat dia begitu tenang, bibirnya tanpa sadar melengkung ke atas, tatapan matanya memancarkan kelembutan yang tidak dirinya sadari.

Di saat para pimpinan sedang berunding, Zayn Shen menyela : “Divisi pemasaran sudah selesai melapor, ganti yang selanjutnya saja, jangan menghabiskan waktu semua hadirin.”

Novel Terkait

Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu