Eternal Love - Bab 171 Bantuan Kakak Pertama

Sebenarnya ibu mertua bisa mempertanyakannya juga karena memang sekarang perusahaan sedang timbul masalah seperti ini, dan ini memang karena dia.

Jadi Miranda Wen tidak banyak memberikan penjelasan, selama makan juga tidak berbicara apa pun lagi.

Dua hari berlalu, Miranda Wen masih tidak ada kemajuan sedikit pun, setiap harinya sibuk oleh pembatalan pemesanan, dan saat ini orang di perusahaan yang menontonnya semakin banyak.

Saat makan ke kantin, pasti akan mendengar kritikan pedas, dia sendiri masih mending, tidak terlalu menghiraukan mereka, malah Rita Tsu yang selalu kesal mendengarnya, lalu ingin berdebat dengan orang-orang tersebut, tapi selalu ditahan oleh Miranda Wen.

Sebenarnya ketika mendengar kritikan tersebut, Miranda hanya merasa sangat bersyukur dirinya menyuruh Giselle Ning menetap di dalam kantor, karena kalau Giselle Ning mendengarnya, mungkin hatinya juga akan sakit.

Malam ini, Miranda Wen sibuk sampai sangat malam baru pulang ke rumah, ketika akan masuk ke kamar, Alberto Ji keluar dari ruang kerja.

“Datang ke ruang kerja, ada yang mau aku beri ke kamu.” Dia hanya mengatakan satu kalimat itu, lalu membalikkan badan masuk ke ruang kerja.

Miranda Wen mengerutkan dahi, tidak tahu apa yang mau diberinya, tapi tetap dengan patuhnya menuju ke ruang kerja.

Di dalam ruang kerja, Alberto Ji berdiri di depan meja, jarinya mengetuk pelan di permukaan meja, mendengar suara langkah kaki di belakangnya yang mendekat, barulah ia membalikkan badan perlahan, tatapannya yang dalam menuju ke Miranda Wen.

Dia menatapnya agak lama, barulah kemudian mengambil sesuatu di meja dan disodorkannya ke Miranda Wen, “Ini kasih kamu.”

Itu adalah sebuah flashdisk.

Miranda Wen mengangkat alis, “Ini……”

“Kamu lihat saja nanti, ada gunanya untuk kamu.”

Miranda Wen menerima flashdisk tersebut.

Ruang kerja hening seketika, suasananya agak canggung, Miranda Wen melihat sekeliling, kemudian sambil tertawa kecil berkata : “Terima kasih kakak pertama, aku sekarang kembali kamar dan melihatnya.”

Karena kejadian sebelumnya, Miranda Wen juga tidak begitu ingin berduaan saja dengannya, tiba-tiba merasa canggung sekali.

Alberto Ji juga tidak bicara apa-apa, hanya diam menatapnya, jauh di balik tatapannya ada perasaan yang tidak bisa ditebak.

Miranda Wen mengangguk, lalu tergesa-gesa membalikkan badan pergi.

Sekembalinya ke kamar, Miranda Wen langsung mencolok flashdisk ke laptopnya, didalamnya ada sebuah video dan berkas.

Dia mengerutkan dahi, serta terlebih dahulu membuka video.

Saat melihat tempat dan orang yang di dalam video, Miranda Wen mengerutkan dahi, bukankah ini bar yang dia dan Evie Tang pergi?

Tidak lama kemudian, sebuah sosok yang familiar mendekati Evie Tang.

Mata Miranda Wen langsung membelalak, bukankah ini Bernessa Song?

Ini adalah video rekaman CCTV bar, meskipun tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan Bernessa Song dan Evie Tang, tapi yang bisa dipastikan adalah Bernessa Song ada kontak dengan Evie Tang.

Ini adalah bukti.

Video itu diedit dari beberapa cuplikan rekaman CCTV, selain bar, juga ada CCTV ruang kafe, membuktikan Bernessa Song tidak hanya satu kali kontak dengan Evie Tang.

Selesai menonton video itu, Miranda Wen segera membuka berkas tadi, dalamnya adalah sebuah penuturan yang ditulis oleh dokter.

Garis besar isinya adalah Evie Tang sama sekali tidak hamil, melainkan pura-pura keguguran, dan dia membantunya membuat surat keterangan palsu demi uang.

Miranda Wen sangat terkejut namun senang, dengan dua bukti ini, Giselle bisa membuktikan ketidakbersalahannya.

Ini semua harus berterima kasih atas bantuan kakak pertama.

Sambil berpikir dia bangkit berdiri, dan membalikkan badan ingin pergi ke ruang kerja untuk berterima kasih dengan kakak pertama, tapi mengingat suasana canggung antara mereka tadi, dia menghentikan langkahnya.

Sudahlah, besok saja terima kasihnya.

Selanjutnya, dia menyimpan flashdisk tersebut dengan hati-hati ke dalam tasnya, bibirnya tidak tahan untuk tersungging ke atas, akhirnya dia bisa tidur tenang.

Keesokan paginya sesampai di perusahaan, Miranda Wen sudah dipanggil oleh Zayn Shen untuk ke ruangannya.

“Ini adalah bukti yang aku cari dengan susah payah, sekarang kuberi ke kamu.” Zayn Shen menyodorkan sebuah flashdisk untuknya.

Melihat flashdisk tersebut, Miranda Wen mencoba bertanya : “Apakah isi dalamnya adalah video rekaman CCTV dan sebuah surat penuturan?”

“Iya.” Zayn Shen mengangguk, kemudian mendadak merasa ada yang salah, ia pun menjerit kecil : “Kenapa kamu bisa tahu?”

“Hm……” Miranda Wen menyunggingkan bibir, “Sebenarnya, semalam kakak pertama sudah memberikan bukti itu ke aku.”

“Sial!” Mendengar Alberto Ji sudah mendahuluinya memberikan bukti ke Miranda Wen, Zayn Shen langsung keceplosan berkata kasar.

Miranda Wen tertawa, “Tapi tetap terima kasih sama kamu.”

“hehe.” Zayn Shen tertawa kecil, dengan wajah yang tidak rela.

Awalnya dia masih ingin melihat ekspresi Miranda Wen yang terkejut dan senang ketika menerima bukti darinya, dengan begitu baru bisa memuaskan hati pahlawannya sebagai seorang pria.

Tapi sekarang semua sudah tidak ada, dirusak oleh kakak sepupu.

Berpikir sampai disini, dia menggertakkan gigi dengan kesal.

“Lalu selanjutnya apa yang ingin kamu lakukan?” Tanya Zayn Shen.

“Aku ingin membuka konferensi pers.” Jawab Miranda Wen.

Kali ini dia harus membuat Bernessa Song mereka tahu kalau dirinya bukan orang yang bisa dibuli seenaknya, juga jangan harap bisa membuli orang di sekitarnya.

……

Miranda Wen mengabari Giselle Ning untuk menghadiri konferensi pers, Giselle bertanya dengan heran : “Kenapa tiba-tiba mau mengadakan konferensi pers?”

“Karena aku menemukan bukti ketidakbersalahan kamu.” Jawab Miranda Wen.

Di balik telepon sana hening sejenak, agak lama kemudian suara Giselle Ning baru terdengar lagi, “Miranda, terima kasih.”

“Tidak perlu terima kasih, nanti setelah selesai sibuk kamu datang, sore kita mengadakan konferensi pers.”

Miranda Wen menutup telepon, kemudian menyuruh Rita Tsu memberitahu ke berbagai media terkenal.

Sedangkan Bernessa Song mereka mendengar dia ingin membuka konferensi pers, mulai tidak sabar untuk menyindirnya.

“Direktur, apakah ini kamu sedang meronta di ujung tanduk?” Ada yang sudah sama sekali tidak menganggap Miranda Wen, kata-kata yang muncul sudah sangat tidak sopan.

“Itulah, Direktur, aku bujuk kamu lebih baik sisakan tenaga untuk memikirkan kelak bagaimana caranya mencapai posisi direktur dengan kemampuan diri sendiri.”

Mendengar ini, Bernessa Song mereka langsung tertawa cekikikan.

“Memangnya kenapa kalau punya sandaran di belakang, kalau tidak punya kemampuan jangan bermimpi untuk jadi direktur, bukankah sekarang jadinya memalukan sekali.”

“Tetap kak Bernessa kita yang hebat, sudah cantik, kemampuannya juga bagus, kalau menurut aku, lebih baik kak Bernessa saja yang jadi direktur, maka tidak akan ada masalah yang sangat menjijikkan seperti ini.”

“Itulah, kak Bernessa itu memang benar-benar hebat, aku mengaguminya dari lubuk hati terdalam.”

Mendengar sanjungan dari orang-orang tersebut, hati Bernessa Song berbunga-bunga, wajahnya tampak bangga sekali tanpa disembunyikan, tatapannya kepada Miranda Wen meremehkan sekali.

Menurut dia, Miranda Wen turun dari jabatan direkturnya adalah hal yang cepat lambat akan terjadi.

Miranda Wen sama sekali tidak terpengaruh oleh mereka, masih dengan ekspresi wajah yang sangat datar ia berkata sambil tersneyum : “aku sarankan kalian jangan terlalu cepat senang dulu, kalau tidak nanti yang akan sangat malu adalah kalian.”

Mendengar itu, Bernessa Song mereka tertegun sebentar, lalu tertawa terbahak-bahak, tidak mengindahkan perkataan Miranda.

Sedangkan Miranda Wen juga malas untuk mempedulikan mereka, dia masih harus mempersiapkan berkas untuk konferensi pers hari ini.

Tapi, sebelum pergi, dia tidak bisa menahan diri untuk menambahkan, ditatapnya Bernessa Song mereka, “Orang yang cerdas akan tahu apa yang seharusnya dilakukan dan dikatakan, tapi aku lihat kalian bukanlah orang cerdas.”

Usai bicara, dia langsung membalikkan badan masuk ke ruangannya sendiri, Bernessa Song mereka saling berpandangan, sama sekali tidak mengerti dengan maksud ucapannya.

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu