Eternal Love - Bab 317 Tidak rela meninggalkan

“Iya, percaya saja sama aku, percaya sama aku maka akan ada kebahagiaan!”

Suara Alberto Ji begitu ceria dan lembut, sekali lagi ia mengecup kening Miranda Wen, kemudian menyuapkan apel ke mulutnya.

Ia menatap senyuman manis Miranda Wen, samar-samar ia merasa seolah sudah melihat gambaran suasana keluarga kecil mereka yang bahagia di beberapa tahun kemudian.

Miranda Wen tersenyum, namun dalam hati juga agak tidak berdaya, meskipun dia tidak tahu apa yang akan terjadi kelak, tapi saat ini dia hanya bisa percaya dengan Alberto Ji.

Selain itu, dia tidak punya pilihan lain.

Keesokan paginya, setelah dokter memeriksa Miranda Wen, dokter mengatakan keadaannya sudah tidak apa-apa, serta dapat pulang beristirahat di rumah.

Miranda Wen menghela nafas lega, akhirnya hari-hari yang panjang di rumah sakit sudah berakhir.

Awalnya dia ingin mengurus prosedur keluar rumah sakit sendiri, tapi baru saja dokter meninggalkan ruangan, di lorong sudah terdengar langkah kaki.

Suara ketukan yang familiar membuat Miranda Wen langsung bisa mengenali itu adalah Alberto Ji di luar.

“Miranda, bagaimana keadaan kamu hari ini?”

Sekali masuk ke ruangan, Alberto Ji bertanya dengan perhatian dan wajah yang berseri-seri.

“Tadi dokter bilang aku sudah boleh keluar rumah sakit.” Jawab Miranda Wen jujur.

“Baiklah kalau begitu, tadinya aku pikir kalau kamu masih perlu rawat inap di rumah sakit dalam waktu jangka panjang, aku akan mengatur seorang penjaga untuk kamu, karena kadang aku perlu sibuk dengan urusan perusahaan.”

Alberto Ji tersenyum, duduk di tepi ranjang dan menatap Miranda Wen dengan perasaan mendalam.

Keduanya mengobrol sebentar di dalam sana, setelah Alberto Ji pergi mengurus prosedur keluar rumah sakit, barulah dengan hati-hati ia menggandeng Miranda Wen keluar dari gedung rumah sakit.

Cahaya matahari yang hangat menyinari mereka berdua, wajah Alberto Ji begitu ganteng dan terang dibawah cahaya matahari.

“Miranda, kamu baru keluar dari rumah sakit, aku antar kamu pulang ke rumah untuk istirahat, nanti aku masih ada beberapa urusan di perusahaan.”

Sambil bicara, tangan Alberto Ji yang merangkul Miranda Wen mengerat, seolah takut sekali dirinya ada kesalahan sedikit pun.

“Aku ingin pulang ke kantor dulu, dua hari ini Elisha Yu terus yang sibuk sana-sini.”

Mendengar perkataan Miranda Wen, langkah Alberto Ji melambat, alis tebalnya mengerut.

Kejadian kali ini sudah membuat dia trauma, dua hari ini Alberto Ji tidak bisa makan dan tidur dengan tenang, takut sekali akan terjadi apa-apa dengan bayi dalam kandungannya.

“Miranda, keadaan kamu sekarang tidak baik untuk bekerja, kalau kamu mengkhawatirkan kantor, setidaknya harus istirahat sehari dulu di rumah.”

Nada bicara Alberto Ji begitu tegas, juga tanpa sadar terkesan serius.

“Sekarang kantornya baru dimulai tidak lama, Elisha Yu sendiri tidak akan bisa menghadapi semuanya. Aku hanya pergi melihat sebentar, aku akan tahu batas, kalau capek aku akan meminta Elisha Yu mengantar aku pulang, boleh?”

Miranda Wen tahu dia mengkhawatirkan dirinya dan bayi, oleh karena itu dengan baik-baik ia berbicara.

“Baiklah kalau begitu.” Di balik tatapan Alberto Ji masih tampak cemas, dia merapatkan bibir kemudian berkata dengan lembut : “Kalau ada apa-apa harus ingat untuk telepon ke aku, lalu nanti sore aku jemput kamu di kantor, malamnya kita makan bersama.”

Makan malam bersama? Miranda Wen tertegun, rasa yang aneh meliputi hatinya, namun dia juga tidak tahu harus bagaimana menolak Alberto Ji.

Dia hanya bisa mengangguk dengan bingung-bingung, kemudian tersenyum : “Baik……ayo kita jalan kalau begitu……”

Usai itu, keduanya meninggalkan rumah sakit bersama.

Sepanjang perjalanan, hati Miranda Wen tidak bisa tenang.

Kemarin setelah keduanya mengutarakan isi hati, dia merasa sikap Alberto Ji terhadap dirinya berubah banyak sejak hari ini melihat Alberto Ji.

Mobil berhenti di bawah gedung kantor, awalnya Alberto Ji bersikeras ingin mengantar dia sampai ke atas, tapi Miranda Wen yang dalam hatinya gelisah sekali lagi menolak dengan halus.

Alberto Ji menatap sosok Miranda Wen yang menjauh, dia agak tidak rela.

Kalau bisa, dia benar-benar ingin menemani di samping Miranda Wen, keduanya tinggal bersama, bertemu setiap hari.

Sampai di saat Miranda Wen menghilang dari pandangannya, barulah Alberto Ji pergi.

Lift naik perlahan, setelah pisah dengan Alberto Ji, pikirannya sudah kembali dipenuhi oleh urusan pekerjaan.

Keluar dari lift, dia menatap kantor yang tidak jauh di sana, tanpa sadar ia mempercepat langkahnya.

“Bos, kamu sudah keluar rumah sakit!”

Melihat Miranda Wen masuk, Elisha Yu yang sedang duduk di depan meja kerja langsung menyapa dengan senang.

“Iya, dua hari ini bosan sekali di rumah sakit, pikir-pikir tetap di kantor lebih baik, setiap hari begitu sibuk, kesempatan untuk mengobrol dan mengeluh pun tidak ada.”

Sambil bicara, Miranda Wen datang ke samping Elisha Yu, ia menundukkan kepala melihat berkas yang terbuka di atas meja.

“Hm? Tuan Wang ini bukankah sebelumnya sudah tidak berencana untuk menjadi agen?”

“Iya, aku juga merasa aneh.” Elisha Yu menyodorkan berkas tersebut ke Miranda Wen dan berkata : “Klien yang sebelumnya ditarik oleh si brengsek itu sepertinya berubah pikiran, dia telepon ke kita lagi.”

Miranda Wen mengangguk, meskipun dia juga merasa aneh, tapi setidaknya adalah kabar baik, setelah itu dia pun tenggelam dalam suasana kerja.

Tanpa terasa satu hari sudah berlalu, ketika menjelang malam, karena merasa agak lelah, ia pun menyandarkan diri ke sandaran kursi dan memejamkan mata.

Tanpa disadari dia sepertinya tertidur, namun baru saja beberapa detik Miranda Wen tertidur, samar-samar ia merasa ada seseorang berdiri di sampingnya.

Hawa yang hangat dan familiar bercampur dingin yang secara alamiah sudah ada.

Miranda Wen membuka mata perlahan, tampak Alberto Ji yang tidak tahu sejak kapan menunggu dia di kantor.

“Miranda, kamu sudah bangun.” Tanya Alberto Ji lembut, “Sudah bekerja seharian, sangat capek bukan?”

Sapaan dan perhatian yang begitu lembut membuat Miranda Wen dalam sekejap tidak tahu harus bagaimana membalas, dia menatap Elisha Yu yang duduk di seberang, yang saat itu juga sedang menatapnya dengan tatapan penuh maksud.

Miranda Wen merasa agak canggung, tidak disangka Alberto Ji sama sekali tidak menyembunyikan kedekatan mereka di luar.

“Lumayan!” Dia tersenyum, sekali lagi ia memandang ke Elisha Yu dengan cemas : “Hari ini kita selesai awalan saja, dua hari ini kamu juga sudah begitu capek, pulang mandi dan baik-baik istirahat.”

Baru saja dia mengatakannya, Elisha Yu langsung menjawab dengan antusias : “Siap, siap! Kalau begitu tidak mengganggu kalian lagi, aku pulang dulu.”

Kemudian Elisha Yu menghilang dari kantor dengan cepat, tersisa dia dan Alberto Ji berdua saja.

Seketika Miranda Wen tidak tahu harus mengatakan apa, ditatapnya Alberto Ji yang sudah siap menemaninya makan malam, bahkan dari tatapannya tampak sangat menanti.

Dalam hati Miranda Wen berpikir, hubungan mereka berubah begitu saja tanpa disadari.

Terkadang dekat terkadang jauh, serta tidak jelas.

“Miranda, sudah malam, ayo kita makan.”

Suara Alberto Ji begitu lembut, diangkat tangannya mengusap rambut Miranda Wen.

“Hm……baik……”

Miranda Wen menjawab dengan agak terbata-bata, tampak Alberto Ji mengulurkan tangan ke dia.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu