Eternal Love - Bab 303 Jangan Menghindariku

Alberto Ji menemani Miranda Wen istirahat sebentar di tempat duduk. Melihat Miranda Wen yang tadi terkejut sudah pelan-pelan menenangkan diri, baru berkata datar, "Waktu sudah tidak pagi lagi, ayo kita pergi."

Saat ini Miranda Wen malah berdiri dengan santai, menutupi detak jantungnya yang berdetak tidak tenang, dan berusaha berkata dengan tenang, "Kamu masih belum menjawab pertanyaanku tadi. Kenapa kamu bisa tiba-tiba datang ke bar?"

Mata Alberto Ji yang dingin sedikit membesar lalu berkata sambil mengerjapkan mata, "Tadi saat aku pulang, aku tidak melihatmu. Aku ingat kamu pulang hari ini."

Miranda Wen baru mengerti. Pantas saja Alberto Ji jalan-jalan keluar lagi.

Sebenarnya dia tahu jelas, sejak waktu itu Zayn Shen telepon memberitahunya kalau Alberto Ji di bar, dia seharusnya sudah tahu.

Semenjak dia pindah dari Keluarga Ji, Alberto Ji mulai berubah tidak normal. Alberto Ji semakin larut pulang ke rumah, tinggal di rumah juga hanya sebatas tidur saja.

Miranda Wen menganggukan kepala dan berdiri dari tempat duduk. Setelah memberikan tanda pada Alberto Ji, mereka pun berjalan depan belakang meninggalkan bar.

Setelah berjalan ke pintu bar, Miranda Wen menatap mobil yang berlalu lalang dan berkata datar, "Maaf kakak, hari ini aku dan klien membicarakan tentang bisnis, jadi sedikit telat. Aku awalnya ingin pulang malam ini, tapi klien ini memaksaku menetap di bar ..."

Belum selesai berkata, Alberto Ji mengerutkan dahi dan nada bicaranya mengandung nada menyalahkan, "Pria brengsek tadi adalah klienmu? Kenapa kamu pergi bersama orang seperti itu ke bar? Orang seperti itu sekali dilihat saja adalah orang yang bermuka dua. Kenapa kamu bisa demi sebuah kontrak sampai tidak mempedulikan keselamatan dirimu sendiri?"

Menghadapi serangkaian pertanyaan, Miranda Wen untuk sesaat tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Dia menghela napas dan berkata dengan tenang, "Aku kedepannya akan lebih berhati-hati. Tadi benar-benar terima kasih kamu membantuku."

Miranda Wen mendengar Alberto Ji sedikit tidak senang, juga samar-samar merasakan Alberto Ji sudah dibuat marah oleh perbuatan Raynard Jiang tadi.

Hanya saja selain ini, selain dia yang tidak beruntung bertemu dengan pria brengsek itu, alasan Alberto Ji tidak senang takutnya adalah karena dia pergi ke bar bersama dengan pria yang tidak terlalu dikenal, meskipun untuk keperluan bisnis.

Miranda Wen menatap wajah Alberto JI dengan wajah masam, tersenyum datar dan berkata lembut, "Kalau begitu aku pulang besok saja. Tolong kamu bantu aku sampaikan, aku pulang ke rumah dulu, sampai jumpa besok."

Setelah selesai berkata, Miranda Wen membalikkan badan dan pergi.

Tapi baru saja turun dari tangga, sebuah suara sekali lagi menghentikan langkahnya.

"Tunggu sebentar!" Alberto Ji mengejarnya.

Miranda Wen membalikkan badan, menyadari wajah Alberto Ji tiba-tiba bertambah sedikit panik.

"Ada apa kak?" Miranda Wen bertanya dengan bingung.

Alberto Ji sedikitpun tidak suka dengan panggilan Alberto Ji ini. Mata Alberto Ji menggelap lalu berkata dingin, "Sudah semalam ini, aku antar kamu pulang saja."

Miranda Wen tersentak mendengar perkataan Alberto Ji. Setelah berpikir sesaat, dia menjawab sambil tersenyum, "Tidak perlu kak, aku pulang sendiri saja."

Setelah selesai berkata, Miranda Wen belum menunggu reaksi Alberto Ji, tapi hanya merasa tubuhnya ditarik dengan kencang ke depan.

Sangat cepat dia ditarik ke depan mobil di jalan oleh Alberto Ji.

Alberto Ji mengeluarkan kunci mobil, membuka pintu mobil dan berkata dengan wajah serius, "Apa pelajaran tadi masih belum cukup untukmu? Apakah kamu tidak terpikir pria tadi bisa saja balas dendam padamu? Kalau aku pergi, bagaimana kalau dia tiba-tiba muncul?"

Mata Miranda Wen yang cantik sekali lagi terlihat tidak tenang.

Perkataan Alberto Ji sangat masuk akal. Orang seperti Raynard Jiang, selain mesum, takutnya adalah orang yang takut pada kekuatan lebih besar.

Raynard Jiang mungkin akan takut pada pria yang lebih kuat darinya, tapi dia akan membalaskan dendam pada Miranda Wen.

"Sedang ragu apa lagi. Cepat naik ke mobil!" mata Alberto Ji untuk seketika terlihat tidak sabar dan mendorong Miranda Wen dengan satu tangan naik ke atas mobil.

Mobil berjalan perlahan-lahan. Miranda Wen melihat bar yang perlahan-lahan menghilang dalam pandangannya, angin malam bertiup masuk dari jendela, membuat perasaannya terasa sedikit tidak tenang.

Dia menatap Alberto Ji dengan ujung matanya, pergerakan hatinya terasa sulit dijelaskan.

"Miranda, kedepannya ketika bertemu dengan masalah seperti ini, ingat bawa satu orang." kata Alberto Ji tiba-tiba.

"Iya, aku sudah tahu. Kedepannya aku akan ingat." Miranda Wen membalas dengan datar, mencium aroma parfum dari jas Alberto Ji, dan menutupkan matanya perlahan-lahan.

Sepanjang jalan hening.

Kelelahan berhari-hari membuat Miranda Wen istirahat sebentar dalam perjalanan pulang, sampai mobil berhenti dan mendengar suara Alberto Ji, dia baru tersadar dari alam mimpi.

Miranda Wen membuka mata perlahan-lahan, melihat pintu mobil terbuka setengah. Alberto Ji menunggu di samping pintu dan menunggu dalam diam.

"Terima kasih kak. Kamu juga cepat pulang dan istirahatlah, selamat malam." Miranda Wen tersenyum menatap wajah Alberto Ji yang sudah jauh lebih lembut.

Kemudian dia turun sambil membawa tas, saat sepatu hak tingginya baru saja menyentuh lantai, suara Alberto Ji yang dingin sekali lagi menghentikannya.

"Miranda, aku masih ingin berkata padamu."

Wajah Miranda Wen terlihat bingung. Dia melihat mata Alberto Ji yang tiba-tiba penuh dengan kelembutan dan wajahnya juga sangat hangat.

"Kakak ... apakah masih ada urusan lain?" Miranda Wen bertanya pelan dengan bingung.

Alberto Ji berhenti sesaat, seperti sedang menyusun kata-kata dalam pikirannya. Setelah terbatuk kecil, dia berkata dengan serius, "Miranda, sebenarnya di telepon waktu itu, aku sudah ingin mengingatkanmu, jangan bekerja terlalu lelah, harus perhatikan kesehatan tubuhmu, karena bagaimanapun ...."

Tiba-tiba Alberto Ji melangkah satu langkah mendekati Miranda Wen. Tangan Alberto Ji yang panjang menyentuh perut Miranda Wen yang rata.

Miranda Wen terkejut, aliran panas yang tidak bisa diungkapkan mengalir dalam hati, dia menganggukan kepala dan berkata dengan gagap, "Ok ... terima kasih atas perhatian kakak, aku sudah ingat ..."

Alberto Ji tersenyum datar dan nada bicaranya mengandung ketidakberdayaan serta rasa sayang, "Miranda, ada beberapa masalah yang karena sudah terjadi maka harus dihadapi dengan jujur. Aku berharap kamu jangan sengaja menghindariku. Mau ada masalah apapun, aku tetap ada di sini, kita hadapi bersama, masalah biar aku yang selesaikan. Berjanjilah padaku, hatimu jangan ada tekanan apapun ya?"

Miranda Wen merasa kehangatan dari tangan besar Alberto Ji yang ada di atas perutnya.

Beberapa hari ini, bersamaan dengan Miranda Wen yang berusaha keras melupakan Alberto Ji, Miranda Wen juga terus menghindar dari nyawa kecil yang ada dalam kandungannya.

Bagi Miranda Wen, sekarang janin ini masih kecil. Karena dia tidak bersedia dan tidak mampu menghadapi, dia hanya bisa mematirasakan tubuhnya, hanya bisa kabur dalam kesibukan-kesibukan ini.

Miranda Wen menganggukan kepala, meskipun perkataan itu membuatnya merasa sangat menyentuh, tapi dia tetap tidak tahu harus bagaimana menjawab Alberto Ji.

Miranda Wen mencengkram erat tasnya dan berkata "selamat malam" dengan buru-buru, lalu kabur karena panik.

Novel Terkait

Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu