Eternal Love - Bab 45 Ibu mertua salah paham

Karena dia baru saja mengambil alih departemen desain, banyak hal yang perlu ditangani satu per satu, Miranda Wen memandang dokumen-dokumen yang masih menumpuk bagaikan bukit di atas meja, sambil menggerakkan bahunya yang pegal, kemudian mengambil napas dalam-dalam, dan kembali bekerja.

Waktu berlalu tanpa disadari.

Miranda Wen baru menyadari bahwa sudah waktunya untuk pulang kerja, ketika Rita Tsu mengingatkannya, tetapi dokumen yang ada belum selesai dipelajari, kemudian dia meminta Rita Tsu untuk pergi terlebih dahulu, karena dia akan lembur.

Karena sibuk dengan pekerjaannya, dia tidak menyadari bahwa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.

Memikirkan peringatan ibu mertuanya, Miranda Wen pun segera mengemas barang-barangnya, dan bergegas ke lantai bawah perusahaan, tetapi sudah tidak ada taksi pada saat ini.

Ketika dia sedang cemas, datanglah sebuah mobil hitam yang tidak asing, kemudian kaca jendela mobil pun terbuka, tampak wajah tampan Alberto Ji, dan matanya tertuju pada Miranda Wen.

"Masuklah."

Miranda Wen mengangguk dengan riang, dia sangat bersyukur, untungnya berjumpa dengan kakaknya, jika tidak, dia akan dimarahi habis-habisan ketika pulang nanti.

Tetapi mengapa saudaraku tahu bahwa dia belum pulang ke rumah, apakah hanya kebetulan?

“Saudaraku, mengapa kamu belum pulang?” Miranda Wen bertanya dengan ragu.

"Aku baru selesai lembur."

"Oh, begitu."

Sebelum suasana di dalam mobil kembali hening, Alberto Ji bertanya, "Apakah kamu sudah makan?"

Awalnya Miranda Wen ingin mengatakan bahwa dia sudah makan, tetapi perutnya berbunyi, seolah-olah tidak ingin bekerja sama, dan bunyinya cukup keras, wajahnya pun tampak memerah karena malu, kemudian dia melirik ke arah saudaranya secara diam-diam.

Sepertinya dia mendengar bunyi itu...

Bagaimana ini... aku ingin berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa...

Alberto Ji tersenyum samar, "Apa yang ingin kamu makan, kebetulan aku juga belum makan."

Kelihatannya Tuhan tidak mendengar doanya yang tulus itu.

“Apa saja boleh.” Miranda Wen menjawab dengan malu, diam-diam mengutuk dirinya sendiri, mengapa selalu membuat malu diri sendiri di depan saudara.

Alberto Ji membawanya ke restoran terdekat, kemudian keduanya memesan makanannya masing-masing.

Ketika melihat makanan dengan berbagai warna dan rasa datang, mata Miranda Wen seperti melekat di sana, dan perutnya pun kembali berbunyi.

Jika saudaranya tidak berada di dekatnya, dia pasti akan makan dengan lahap tanpa memikirkan citra dirinya.

Tetapi kenyataannya adalah saat ini di hadapannya ada Alberto Ji yang sedang makan dengan gayanya yang elegan, Miranda Wen benar-benar tidak bisa merusak citra dirinya begitu saja, sehingga dia pun terpaksa mengunyah dengan pelan layaknya seorang wanita.

Alberto Ji menatapnya sejenak, sambil mengingat apa yang dilaporkan asistennya, dia pun bertanya, "Apa pendapatmu tentang pekerjaanmu?"

Setelah mengunyah makanannya, Miranda Wen pun menjawab dengan sangat jujur, "Tantangannya cukup besar, tetapi karena aku telah menerimanya, aku akan bekerja keras."

Setelah mendengar jawabannya, Alberto Ji pun mengangguk, "Selain hal-hal yang biasa dilakukan di departemen desain, kamu bisa meluangkan waktu untuk mempelajari keterampilan manajemen di departemen utama setelah bekerja."

"Terima kasih saudaraku."

...

Waktu sudah sangat larut, ketika keduanya kembali ke rumah setelah makan.

Ketika sampai di depan rumah Keluarga Ji, Miranda Wen turun dari mobil terlebih dahulu, karena Alberto Ji harus memarkirkan mobil, dia pun meminta Miranda Wen untuk tidak menunggunya.

Begitu dia memasuki ruang tamu, Miranda Wen melihat Joyce Qin sedang duduk di sofa dengan raut wajah tidak senang, Miranda Wen pun berkata dalam hati, habislah.

Dan ternyata benar, sedetik kemudian, tatapan tajam Joyce Qin tertuju padanya.

“Pergi ke mana sajakah kamu, apakah kamu tidak mendengarkan kata-kataku, apakah ibu mertuamu ini tidak berarti di matamu, atau Keluarga Ji inilah yang tidak berarti di matamu?” Joyce Qin tampak tidak senang, dan menegurnya habis-habisan.

Miranda Wen buru-buru menjelaskan, "Ibu, bukan begitu, aku sedang berada di perusahaan untuk mengurus..."

"Cukup!" Joyce Qin bahkan tidak mendengarkan penjelasannya, "Seorang wanita berada di luar hingga larut malam, dan kamu masih mencari alasan, tampaknya kamu tidak seharusnya bekerja, kembali dan uruslah Bernando, supaya kamu tidak pergi menggoda pria lain di luar sana!"

Miranda Wen sudah tidak tahu bagaimana dia harus menjelaskannya.

“Ibu, bisakah kamu berhenti memarahi istriku?” Bernando Ji memohon.

Ketika Joyce Qin menghadapi putranya, nadanya pun melunak tanpa sadar, tetapi dia masih tidak bisa menyembunyikan kemarahan di wajahnya, "Jangan memanjakannya lagi, jika dia tidak ditegur sekarang, maka kamu tidak akan tahu apa yang akan terjadi berikutnya!"

Suasana tampak tidak menyenangkan, ketika Alberto Ji baru saja kembali setelah memarkirkan mobil.

Dia melihat pemandangan ini begitu dia masuk, ibunya tampak sangat marah, sementara itu Miranda Wen tampak menyesal, dia sudah tahu apa yang sedang terjadi tanpa harus memikirkannya.

“Ada apa dengan ibu, Miranda lembur hingga larut malam, dan pulang bersamaku.” Alberto Ji tampak cuek, tetapi berusaha membela Miranda Wen.

Ketika Joyce Qin mendengarnya, dia merasa sedikit bersalah, tetapi nadanya masih kaku, "Karena kamu pulang bersama kakakmu, maka aku tidak akan mempermasalahkannya untuk kali ini, kembalilah ke kamarmu, jangan salahkan aku jika kamu pulang larut malam seperti ini lagi! "

Miranda Wen mengangguk tak berdaya, dan hendak naik ke lantai atas untuk beristirahat.

“Istriku, tunggulah aku.” Bernando Ji pun berlari mengikuti Miranda Wen yang sudah melangkah pergi, “Istriku, jangan sedih, bagaimana kalau aku menyiapkan air mandi untukmu?”

Mendengar dia berkata demikian, Miranda Wen tertegun sejenak, berpikir bahwa Bernando Ji tidak mungkin berpikiran yang lain, dia pun merasa lega.

Tetapi bagaimanapun, dia adalah seorang tuan muda yang hidupnya senang, dia bahkan tidak berani mengharapkan seorang Bernando Ji menyiapkan air mandi untuk dirinya.

"Tidak perlu."

Bernando Ji menggelengkan kepalanya, dia bahkan tidak peduli dengan sikap Miranda Wen, dan mengiringnya dengan senang hati ke lantai atas.

Sementara itu, Alberto Ji yang masih berada di lantai bawah, melihat adegan ini sambil melamun.

...

Sesampainya di lantai atas, Bernando Ji membawa Miranda Wen ke kamar mandi, "Istriku, tunggulah sebentar, aku akan menyiapkannya secepat mungkin."

Miranda Wen tahu bahwa ini adalah cara Bernando Ji menunjukkan perhatiannya, dan dia pun terharu, kemudian mengangguk.

Air mandi sudah disiapkan, dan Bernando Ji bahkan mencoba suhu airnya, setelah memastikan bahwa suhu airnya sudah sesuai, dia pun berdiri dan membawanya masuk.

“Istriku, airnya sudah siap.” Bernando Ji mengedipkan matanya, seolah-olah minta dipuji.

Miranda Wen tersenyum manis, "Baiklah, pergilah tidur."

Setelah Bernando Ji pergi, Miranda Wen pun mengganti pakaiannya, kemudian merendam dirinya di dalam air hangat, dan penat di seluruh tubuhnya pun hilang.

Malam itu, Elisha Yu menghubungi Miranda Wen, setelah melihat layar ponselnya, Miranda Wen pun segera menekan tombol jawab, beberapa waktu ini, dia begitu sibuk, dan sudah lama tidak menghubungi sahabatnya ini.

“Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini, apakah hidupmu terlalu bahagia hingga kamu melupakanku?” Elisha Yu terdengar seperti menyindir di ujung sana.

Miranda Wen tertawa sambil berkata, "Sudahlah, jangan dibahas, aku sangat sibuk akhir-akhir ini, baik itu urusan pekerjaan maupun urusan keluarga, aku sangat lelah."

"Kamu sudah bekerja?"

"Ya, sebagai direktur di departemen desain Flourish Jewelry, ada banyak hal yang harus dikerjakan.” Miranda Wen menceritakan semua hal yang terjadi selama beberapa waktu ini kepada Elisha Yu, dia merasa sudah lama tidak mengobrol seperti ini.

Begitu Elisha Yu mendengar bahwa Miranda Wen hidup bahagia, dia pun merasa bahagia untuk Miranda Wen, "Oh, besok adalah hari ulang tahunku, bagaimanapun, kamu harus datang dan menemaniku."

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu