Eternal Love - Bab 150 Baguslah kalau kakak menyukainya

Karena Miranda sudah mengatakan hal seperti itu, Elisha Yu tidak mengatakan apa-apa, dan masalah untuk mendirikan studio dipikirkan nanti

Apa yang terjadi hari ini membuat suasana hati Miranda Wen menjadi sangat baik. Ketika dia tiba di rumah, mendengar omelan ibu mertua, dia bahkan tidak merasa kesal, hanya tersenyum

Setelah makan malam, dia segera kembali ke kamar dan mengatur semua hal tentang pendirian studio.

Melihat rencana yang telah selesai, Miranda Wen tersenyum puas, ini adalah langkah pertama menuju kesuksesan.

Rencananya sudah ada, apakah itu berfungsi atau tidak, dia harus mencari seseorang yang mengerti dan membantunya melihat.

Jadi Miranda Wen mencari Alberto Ji.

Dia berjalan ke pintu ruang kerja dan mengangkat tangannya dan mengetuk pintu.

Alberto Ji sedang serius mengurus pekerjaannya. Setelah mendengar suara ketukan pintu, dia mengangkat kepalanya, dan matanya tertuju pada wajah cantik yang penuh senyum.

“Kakak, apakah kamu ada waktu?” Miranda Wen meletakkan tangannya di belakang punggungnya dan perlahan berjalan ke arahnya.

Alberto Ji mengangkat alisnya, "Ada apa?"

Miranda Wen menjulurkan lidahnya dan tersenyum malu, "Yah, aku punya sesuatu untuk ditanyakan padamu."

Alberto Ji meletakkan pena yang ada di tangannya dan menatapnya "Ayo kita bicara, ada apa?"

“Bantu aku melihat ini,” Miranda Wen mengeluarkan dokumen dari belakang dan meletakkannya di atas meja.

“Apa ini?” Alberto Ji mengernyitkan dahinya.

"Jika kamu sudah membacanya pasti kamu akan tahu."

Alberto Ji meliriknya, lalu mengambil file itu, membukanya, dan memindai dengan hati-hati.

Miranda Wen menggigit bibir bawahnya dengan ringan, menggenggam tangannya dengan erat, merasa sedikit gugup.

Dia tidak tahu tanggapan Alberto Ji setelah membaca rencana ini.

Mendukung? atau tidak mendukung?

Untuk waktu yang lama,Alberto Ji barumenutup file dan menatapnya, "Apakah ini idemu?"

Miranda Wen mengangguk, "Ya, ini adalah ide yang sudah lama aku miliki, tetapi hari ini baru dibuat. Aku hanya ingin ..."

Dia menggigit bibirnya dan berkata, "Aku ingin menanyakan pendapat kakak dulu."

Sejujurnya, ketika dia melihat rencana ini, dia terkejut, dia tidak menduga dia memiliki ide seperti itu.

Dia menatapnya, Alberto Ji merenung sejenak, "Rencananya tidak buruk, kamu bisa mencobanya."

Mata porselen Miranda Wen menyala, "Benarkah?"

Alberto Ji tersenyum, "Baiklah. jika kamu mau mendirikan studio, apakah kamu akan mengundurkan diri dari perusahaan?"

Miranda Wen tertegun dan menggelengkan kepalanya, "Aku belum punya pemikiran seperti itu."

"Apakah kamu ingin mengurus pekerjaan perusahaan dan studio secara bersamaan?"

"Benar."

"Itu akan sangat sulit, apa kamu bisa?"

"Tentu saja." Miranda Wen menjawab dengan percaya diri, "Satu adalah impianku dan satu lagi adalah pekerjaanku. Sama sekali tidak ada masalah, Aku tidak merasa sulit, tetapi aku hanya merasa ...sebuah tantangan yang asik,"

Melihatnya penuh percaya diri, mata Alberto Ji berkedip-kedip. Dia menundukkan kepalanya dan membuka kembali rencana yang ditulisnya, "Kamu telah menulis semua yang kamu pikirkan, termasuk perancang, karyawan lain ..."

Selanjutnya, dia memberi banyak pendapat tentang rencana ini.

Dan Miranda Wen seperti seorang siswa yang ada dikelas dengan serius mendengarnya, duduk di tepi, dia menulis semua yang dia katakan, dan takut ada yang kurang.

Akhirnya,Alberto Ji mengakhiri pembicaraan dan berkata "Aku percaya kamu bisa".

Miranda Wen melihat catatan yang dia tulis, dan merasa seperti harta karun. Dia sangat senang, lalu memandangnya, "Kakak, terima kasih banyak telah meluangkan waktumu yang begitu sibuk dan mau membantuku. dan mau melihat rencanaku. "

Alberto Ji mengangkat alisnya dengan ringan, "Tidak perlu berrerima kasih. Kalau boleh, buatkan aku cemilan malam."

Setelah mendengar ini, Miranda Wen bangkit berdiri dan berkata "Tidak masalah."

Dia meletakkan buku catatannya, berbalik dan bergegas keluar dari ruang kerja.

Alberto Ji tersenyum, lalu mengambil buku catatannya dan membukanya, tulisannya sangat indah, bahkan jika itu ditulis dengan cepat, masih terlihat cantik.

Dia dengan lembut membelai kata-kata itu dengan jari-jarinya, memikirkan tampang seriusnya barusan.

...

Miranda Wen berlari ke dapur, mengeluarkan tomat dan telur dari lemari es, dan menyiapkan mie.

Mie tomat dan telur.

Sudah begitu malam, jika makan mie mungkin akan lebih mudah dicerna

Alberto Ji turun ke dapur dan melihat sosok yang sibuk, matanya lembut seperti air.

“Kakak, duduklah dan tunggu sebentar, makananmu akan segera siap,” Miranda Wen meliriknya dan berkata sambil tersenyum.

Setelah sekitar sepuluh menit, mie akhirnya masak.

Dia meletakkannya dihadapannya, "Makanan yang sederhana, Mie telur dan tomat saja, silahkan makan kak"

Awalnya Alberto tidak begitu lapar, hanya ingin makan apa yang dia masak. Saat dia mencium aroma mie. Alberto Ji menjadi benar-benar lapar.

Miranda Wen menarik kursi di seberangnya dan duduk, meletakkan tangannya di atas meja makan dengan rapi , matanya yang cerah menatap lurus ke arahnya, senyum tipis di sudut bibirnya.

Dia makan dengan sangat lahap, ini jelas mie yang sangat sederhana, tetapi melihat dia memakannya, rasanya seperti dia memakan makanan yang lezat.

Melihat Alberto menyukai masakan yang dia masak, dia benar-benar senang.

Ruang makan sangat sunyi, dan lampu oranye jatuh, membuat wajahnya semakin tampan.

Entah kenapa, seperti ada satu perasaan yang salah.

Miranda Wen terkejut dengan pikiran yang muncul di kepalanya, dia dengan cepat mengangkat tangannya dan menepuk pipinya, dan memarahi dirinya sendiri: Apa yang kamu inginkan? Kakak adalah kakak, jangan terlalu banyak berpikir.

Melihatnya seperti itu,Alberto Ji mengangkat kepalanya dan mengernyitkan dahinya, "Ada apa?"

Miranda Wen terkejut, lalu tersenyum dan menggelengkan kepalanya, "Bukan apa-apa, ada nyamuk terbang."

Setelah selesai berbicara, dia berdiri dengan buru-buru, tanpa sengaja lututnya menabrak meja makan.

Alberto Ji menatapnya dengan heran, mengerutkan kening.

Miranda berkata dengan canggung, "Tidak apa-apa, tidak apa-apa, hanya tersenggol sedikit saja." Kemudian, dia menunjuk ke dapur dan berkata, "Aku akan membersihkan panci dulu, kakak, kamu makan saja perlahan-lahan."

Setelah berbicara, dia dengan cepat berbalik dan berlari ke dapur.

Alberto Ji menggelengkan kepalanya sambil tertawa, gadis ini!

Miranda Wen menghabiskan waktu lama di dapur dan kembali ke ruang makan. Alberto Ji sudah menghabiskan semua mienya. Dia bergegas untuk membersihkannya. Pada saat ini, dia mendengarnya suara yang lembut berkata: "Mienya sangat enak."

Kemudian Miranda mengangkat kepalanya, dan menatap Alberto Ji sambil berkata"Baguslah kalau kakak menyukainya."

Ketika kata-kata itu terdengar, dia mengambil mangkuk itu dan berlari ke dapur lagi.

Alberto Ji menatap sosok ramping di dapur, matanya terpana.

Miranda Wen meletakkan mangkuk itu di wastafel, menyalakan keran, dan air dingin mengalir, mencuci tangannya, dan kesejukan perlahan menyebar di sepanjang ujung jari sampai ke jantungnya, dia berusaha menenangkan hatinya yang agak gelisah.

Baru saja ... Apakah dia melihat sesuatu di mata kakak? Perasaan apa ini?

Dia menepuk-nepuk wajahnya dengan tangan basah, jangan memikirkannya, itu pasti hanya sebuah ilusi saja!

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu