Eternal Love - Bab 186 Dilema

Perusahaan Besar JI, di kantor direktur, dengan desain yang sederhana, sebuah rak buku besar yang berada di samping dinding, di atasnya terpenuhi oleh berbagai macam buku, sinar matahari masuk melalui jendela, dan jatuh tepat di atas rak buku.

Suasana kantor sangat sunyi, sampai suara jarum jatuh ke lantai pun dapat terdengar.

Di belakang meja kantor yang berwarna hitam, Alberto Ji duduk di kursi milik bos, kepalanya tertunduk membaca dokumen, sinar matahari jatuh tepat di kepalanya, dari rambut hitamnya terpantulkan sinar yang tipis.

“tok tok!”

Suara ketukan pintu yang tiba-tiba itu memecah keheningan di kantor.

“masuk!”

Disertai dengan suasana hening, pintu terbuka, lalu asisten masuk ke dalam kantor.

Ia memberikan Alberto Ji rencana perjalanan beberapa hari ini, dan akhirnya berbicara tentang apa yang diminta oleh Alberto Ji tadi malam untuk menyelidiki sesuatu.

“Direktur, aku sudah pergi ke rumah sakit...” berkata sampai sini, ia tiba-tiba berhenti.

Alberto Ji mengangkat kepala, melihat kegundahannya, lalu menaikkan alis matanya, “jika ada apa-apa langsunglah berbicara.”

Asisten menghirup napas panjang, “Nyonya muda...dia sudah hamil.”

“sudah hamil?!”

Pupil mata Alberto Ji mengecil, raut wajahnya tiba-tiba berubah, ia tiba-tiba sudah hamil?

Asisten melihat Alberto Ji seperti sangat terkejut, pasti ada sesuatu yang janggal, bukankah hanya sudah hamil? Kenapa reaksi direktur terlihat sama seperti melihat hantu?

“Direktur, nyonya telah hamil, bukankah kabar yang baik. Kamu akan segera menjadi paman, selamat ya!” asisten menganggap anak Miranda Wen yang nakal adalah Bernando Ji.

Tetapi ia tidak mengetahui bahwa apa yang dikatakannya, bagi Alberto Ji terdengar banyak sarkasme.

Dengan menahan keterkejutannya, Alberto Ji dengan tenang berkata padanya: “masalah ini tidak boleh disebarluaskan.”

Meskipun asisten tidak paham mengapa harus begitu, tetapi ia juga tidak berani berpersepsi yang aneh-aneh, lalu menganggukkan kepala dan berkata : “direktur, kamu tenang saja, aku tidak akan menyebarluaskan berita ini.”

Asisten berbicara lagi beberapa masalah tentang pekerjaan, tetapi Alberto Ji tidak berniat mendengarkannya lagi. Setelah asisten keluar dari kantornya, ia langsung menyenderkan badan kesandaran kursi.

Ia yang biasanya selalu tenang, untuk pertama kalinya kepanikan muncul di raut wajahnya.

Bagaimana ia bisa hamil?

Pantas saja beberapa hari ini ia selalu muntah, sepertinya adalah reaksi dari kehamilan.

Teringat bagaimana ia menyembunyikan ini, ekspresi yang kebingungan, sakit hati tidak dapat dipungkiri, ia sendiri tahu bahwa sudah hamil, pasti dibandingkan ia lebih terkejut, sampai merasa takut.

Bagaimana dengan kondisi Bernando Ji, dia tahu betul dalam hatinya, bahwa ia sama sekali tidak akan menjumpainya.

Dan semenjak menikah dengan Keluarga Ji, kecuali pergi ke perusahaan, ia sangat jarang keluar rumah, dan kemungkinan untuk bertemu dengan pria lain sangatlah kecil, kebanyakan hanyalah Zayn Shen.

Tetapi, Zayn Shen belum lama baru pulang, sama sekali tidak mungkin.

Dengan begitu, hanya malam itu saja, malam yang sangat aneh, malam yang tidak ingin diingatnya kembali.

Berpikir sampai sini, ia mengangkat kepala dan menutup kedua mata,

Ia tidak tahu laki-laki malam itu siapa, tetapi ia tahu dengan jelas semuanya.

Sudut bibirnya memunculkan senyuman mencela diri sendiri, berpikir bahwa aku benar-benar tidak tahu malu telah membuatnya jatuh ke dalam situasi seperti ini, tetapi jika kabar ia telah hamil diketahui oleh orang-orang Keluarga Ji, ini akan menjadi bencana besar baginya.

Tidak mungkin!

Ia menurunkan tangannya, pancaran bola matanya menunjukkan sebuah ketegasan,ia tidak mungkin membiarkannya sakit hati.

……

Miranda Wen yang sedang melihat gambar desain perhiasan baru Giselle Ning, tiba-tiba, HPnya berbunyi, membuatnya terkejut.

Lalu ia mengambilnya dan melihat kalau itu adalah kakak tertua, bola matanya tiba-tiba membesar, bagaimana bisa kakak menghubunginya di saat seperti ini?

Giselle Ning melihatnya menatap layar HP, mengira kalau ada suatu masalah, tertawa sambil berkata : “ Miranda, sekarang kamu angkat telepon itu, aku menunggu sebentar lalu datang kembali.”

Berkata seperti itu, ia langsung keluar.

Miranda Wen mulai mengangkat telepon, “kakak.”

“kamu dimana?”

Kalimat yang tidak dipikirkan itu mecengangkan Miranda Wen, “aku berada di perusahaan, ada apa?

Lalu ada keheningan di telepon, Miranda Wen mengerutkan alisnya.

Alberto Ji menggenggam HP, membuka tutup mulutnya seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi merasa tidak ada yang pantas disampaikan.

Akhirnya, dia pelan-pelan berkata : “tidak ada apa-apa.”

Lalu langsung menutup telepon.

Miranda Wen melihat HP dengan layar hitam, raut wajahnya tampak kebingungan, apakah kakak ini adalah iblis? Menelpon hanya menanyakan ia dimana?

Apakah ini adalah pemeriksaan?

Miranda Wen menyudutkan bibirnya, melempar HP nya, lalu melanjutkan melihat draf desain.

Sedangkan setelah Alberto Ji menutup teleponnya, dengan perasaan sakit hati lalu menutup matanya.

Bagaimana ia harus menghadapi ini semua?

Bernando Ji adalah adiknya sendiri.

……

“ough..”

Miranda Wen sambil menggenggam toilet, dan muntah lagi, memuntahkan semuanya yang dia makan di malam hari

Ia menekan tombol flush, lalu menuju ke wastafel, memandangi dirinya yang lesu di cermin, lalu menghembuskan napas, kalau berlanjut seperti ini terus menerus, berat badannya akan berkurang tanpa melakukan diet.

Setelah menggosok gigi, seluruh mulutnya terasa pahit, sangat tidak nyaman sampai ia ingin menangis.

Oh, ternyata hamil sesulit ini.

Sebelumnya melihat drama TV, ratu yang sedang hamil selalu terlihat menderita, masih berpikir kalau itu hanya dibuat-buat, tetapi ketika diri sendiri merasakan, baru menyadari bahwa memang benar menyakitkan.

Ia berkumur-kumur membilas mulutnya beberapa kali, tetapi rasa pahit di mulutnya juga tidak kunjung hilang.

Akhirnya, ia tidak punya pilihan lain selain turun, bertanya-tanya apakah ia dapat menemukan sesuatu untuk dimakan, berpikir apakah bisa menghilangkan rasa pahit itu yang mengganggu.

Orang rumah sudah tertidur semua, ia berjinjit dan diam-diam turun kebawah, mencari-cari sesuatu di dapur, dan akhirnya menemukan sekaleng madu.

Ia menuangkan segelas air madu, berjalan keluar sambil minum.

Tiba-tiba ia mendengar suara pintu terbuka, ia segera menghentikan langkahnya, menoleh dan melihat ke arah pintu masuk, dan melihat sosok yang tinggi masuk ke dalam.

Dengan cahaya yang redup dari lampu dinding, ia menyadari bahwa itu adalah kakak.

Melihat kakak bersandar di rak sepatu dan menendang, sepatu kulit buatan tangan yang berharga itu terlempar.

Adegan ini membuat Miranda Wen tidak bisa menahan tawa, sialan, kenapa kakak seperti anak kecil.

Melihatnya yang linglung, terlihat seperti sedang mabuk.

Ia mendekatinya, lalu tercium aroma alkohol yang kuat. Rasa mual yang barusan bisa ditahan mulai muncul lagi, ia menolehkan kepala ke samping dan muntah, lalu menutup hidungnya, sambil cemberut berkata, “kakak, bagaimana bisa kamu minum banyak alkohol?”

Mendengar suara itu, dengan pandangan yang buram Alberto Ji melihatnya.

Ia berdiri di bawah cahaya yang remang-remang, mungkin karena ada hubungannya dengan hamil, dari seluruh tubuhnya terpancarkan aura keibuan yang lemah lembut.

Ia berkeinginan untuk memeluknya.

Awalnya hanya berpikir saja, tetapi gerakannya dibandingkan dengan waktu berpikirnya lebih cepat, menunggu reaksinya, ia telah memeluk Miranda Wen dengan erat.

Tingkahnya yang tiba-tiba itu, membuat mata Miranda Wen terbelalak karena sangat terkejut, tetapi ia menyadari kalau Alberto Ji sedang mabuk, maka dari itu ia tidak membawa sampai hati.

Tubuh yang lembut itu melekat erat dengannya, hati Alberto Ji sangat penuh karena itu, pandangan mata itu dipenuhi dengan ekspresi yang tidak pernah dilihat oleh Miranda Wen sebelumnya.

Miranda Wen yang takut kalau ada orang rumah bangun lalu melihat mereka dan salah paham tentang kejadian ini, langsung melepas pelukan Alberto Ji.

Alberto Ji terhuyung, kemudian Miranda Wen segera menggenggamnya,

dengan nada yang tak berdaya berkata : “kakak, aku akan membantumu pergi istirahat.”

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu