Eternal Love - Bab 166 Begitu Mengecewakan

Suara suaminya itu membuat hati Giselle tiba-tiba tenggelam. Dia menoleh dengan kaku, menatap Stanley lalu berlari dengan panik.

"Kak Giselle, aku minta maaf padamu. Ini semua salahku. Kamu dapat memukulku dan memarahiku, tapi jangan lakukan apa pun pada anakku. Dia tidak bersalah ..."

Evie terjatuh ke lantai, meneteskan air mata tanpa henti, semakin lama melihatnya, dia semakin terlihat begitu menyedihkan.

Begitulah Giselle dengan sifat yang kejam dan berdarah dingin.

Stanley berlari menghampiri Giselle, lalu memelototinya dengan merasa tidak percaya,"Giselle, aku tidak mengira ternyata kamu adalah orang yang seperti ini."

"Stanley, aku ..." Giselle yang baru saja ingin membuka mulutnya, mendengar Evie yang tiba-tiba menutupi perutnya, lalu berteriak: "Perutku... Perutku terasa sakit ..."

Stanley dan Giselle menoleh, wajah kedua orang itu tampak pucat.

Evie memiliki darah yang mengalir keluar di sela- sela kakinya.

Alih-alih menyalahkan perbuatan Giselle, Stanley segera menopang Evie bergegas pergi keluar.

Giselle tidak berharap hal seperti ini akan terjadi, sehingga dia dengan cepat menyusul.

Evie telah dibawa ke ruang operasi.

Stanley berdiri di depan pintu ruang operasi, dia tampak begitu khawatir, tetapi setelah merasa ragu-ragu Giselle belum juga pergi ke sana.

Pada saat ini, Evie yang sedang melakukan operasi tampaknya seperti istri Stanley, dan Giselle barulah adalah selingkuhannya yang sebenarnya.

Senyum pahit menyebar ke bibirnya. Giselle memejamkan matanya, tapi begitu dia menutup matanya, dalam benaknya terisi dengan darah merah yang mengalir di kaki Evie.

Giselle tahu betapa pentingnya anak itu bagi Stanley, Ibu mertuanya, dan terhadap Keluarga Xu. Jika terjadi sesuatu, maka akan dikhawatirkan Giselle tidak bisa lepas dari tuduhan terhadap dirinya.

Giselle tampak seakan dapat meramalkan apa yang terjadi kemudian. Hatinya secara ajaib tenang.

Begitu Ibunya Stanley mendengar kabar tentang kecelakaan yang terjadi dengan Evie, dia segera bergegas menuju rumah sakit, meraih tangan Stanley, dan bertanya dengan cemas: "Stanley, bagaimana dengan anaknmu?"

Stanley menggelengkan kepalanya, sedikit berwibawa, "Masih dalam proses penyelamatan, aku tidak tahu bagaimana keadaannya."

Begitu Ibu Stanley mendengar hal ini, dia menyatukan tangannya dan menutup matanya, lalu berkata: "Aku berdoa kepadamu Bodhisattva lindungilah cucuku..."

Stanley dan ibunya sama sekali tidak menatap Giselle, seolah-olah dia tidak ada, hal ini membuat Giselle merasakan perlakukan yang dingin terhadapnya.

Lebih dari satu jam kemudian, pintu ruang operasi akhirnya terbuka.

Dokter pun berjalan keluar, Stanley dan Ibunya segera menghampirinya.

"Dokter, bagaimana dengan kondisi anaknya?"

Dokter menggelengkan kepalanya, lalu dengan menyesal berkata: "Maaf, anak itutidak dapat selamat."

Setelah mendengar hal ini, kaki Ibu Stanley terasa lemas. Begitu dia mengulurkan tangan untuk menopangnya, ibunya tidak tahan dengan kenyataan bahwa cucunya sudah tiada, lalu dia menangis, "Cucuku ..."

Melihat ibunya yang sangat sedih, Stanley pun juga tidak dapat menerimanya. Dirinya tahu bahwa orang tuanya itu telah menunggu akan kehadiran seorang cucu selama beberapa tahun. Begitu memilikinya, cucunya itu pun telah tiada,

Jika tidak karena...

Stanley menatap Giselle, yang berdiri di sampingnya. Tatapannya itu penuh dengan dendam. Jika dia tidak mendorong Evie, maka janin itu pun juga tidak akan tiada.

Giselle yang menangkap tatapannya itu, merasakan getaran di hatinya, kemudian mengangkat sudut bibirnya. Jika waktunya sudah datang, maka memang sudah waktunya..

Ibunya telah menangis cukup banyak, kemudian dia menghampiri Stanley, dan bertanya kepadanya: "Stanley, bagaimana bisa janin itu sudah tiada? Bukankah anak di kandungannya itu baik-baik saja? Bagaimana bisa dia meninggal begitu saja?

Stanley tidak menjawab, tapi hanya memelototi Giselle.

Pada saat ini, Ibu Stanley memperhatikan tatapan Stanley, lalu sadar bahwa ternyata Giselle juga ada di sana.

Dalam sekejap, Ibu Stanley pun mengerti.

Dia menjauh dari Stanley, lalu bergegas menghampiri Giselle. Dia mengangkat tangannya, lalu menampar wajah Giselle dengan keras. Lalu memarahinya: "Ini semua karena perbuatanmu, bukan? Karena kamu tidak menyukai anak itu, jadi kamu membuatnya meninggal begitu saja. Mengapa kamu begitu jahat?"

Wajah Giselle miring ke satu sisi, Ibu mertuanya itu telah menampar dirinya tanpa ampun, sehingga hal ini membuat mata Giselle memerah.

Giselle telah hidup dengan Keluarga Xu selama bertahun-tahun. Orang macam apa dia? Apakah mereka tidak mengerti?

Atau apakah dia adalah orang jahat di mata mereka?

Begitu Ibu Stanley memikirkan bahwa dirinya telah kehilangnya cucunya, dirinya menjadi sangat marah sehingga dia mengangkat tangannya, lalu ingin memukul Giselle.

Stanley pun segera datang untuk menghentikannya, "Ibu, jangan terlalu terbawa emosi, jika tekanan darahmu naik, maka itu akan menjadi sangat buruk."

Kemudian Stanley pun menatap Giselle, dengan mata pilu, "Giselle, kamu telah mengecewakanku kali ini."

Mendengar hal ini, Giselle merasa hatinya seakan tertusuk. Dia merasa bahwa dirinya seperti sebuah lelucon, sungguh sangat ironis.

Giselle menatap mereka dengan kekecewaan dimatanya, bibirnya seperti memiliki kaitan, dia berbalik, kemudian pergi tanpa melihat ke belakang.

Giselle yang mengendarai mobil meninggalkan rumah sakit melihat jalan di depannya. Tiba-tiba tersadar bahwa dia tidak memiliki tujuan, hatinya bahkan terasa lebih sakit.

Dia menekan bibirnya, air matanya penuh di dalam matanya. Dia mencegah agar air matanya tidak jatuh.

Dari kecil hingga dewasa, dia selalu merasa bangga atas apa yang dimilikinya. Selain masalah perkawinan, dia selalu menjatuhkan harga dirinya berulang kali, tetapi pada akhirnya dia diinjak-injak.

Hatinya telah kosong, terhadap Stanley, terhadap pernikahannya, hatinya benar-benar telah kosong.

Ketika dia berada di lampu merah, dia teringat bahwa dia masih memiliki tempat untuk pergi.

Itu adalah tempat di mana dia bisa merasa nyaman.

……

Karena ingin berpartisipasi dalam kompetisi desain, dalam dua hari terakhir Christian telah memutar otak untuk memikirkan ide. Tidak tahu berapa harganya, tetapi gambar itu tidak dapat memuaskan hatinya.

Elisha merasa bahwa Christian telah bersikap terlalu kritis dan perfeksionis. Padahal sesungguhnya karyanya itu sudah cukup bagus.

Sebenarnya sebagai desainer, jika karya desain itu saja tidak dapat memuaskan dirinya sendiri, bagaimana bisa dia membuat orang-orang tertarik?

Christian dengan gelisah membuang pena, mengambil cangkir di sampingnya, lalu berpikir untuk membuat secangkir kopi lagi. Dia segera meminumnya untuk menyegarkan dirinya.

Tidak tahu sudah berapa banyak cangkir kopi yang telah Christian minum hari ini.

Ketika dia berjalan ke dapur, bel pintu pun tiba-tiba berdering.

Christian tiba-tiba menghentikan langkahnya, melihat kembali ke teras dan mengerutkan kening dengan heran. Siapa lagi yang akan datang begitu malam?

Setelah membuka pintu, lalu melihat bahwa itu adalah Giselle, Christian menjadi sangat terkejut, "Desainer Ning, mengapa kamu datang ke sini?"

Giselle terdiam.

Christian mengerutkan keningnya, melihat ekspresi di wajah Giselle yang tidak terlalu bagus itu. Dia pun memikirkannya, lalu merasa sepertinya suasana hati wanita itu sedang tidak terlalu baik. Sehingga dia bertanya dengan khawatir: "Apakah ada sesuatu yang terjadi padamu?"

Saat melihat tatapan Christian yang penuh dengan rasa khawatir, Giselle tidak bisa menahan perasaan sedih di hatinya. Dalam sekejap, Giselle mengeluarkan air matanya.

Christian yang merasa kaget, segera mengantarnya masuk ke dalam dan duduk di sofa. Kemudian mengambil tisyu, lalu menyeka air matanya.

"Jangan menangis, jangan menangis ..." Christian berkata sambil menyeka air matanya.

Tapi Giselle merasa sangat sedih, hingga air matanya jatuh terus-menerus seperti aliran air yang terus mengalir.

Christian menjadi panik dan tidak tahu harus berbuat apa untuk menghiburnya.

Pada akhirnya, dia tidak punya pilihan selain menelepon Miranda.

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu