Eternal Love - Bab 343 Penangkapan yang Dilakukan Dengan Segala Upaya

Melihat Elisha dimasukkan ke dalam ruang gawat darurat, Miranda pun hanya dapat berdiri di koridor rumah sakit, menunggu dengan cemas.

Dia berjalan mondar-mandir, bertanya-tanya mengapa Elisa bisa tiba-tiba diculik.

Melihat lampu merah yang berkedip di atas ruang gawat darurat, Miranda pun hanya dapat berdoa dalam hatinya, agar tidak ada sesuatu yang terjadi pada Elisha.

Setelah membayar biaya pengobatan, Zayn segera menuju ke pintu ruang gawat darurat. Melihat Miranda yang tampak kebingunan, dia pun mempercepat langkahnya.

"Miranda, aku sudah kembali. Apakah Elisha masih belum keluar juga?" dengan terburu-buru Zayn bertanya.

Miranda dengan cemas menggelengkan kepalanya, melihat ke dalam ruang operasi lagi, lalu berkata: "Ini sudah lebih dari setengah jam. Aku khawatir akan ada sesuatu yang terjadi padanya."

Saat ini pekerjaan di studio masih dalam tahap awal, tidak hanya ada banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, tetapi mereka juga kekurangan staf pekerja.

Namun, ketika sesuatu terjadi pada Elisha, Miranda merasa semakin tidak berdaya untuk menghadapinya.

"Jangan khawatir, Elisha akan baik-baik saja. Mungkin dia masih belun sadar saat dirawat di rumah sakit, jadi dia menghabiskan lebih banyak waktu di ruang gawat darurat." Sambil berkata, Zayn dengan lembut membelai rambut panjang Miranda.

Miranda mengangguk pelan, tapi kecemasannya masih belum bisa disembunyikan di raut alisnya.

Mungkin karena kegugupannya, tiba-tiba dia merasa perutnya menegang, seolah ada tendangan lembut dari dalam.

Apakah ini reaksi bayinya? Miranda berpikir dalam benaknya.

Seiring berjalannya waktu, perutnya semakin membesar, dia pun semakin sering menerima kejutan dari bayinya itu.

Mungkin saat ini, makhluk kecil di perutnya itu juga dapat merasakan ketegangan yang Miranda alami.

Kedua orang itu masih menunggu di depan ruang gawat darurat. Zayn pun memerhatikan bahwa Miranda dengan lembut mengusap perutnya.

“Miranda, ada apa denganmu? Apakah perutmu terasa sakit?" Zayn tiba-tiba kembali mengkhawatirkan Miranda, karena stimulasi emosional ibu yang sedang mengandung akan berdampak buruk pada bayinya.

"Tidak apa-apa. Kamu jangan mengkhawatirkan aku. Mungkin bayi ini terbangun dari tidurnya. Dia baru saja menendangku." Miranda tertawa, lalu menatap pintu ruang gawat darurat.

20 menit kemudian, kedua orang yang sedang duduk di bangku koridor rumah sakit itu melihat dokter keluar dari ruang gawat darurat.

Zayn adalah orang pertama yang berdiri, dia bergegas menghampiri sang dokter. Meski mengkhawatirkan keadaan Elisa, tapi dia lebih mengkhawatirkan kesehatan Miranda yang sedang mengandung bayi.

"Dokter, bagaimana keadaan temanku saat ini?" Dengan terburu-buru Zayn bertanya.

Sang Dokter menggunakan jarinya mengangkat kacamatanya, menenangkannya: "Tuan Shen jangan khawatir, Nona Yu ​​tidak berada dalam masalah serius. Dia hanya terbentur, lalu hanya akan pingsan untuk sementara waktu. Setelah istirahat beberapa waktu, dia pun akan segera bangun."

Miranda berjalan perlahan menghampiri dokter, mendengar kata-katanya itu dia merasa begitu lega.

Kemudian mereka melihat Elisha yang berada di atas ranjang pasien didorong keluar dari ruang gawat darurat. Meskipun dia masih belum sadar, tapi wajahnya sudah tampak jauh lebih baik dibandingkan ketika dia dibawa ke rumah sakit.

Pada waktu malam hari Elisha terbangun. Kecuali tubuhnya yang masih terasa lemah, wajahnya sudah kembali kemerahan seperti biasanya, pikirannya pun juga sangat jernih.

Selama beberapa waktu ini, Miranda selalu menemaninya di samping ranjangnnya. Sedangkan Zayn selalu mondar- mandir untuk membantu mengambilkan perlengkapan yang diperlukan Elisha untuk dapat tinggal di rumah sakit.

"Elisha, akhirnya kamu bangun juga. Kamu sungguh membuatku takut!" Melihat Elisha yang tampak lemah, Miranda pun merasa tidak tega, dia segera meraih tangannya.

Elisha menunjukan senyuman di wajahnya, dia merasa sangat senang dan terharu melihat Miranda begitu peduli pada dirinya.

Elisha pun dengan lembut berkata: "Bos, aku sudah baik-baik saja, aku hanya merasa sedikit pusing."

Saat ini, Zayn datang membawa tiga porsi makan malam. Mencium aroma makanan itu, tatapan Elisha pun berubah.

Melihat ekspresi Elisha yang tampak terangsang, Miranda pun, bergegas berinisiatif untuk memberinya makanan itu.

Setelah ketiga orang itu menyelesaikan makan malam mereka, Zayn duduk di samping, kembali teringat akan penculikan Elisha.

Dengan keraguan di matanya, dia bertanya dengan lembut, "Elisa, apakah kamu tahu siapa yang menculikmu? Apakah kamu telah melihat dengan jelas seperti apa orang itu?"

Pertanyaan ini terus-menurus terngiang-ngiang di dalam benak Miranda. Setelah mendengar pertanyaan Zayn, dia pun segera memusatkan perhatiannya kepada Elisha.

Elisha mengangguk, lalu menceritakan detail penculikannya.

"Mereka telah membawaku ke sebuah pabrik kosong, aku mengira aku akan bertemu dengan penculik yang mencoba mendapatkan uang, tetapi tiba-tiba Kiara muncul di depanku." Elisha berkata dengan tatapan yang dipenuhi dengan kebencian.

Zayn mengangguk sambil berpikir, sedangkan Miranda tampak sangat terkejut. Di saat yang sama, rasa cemasnya itu semakin terpancar pada kerutan di alisnya itu.

Miranda segera menggenggam tangan Elisha dengan erat, lalu berkata, "Aku tidak mengira bahwa wanita itu ternyata tidak hanya memiliki pikiran yang sempit, tetapi juga adalah seorang pendendam! Aku rasa kita harus segera melaporkannya kepada polisi!"

Mendengar kata-kata tegas Miranda, Zayn pun juga menyetujuinya. Mereka berdua menemani Elisha sampai hari sudah malam dan lampu di bangsal itu dimatikan.

Setelah meninggalkan rumah sakit, Zayn dan Miranda pulang dengan mobilnya. Di dalam perjalanan, kedua orang itu berdebat menentukan waktu yang tepat untuk melaporkan hal itu kepada polisi.

Pada akhirnya, mereka mencapai kesepakatan dan memutuskan untuk melapor kepada polisi pada esok hari.

Keesokan paginya, Miranda tidak tidur nyenyak semalam karena rangsangan penculikan dan berbaring membolak-balikkan tempat tidur.

Sama seperti biasanya, etika pagi-pagi buta Miranda sudah bangun dari tidurnya. Masalah ini telah membuatnya merasakan ketakutan yang berlarut-larut, dia tidak sabar untuk melaporkannya keoada polisi, agar Kiara segera ditangkap.

Miranda pun menghubungi Zayn, ternyata dia juga sudah bangun. Setelah percakapan singkat di telepon, Zayn meminta Miranda untuk menunggunya di bawah.

Mereka pun sarapan bersama, lalu pergi ke kantor polisi. Mereka memberikan penjelasan mengenai dimana Elisha diculik, lalu bagaimana kondisi lukanya sehingga dia dirawat di rumah sakit dengan sangat jelas kepada Polisi.

Kasus penculikan ini sangat buruk. Kasus ini bukanlah perkara sepele. Polisi pun segera menyelidiki kasus ini. Di pagi hari, mereka pun pergi ke rumah sakit untuk menerima penjelasan dari Elisa secara langsung.

Setelah dipastikan bahwa pelaku penculikan itu adalah Kiara, Polisi pun segera memburunya.

Setelah petugas Polisi itu pergi, Zayn dan Miranda terus menemani Elisha di bangsal.

Miranda berkata dengan cemas: "Menurutku kita sudah terlalu terlambat untuk melaporkannya kepada polisi. Karena wanita cerdik seperti Kiara itu, pasti sudah kabur setelah melakukan tindak kejahatannya. Tidak diketahui dimana dia bersembunyi saat ini."

Elisha juga mengangguk dengan amarah di matanya, lalu berkata dengan suara lemah, "Aku juga merasa begitu. Aku telah menghubunginya berkali-kali, dari dulu aku sudah dapat melihat orang seperti apa dia itu."

Dengan senyuman lembut, Zayn menghibur kedua gadis itu, lalu berkata, "Jangan khawatir, penjahat pasti akan membayar perbuatannya. Lagipula para polisi itu juga sudah pernah menangkap penjahat yang tak terhitung jumlahnya yang bahkan lebih licik, lebih kejam daripada Kiara."

Namun, Miranda tetap merasa cemas. Dia merasa bahwa wanita licik seperti Kiara tidak mungkin akan secepat itu tertangkap.

Novel Terkait

Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu