Eternal Love - Bab 49 Salah Bicara Saat Mabuk

Walaupun Alberto Ji bersikap seperti tidak perduli, tetapi sebenarnya terus memperhatikan kondisinya.

Ketika mendengar suara gesekan di samping, terlihatlah kondisi seperti itu ketika membuka mata, kaget sesaat, “Kamu sedang apa?”

Wajah Miranda Wen merah karena mabuk, tersenyum bego kepadanya, “Sangat panas, buka baju biar tidak panas, kak, aku pintar kan…….” Selesai berkata lanjut membuka kancing baju.

Gadis kecil ini tahu malu tidak!

Pupil mata Alberto Ji mengecil, segera menangkap tangannya yang bergerak sembarangan, menghentikan prilaku dia yang selanjutnya, “Nurut, jangan sembarangan bergerak, sebentar lagi tidak panas.”

“Tetapi sekarang sangat panas……”

Miranda Wen cemberut, kemudian merasakan suhu dari tangannya yang dingin dan adem, kenyamanan yang tak terlukiskan, tanpa bisa menahan diri mendekatinya, memasukkan dirinya dalam pelukannya.

Alberto Ji kaget, segera mendorongnya, berkata dengan dingin, “Duduk dengan nurut, sebentar lagi sampai rumah.”

“Aku tidak mau!” Miranda Wen tidak mau lepas sama sekali, mengangkat kepala berkata:”Mengapa kamu sebaik ini, setiap kali membantuku mengatasi masalah, bagaikan dewa pelindungku, tetapi aku tidak tahu bagaimana caranya membalasmu……”

Tidak disangka dia akan berkata seperti ini, sikap Alberto Ji melembut, meletakkan tangan di dadanya dan mendorongnya, “Jangan cari masalah.”

Gadis ini adalah utusan Tuhan untuk menyiksanya.

Terkadang dia tidak tahu harus bersikap bagaimana kepadanya.

“Sudah, cepat duduk yang benar, seperti apa jika terlihat orang.” Alberto Ji mengernyitkan dahi, membuka jari tangannya satu persatu, hingga terpisah satu jarak.

Supir yang sedang mengendarai mobil terpana, Direktur Ji, apakah aku bukan manusia?

“Alberto Ji, alangkah baiknya jika kamu bukan kakakku……”

“Apa yang kamu katakan tadi?” Alberto Ji merasa tidak senang mendengar perkataannya.

Miranda Wen yang mabuk menatapnya tanpa berkedip, kemudian jatuh lagi, “Aku berkata jujur, jika punya pacar sebaik kamu, pasti sangat bahagia……”

Alberto Ji menarik nafas, dengan dingin memperingatkan, “Jangan sembarangan bicara lagi, kamu sudah mabuk, tutup mata dan istirahatlah sebentar.”

“Aku tidak sembarangan bicara!” Miranda Wen memonyongkan mulut dengan tidak senang, wajahnya tidak senang, “Yang penting aku merasa kamu sangat baik, kenapa ada orang yang tidak menyayangimu, Alberto Ji, kamu setampan ini……”

Kamu yang sebaik ini, mengapa bisa ada wanita yang tidak menyayangimu dengan baik, bahkan ingin melukaimu.

Sungguh brengsek, brengsek……

“Diam, tahukah apa yang kamu bicarakan!”

“Alberto Ji, kamu jangan marah ya, aku tidak pernah membohongimu……”

Alberto Ji salah paham padanya, melihat dia sepertinya tidak mendengar peringatan dan terus berbicara tiada henti, matanya sudah penuh amarah, berpesan pada supir, “Berhenti!”

Perintahnya mana mungkin berani dibantah oleh supir, mobil segera berhenti.

Hanya terlihat Alberto Ji turun dari mobil dengan marah, kemudian menarik keluar wanita di dalam mobil.

Angin dingin membuat Miranda Wen menggigil, kemudian dia ditarik ke depan, baru ingin protes, tetapi detik kemudian dia dilempar masuk ke kolam pancuran!

Miranda Wen yang terendam air dingin, kedinginan hingga terus gemetaran, segera sadar kembali.

“Apakah sudah sadar?” Alberto Ji memandang dari atas ke bawah, wajahnya tidak senang.

Miranda Wen melihat dirinya yang basah kuyup, otaknya belum bisa putar, “Kenapa aku di sini, apa yang terjadi, Kak, apakah tadi aku melakukan kesalahan?”

Jika sudah lupa, apakah gadis ini masih bisa membuat orang marah lagi?

Alberto Ji marah besar, tidak berbicara sama sekali.

Kemudian berpikir untuk apa perhitungan dengan orang mabuk, akhirnya dengan dingin berkata, “Pulang.”

Miranda Wen segera merangkak keluar dari kolam, segera mengikuti di belakangnya, dengan setiap langkah meneteskan air kembali ke mobil, melihat wajah Alberto Ji yang marah, dengan hati-hati menjelaskan, “Maaf, aku akan melakukan hal yang tak terduga setiap kali mabuk, Kakak jangan ambil pusing.”

Alberto Ji semakin marah setelah mendengarnya, yakin dia hanya gila karena mabuk, akhirnya berwajah dingin tanpa berbicara.

Suasana mobil mendadak menjadi aneh dan risih.

Miranda Wen menunggu sekian lama tetapi tetap tidak mendapatkan jawaban, sangat kesal tetapi tidak berani bertanya lagi.

Mobil melaju kencang, dengan cepat tiba di rumah keluarga Ji.

“Kak, aku pulang dulu.”

Melihat dia tidak bergerak, Miranda Wen terpaksa turun duluan, membiarkan dia menenangkan diri.

Selain itu dia juga sangat dingin dengan pakaian basah kuyup, harus segera masuk kamar ganti baju, jika terlihat oleh ibu mertua, akan dikuliahi lagi.

Melihatnya pergi, mata Alberto Ji bersinar sesaat, duduk sendirian di mobil, otaknya penuh dengan ucapan dia saat mabuk.

Sebenarnya apa maksudnya gadis itu?

…….

Beberapa hari kemudian, Miranda Wen merasakan Alberto Ji sengaja menjauh darinya.

Awalnya dia merasa dirinya salah paham, tetapi tindakan dia menunjukkan perasaannya sama sekali tidak sesederhana itu.

Dulu dia selalu nebeng mobil Alberto Ji untuk pergi ke kantor karena praktis, Alberto Ji juga tidak pernah menolak, tetapi setelah kejadian hari itu, Miranda Wen diberikan sebuah mobil agar bisa bawa mobil sendiri ke kantor.

Sungguh bodoh jika dia tidak bisa merasakan penjagaan jarak seperti ini.

Tetapi dia tidak mengerti alasannya, teringat ini Miranda Wen ingin sekali memaki dirinya sendiri, sudah tahu penyakit diri sendiri, masih saja minum sebanyak itu, sungguh sialan!

Dua hari kemudian, Miranda Wen bahkan tidak melihat dirinya, ternyata dinas luar kota, ini tidak terlalu dipusingkan.

Pada akhir pesan ini, tidak tahu apa yang dipikirkan oleh ibu anak Yenny Shen, mendadak datang bertamu ke keluarga Ji.

Setelah Miranda Wen mendapatkan informasi dari pembantu, dia mengernyitkan dahi.

Tiba di ruang tamu, dia melihat 2 orang yang paling tidak ingin dilihat, sehingga tidak bersikap baik.

Yenny Shen yang melihat dia segera tersenyum berkata dengan ramah, “Miranda, kamu ini kenapa tidak mengatur waktu untuk sering pulang ke rumah, aku dan ayahmu merindukanmu, jadi hari ini datang melihatmu.”

“Bu, kakak sekarang orang sibuk, mana ada waktu untuk sering pulang.” Sisca Wen tersenyum cerah, langsung balik muka melihat Miranda Wen, “Benarkan, kakak?”

Miranda Wen merasa benci, malas meladeni cemoohan Sisca Wen.

“Miranda, ibumu dan adikmu datang melihatmu, layanilah dengan baik.” Joyce Qin berpesan.

Karena dulu pesta pernikahan kacau sekali, Joyce Qin sama sekali tidak berkesan baik pada besan ini, tetapi karena didikan keluarga yang baik, masih tetap bersikap sopan dan senang, sekarang melihat Miranda Wen datang, sekalian melemparkan tugas ini padanya.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu