Eternal Love - Bab 464 Apakah Kamu Membencinya

Dalam restoran yang besar dan luas, hanya terlihat beberapa orang duduk di tepi jendela, alunan musik piano bagai air mengalir senantiasa menenangkan suasana.

Alberto dan Miranda duduk di sebuah sudut. Miranda mengangkat kepala menatap Alberto yang duduk di hadapannya, kening tiba-tiba mengerut, teringat kejadian waktu itu, hati Miranda mengejut beberapa saat.

Dia membasahi bibir sendiri, saat ini ada beribu ketidakpahaman dalam hatinya, tadinya berpikir saat bertemu Alberto lagi harus menanyakannya dengan jelas, tetapi kini Alberto sudah berada di depannya, dia malah tidak tahu harus berkata apa.

Seolah bisa merasakan tatapan mata Miranda, Alberto mengangkat kepala melihatnya sekilas, berkata: “Miranda, ada apa?”

Suara Alberto Ji yang tidak kasar juga tidak halus, masuk ke dalam telinga Miranda, membuatnya tersadar, mencoba berkata: “Apakah, apakah dulu aku juga tinggal di rumah Keluarga Ji.”

Mendengar pertanyaan Miranda, Alberto sedikit terkejut, terdiam dalam seketika, terlintas ekspresi rumit dalam kedua matanya. Apakah, Miranda sudah teringat kejadian waktu itu? Apakah….

Berpikir demikian, dalam hati Alberto merasa senang, segera meraih tangan Miranda, berkata: “Miranda, apakah kamu sudah bisa mengingat kembali semua kejadian waktu itu? Jika memang begitu, maka benar-benar…”

Perkataan Alberto belum selesai, Miranda pun sudah memotongnya: “Bukan kok, aku tidak ingat apa-apa, aku hanya ingin memastikan, aku juga ingin tahu apa yang terjadi antara aku dan Keluarga Ji waktu itu.”

Selesai berkata, Miranda Wen menundukkan kepala melihat sekilas tangan yang digenggam oleh Alberto, entah kenapa hatinya seperti tersentuh. Tetapi hanya berlangsung satu detik saja, setelah itu Miranda pun menarik kembali tangannya.

Mendengar penjelasan Miranda, kening Alberto sedikit mengerut, terlintas keheranan dalam matanya, kenapa Miranda malah menanyakan hal itu. “Miranda, ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan itu padaku.”

Alberto Ji mulai merasa tidak tenang, tiba-tiba teringat tindakan Keluarga Ji pada Miranda waktu itu, dia tetap saja merasa bersalah pada Miranda. Dia merasa takut, merasa takut jika membiarkan Miranda tahu akan semuanya, perempuan itu akan tidak menghiraukannya lagi.

Melihat sikap Alberto seperti itu, meski tidak mengatakan apapun, Miranda bisa melihat dengan jelas, saat itu pasti terjadi pertikaian antara Keluarga Ji dan dirinya. Ternyata benar, semua seperti yang dia duga.

Miranda mengepal kedua tangan, menarik nafas dalam, menunduk beberapa saat, lalu berkata: “Sudahlah, sebenarnya semua yang terjadi waktu itu tidak lagi penting, aku tidak peduli lagi dengan semuanya, karena memang sudah berlalu. Tetapi aku hanya ingin tahu, anak pada waktu itu, milik siapa…”

Miranda mengangkat kepala melihat wajah Alberto, dengan tatapan jernih, dan penuh cahaya.

Dalam sekejap Alberto terjebak dalam pandangan Miranda, hati ikut tersentuh. Tidak boleh, dia tidak boleh membiarkan Miranda tahu akan masalah itu, setidaknya tidak boleh membiarkannya tahu sekarang…..

Alberto menghirup nafas dalam, menahan ambisi dalam diri, terdiam beberapa saat, baru berkata: “Miranda, kenapa kamu tiba-tiba terpikir ingin bertanya padaku soal itu, apakah kamu tahu sesuatu, atau teringat sesuatu?”

Miranda tidak berhasil menyadari perubahan pada raut wajah Alberto, dia hanya terus larut dalam pikirannya sendiri. Mendengar suara Alberto, dia menggelengkan kepala, berkata: “Tidak, aku hanya merasa ingin tahu, kenapa saat aku diusir dari rumah, saat sedang terpuruk, Ayah dari anak itu tidak muncul, kenapa tidak hadir di depanku.”

Perkataan Miranda yang tidak berat juga tidak halus masuk dalam benak Alberto, membuat badannya mengejut sesaat, sebenarnya berbicara soal kejadian saat itu, dia merasa sangat bersalah. Dia juga tahu, jika saat itu dia ada disana, situasi ini sama sekali tidak akan terjadi, Miranda juga tidak akan mengalami kesulitan seperti ini.

Hanya saja, tidak ada obat penyesalan di dunia ini. Wajah tampan Alberto bertambah pucat, tenggorokan terasa serak, tidak mampu mengatakan apapun, seolah sebuah benang tak kasat mata mengikat pita suaranya, terasa sangat tidak nyaman.

Tidak mendapat tanggapan apapun dari Albert, Miranda pun melihatnya lagi, lanjut bertanya: “Kenapa kamu tidak berbicara? Kenapa raut wajahmu berubah menjadi amat buruk dalam seketika.” Melihat raut wajah Alberto, Miranda sangat terkejut, dia segera mengambil selembar tisu dan memberikannya pada Alberto, menatapnya dengan sangat cemas.

Alberto hanya tersenyum kecil, menerima tisu dari Miranda, menggeleng sembari berkata: “Tidak apa-apa….” Selesai menjawab, Alberto kembali seolah tidak terjadi apapun, mengangkat kepala melihat Miranda, berkata dengan sedikit ragu: “Apakah kamu, membencinya…”

Mendengar perkataan Alberto, Miranda benar-benar tercengang. Membencinya? Sebuah kebohongan besar jika berkata tidak membencinya, tetapi kenapa dalam hatinya tetap tidak bisa merasakan benci, sebaliknya malah tersisa sedikit rasa sedih.

Tetapi jika tidak membencinya, juga terasa sangat tidak masuk akal. “Aku juga tidak tahu, aku hanya kesal, kenapa saat itu dia tidak disana, kenapa tidak keluar untuk bertanggung jawab, kenapa membiarkanku menanggung begitu banyak……”

Setiap kata yang Miranda ucapkan seolah tertancap dalam hati Alberto, membuatnya tidak tenang. Dia ingin sekali memeluk Miranda sambil memberikan penjelasan, tetapi dia tahu, apapun yang dilakukan sekarang hanya akan berakhir sia-sia, tidak akan berguna sedikitpun.

Dalam seketika Alberto tidak tahu harus berbuat apa: “Benar, kenapa saat itu dia tidak disana, alangkah bagusnya jika dia disana……”

Melihat sikap Alberto Ji seperti itu, Miranda pun tahu seharusnya tidak akan bisa menggali informasi apapun. Dia menghela nafas dengan tak berdaya, waktu sudah lama berlalu, semuanya sudah tidak penting, yang terpenting adalah saat ini, dan masa depan.

“Sudahlah, masalah sudah berlalu, aku juga tidak ingin berpikir terlalu banyak, hanya saja saat ini aku tidak ingin terlibat hubungan dengan Keluarga Ji lagi, lebih tidak ingin berurusan dengan dua perempuan itu.” Teringat sikap Violet Qin dan Joyce Qin waktu itu, hati Miranda terasa sangat kesal.

Dalam hati Miranda, kini telah mengambil keputusan, untuk tidak terlibat urusan apapun dengan Keluarga Ji lagi, juga tidak akan memijakkan kaki ke dalam rumah Keluarga Ji.

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu