Eternal Love - Bab 9 Lagi pula hanya untuk dijual

Ternyata, mereka berdua tanpa terasa sudah keliling hingga tengah hari.

Alberto juga tidak keberatan, langsung membawa dia ke restoran di lantai dua belas.

Sekali duduk, Miranda langsung merasa lumpuh di atas kursi.

Karena rasa gembiranya saat belanja baju, sekarang sekali istirahat, dia baru merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

Jalan-jalan juga tidak sesenang yang dia bayangkan, dalam hati diam-diam mengasihani kakinya sendiri.

Alberto melihat Miranda yang lesu, bibirnya perlahan terangkat dan tersenyum, lalu mengingatkan : “Baju sudah beli, nanti pergi melihat mobil.”

Seketika Miranda memiringkan wajahnya, segera dia memijit kakinya, menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk beristirahat.

Satu jam kemudian, mereka berdua selesai makan, tenaga Miranda pulih kembali, menarik Alberto untuk pergi ke dealer mobil.

Orang di dealer mobil melihat gaya berpakaian Alberto dan Miranda, sudah tahu pasti seorang langganan besar, dengan ramah mengenalkan mobil pada mereka.

Miranda tidak mengerti mobil sama sekali, dan mendengar dalam kebingungan.

“Aku tidak mengerti.”

Dengan perasaan tanpa bersalah, matanya yang besar memandang Alberto.

Alberto melihat ekspresi dia yang bingung dengan tatapan yang tajam, diam-diam merasa lucu, tidak bilang apa-apa langsung memilih mobil untuknya.

Tidak bisa disangkal pandangan mata Alberto memang tajam.

Begitu banyak mobil dia tidak pilih, langsung memilih sebuah model dengan harga kisaran sepuluh miliar.

Mendengar angka ini, Miranda menarik napas : “Astaga, tuntutan dari keluarga Ji kalian memang tidak standar biasanya ya? Sembarang pilih mobil saja masih dengan angka segini?”

“Pembantu kami saja kalau keluar juga memakai mobil seharga dua miliar, apa ada masalah?” gurau Alberto.

“Tidak!”

Miranda dengan bibir tersungut, dalam hati marah dengan sistem kapitalis keluarga ini, tapi apa boleh buat, hanya bisa membeli dengan tidak rela.

Lagi pula, uang yang dibelanjakan juga bukan uangnya!

Berpikir seperti itu, Miranda dan manajer melakukan transaksi pembayaran.

Kebetulan sekali, ponsel Alberto berdering, dia memberi isyarat agar Miranda pergi membayar dulu, dia ingin menerima telepon.

Miranda tidak keberatan, akhirnya masalah yang membuat canggung terjadi.

Saat dia menggesek kartu yang diberikan oleh Melvin, tanpa diduga dia mendapat pemberitahuan saldonya tidak mencukupi.

“Bagaimana mungkin tidak cukup? Bukankah ini kartu tanpa limit?”

Miranda mendesak sekali lagi : Atau tidak, kamu coba gesek lagi?”

“Maaf, nona. Kartu anda ini bukan kartu tanpa limit……saldo di dalam hanya tersisa satu koma empat miliar.”

“Bagaimana mungkin?”

Miranda sedang merasa bimbang, tiba-tiba terdengar suara sindiran dari samping : “Yo, bukankah ini nona pertama keluarga Wen? Datang untuk membeli mobil? Mengapa bisa saldonya tidak mencukupi? Tidak punya uang masih ingin menyetir mobil mewah?”

Mendengar kata itu, Miranda mengerutkan dahi, dan menoleh, mendapati seorang wanita dengan dandanan parlente, sedang berjalan menuju ke arahnya.

Wanita ini bernama Jade, musuhnya sewaktu kuliah.

Pada saat baru kuliah, mereka berdua masih satu asrama, tapi saat itu, Jade menyukai seorang pria bernama Leon. Awalnya memang tidak ada hubungannya dengan Miranda, namun entah mengapa Leon ini malah menyukai Miranda dan juga mengejarnya dengan gencar.

Setelah Jade mengetahuinya, menyalahkan semua ini pada diri Miranda, juga menyebarkan kemana-mana, bahwa dia yang menggoda Leon, dan selalu menentang Miranda.

Setelah lulus kuliah, dia mengira sudah terlepas dari wanita ini.

Alhasil tidak disangka, bertemu sekarang, malah di saat yang canggung begini.

Miranda marah pada dirinya sendiri yang begitu sial, pada saat bersamaan juga menjadi sadar, dirinya sudah dipermainkan.

Sudah tahu ayahnya tidak akan begitu baik hati untuk memberikan kartu tanpa limit untuknya, benar-benar telah dicelakai olehnya.

Miranda sangat marah, juga tidak menghiraukan Jade, membalikkan badan pergi mencari Alberto.

Hasilnya Alberto pergi menerima telepon, masih belum kembali.

Tak berdaya, dia hanya bisa dengan hati yang tidak enak berkata : “Itu……aku akan membayarnya sebentar lagi, boleh tidak?”

Nona yang di meja kasir masih belum bicara, Jade yang di samping sudah bersuara duluan : “Boleh, tentu saja boleh. Tapi siapa yang tahu, apakah kamu benar-benar ingin membelinya? Tidak disangka, orang seperti nona Wen ini masih memiliki uang lebih untuk membeli mobil?”

Mengenai kondisi keluarga Wen, Jade tahu dengan jelas, dan keluarga Xiao lebih berada dibanding keluarga Wen, jadi dia berusaha sekuat tenaga untuk menyindir dirinya.

Di dalam hatinya, Miranda selain wajahnya, tidak ada bagian lain dari dirinya yang bisa dikehendaki, namun Leon malah tergila-gila karena raut wajah itu.

Jade senantiasa tidak bisa menelan amarah ini, kini tidak begitu gampang mendapat kesempatan ini, mengapa tidak baik-baik balik menyerang dia?

“Yo? Dari tadi aku merasa ada lalat yang berdengung terus di samping telingaku, tidak disangka ternyata nona Xiao……lama sekali tidak bertemu, kamu ini suka mengurus urusan orang lain. Aku punya uang atau tidak untuk membeli, apa hubungannya denganmu?”

Kalau berdebat, Miranda tidak pernah kalah.

Jade tahu mulut Miranda itu sangat hebat : “Memang tidak ada hubungan denganku. Barusan tadi memang aku yang salah! Kamu lihat ingatanku, nona Wen akan segera menjadi nyonya muda keluarga kaya raya……dengar-dengar, pria tersebut adalah orang bodoh yang sangat kaya sekali?”

Jade tidak datang sendiri, di sampingnya masih dikelilingi beberapa wanita, saat mendengar kata ini, semua tertawa terbahak-bahak.

“Mana mungkin, zaman sekarang demi mendapat uang yang banyak, sampai bersedia menikah dengan orang bodoh?”

“Wanita seperti ini banyak sekali, buat apa kaget seperti itu? Lagi pula wajahnya lebih pantas ditaruh di sana.”

“Terus, pada akhirnya itu tidak untuk dijual?”

Beberapa wanita itu seorang demi seorang bicara, sampai begitu riang dan senang, Jade dengan puas berkata : “Miranda, kamu berusaha merebut Leon, dan mempermalukan aku, kini kamu akan menikah dengan orang bodoh. Coba kamu katakan, kalau Leon tahu, apakah dia akan merasa dirinya telah buta? Menyukai barang rongsokan seperti kamu?”

Mendengar ini, amarah Miranda semakin naik.

Orang rendah ini, mulutnya benar-benar tidak dijaga, seperti yang sudah-sudah membuat orang tidak menyukainya.

“Dia lebih baik menyukai barang rongsokan seperti aku, tapi tidak menyukaimu, ini menjelaskan apa? Ini menjelaskan perbedaan kamu dan aku lebih dari seratus kali lipat, buat apa kamu begitu puas? Lagi pula, aku mau menikah dengan siapa juga, bukan urusanmu, aku juga tidak makan beras keluarga kalian, tidak membelanjakan uang keluarga kalian, setidaknya uang yang aku gunakan semua mengandalkan hasil kerjaku sendiri. Nah kamu……hanya sebuah parasit!”

Nada bicara Miranda seketika menjadi dingin, ekspresi matanya berubah menjadi tajam.

“Siapa yang kamu bilang seperti parasit? Biar bagaimanapun uang yang aku gunakan juga uang papaku. Bagaimanapun juga masih lebih baik dibanding kamu yang demi uang menjual kepribadian diri sendiri……he, menikah dengan orang bodoh, benar-benar bisa terpikir olehmu. Kamu begitu hina, bahkan seorang yang bodoh pun tidak kamu lepaskan……”

Tepat saat Miranda dan Jade bertengkar dengan sengit, akhirnya Alberto kembali.

Barusan datang telepon dari kantor, berkaitan dengan sebuah proyek penting, maka obrolannya jadi lebih lama, tidak diduga saat kembali, dia melihat Miranda sedang bertengkar.

Dia sungguh tidak membuat dirinya tenang barang sedetik pun.

Dia mengernyitkan dahi, ekspresi mukanya menjadi dingin, dan tatapan mata sedingin es melihat kearah wanita bodoh tersebut.

Di kota ini, semua orang tahu adiknya adalah orang bodoh, namun tidak pernah ada orang yang berani di depan dirinya, menyebut langsung adiknya orang bodoh. Wanita ini sudah menyentuh garis batasnya.

Mempunyai keberanian seperti ini, maka sendiri yang menanggung akibatnya!

Alberto langsung jalan ke samping Miranda.

“Kamu pergi kemana?”

Miranda melihat Alberto telah kembali, nada bicaranya seketika menjadi lembut lagi. Baru saja terpikir untuk menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi, malah melihat Alberto mengeluarkan black card nya sendiri dan memberikan pada kasir.

“Mau mobil yang barusan.”

Dari nada bicaranya, Miranda bisa mendengar Alberto lagi marah, dan juga bukan marah yang biasa.

Sangat jelas, kata-kata dari Jade barusan, telah terdengar olehnya.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu