Eternal Love - Bab 152 Rencana Lain

Kiara hanya diam mendengarkan pujian dari para wartawan di bawah panggung, ia tidak terburu-buru memotongnya.

Pengakuan dari orang lain adalah dukungan yang besar bagi desainer, mendengar pujian-pujian seperti ini membuat Kiara benar-benar merasa dirinya sudah sangat layak menjadi desainer perhiasan.

Setelah beberapa saat, ia baru berkata, "Mohon semuanya hening sejenak, biarkan aku memperkenalkan set perhiasan ini pada kalian semua. Sepert yang kalian semua lihat, ini adalah perhiasan yang penuh dengan nuansa bangsawan Eropa, tidak salah, aku terinspirasi dari perhiasan-perhiasan yang pernah dikenakan oleh Ratu Inggris, setelah mendapat inspirasi, barulah aku mendesain karyaku ini...."

"Aku juga merasa familiar dengan perhiasan itu." bisik Rita pada Miranda.

Mendengar hal itu Miranda menjawab, "Kamu merasa familiar karena memang perhiasan yang bergaya seperti ini banyak yang mirip, tapi ini bukan tiruan."

Rita hanya mengangguk seolah mengerti, meskipun direkturnya berkata demikian, ia tetap merasa karya milik Kiara biasa-biasa saja, tidak terlalu berlebihan seperti reaksi dari para wartawan.

"Kiara, hal ap ayang membuatmu bergabung dengan Perusahaan Besar Ji?"

Saat sesi tanya jawab dengan wartawan, ada seorang wartawan yang menanyakan pertanyaan yang paling membuat semua orang penasaran.

Kiara tersenyum kecil, "Seperti yang kalian sudah tahu, Perusahaan Besar Ji adalah Perusahaan terbesar di dalam negeri, kekuatannya sudah terbukti, saat aku kembali dari luar negeri, aku berpikir bila dapat bergabung dengan Perusahan Besar Ji merupakan suatu kehormatan bagiku. Karena aku sekarang sudah dapat bergabung dengan perusahaan besar Ji, maka aku harus berterimakasih pada Kak Bernessa selaku wakil direktur dari departemen desain, kalua bukan beliau yang menemukan dan melihat potensiku, aku pikir aku tidak akan mendapatkan kesempatan ini."

Mendengar Kiara menyebutkan namanya, Bernessa merasa sangat puas, ia merasa bahwa Kiara benar-benar mengerti cara memperlakukan orang lain.

Memuji dirinya di hadapan media, bukankah sama saja dengan memperlihatkan kebolehannya pada para pemimpin di Perusahaan Besar Ji? Dengan seperti ini, ia hanya tinggal menunggu untuk naik pangkat menjadi direktur departemen desain.

Selanjutnya adalah giliran Giselle, ia membawa sendiri karyanya naik ke atas panggung.

Karya desainnya adalah sebuah kalung, kalung rantai biasa, liontinnya berbentuk bunga anggrek, dibuat dengan sangat detil, masing-masing kelopaknya bertahtakan batu nefrit.

Tempat konferensi itu hening melihat karya yang seperti ini.

Bernessa berkata dengan pelan, "Kelihatannya karya Giselle pun biasa-biasa saja."

Saat mengatakan hal itu, ia sengaja menatap Miranda.

Miranda tetap tenang dan melihat ke arah Giselle yang yang berada di atas panggung tanpa tidak panik sedikitpun.

Tapi malah Rita yang merasa panik, "Apa maksud para wartawan ini? Apakah mereka tidak menghargai karya Giselle?"

"Halo semuanya, namaku Giselle, akulah desainer karya yang bernama 'tujuan awal' ini."

"Tujuan awal, tidak melupakan tujuan awal, ini adalah nama yang kuberikan pada karya ini. Di masyarakat yang penuh dengan kesibukan seperti sekarang ini,aku pikir semua orang sedang berjalan ke depan, dan semuanya sudah melupakan tujuan awal mereka, perlahan kehilangan dirinya sendiri, hatinya sudah berdebu dan tidak bersih lagi."

"Pada jaman dahulu, bunga anggrek merupakan simbol keanggunan, juga dapat digunakan untuk menggambarkan kemurnian cinta."

"Batu Nefrit, transparan dan bersih, pada jaman dahulu dengan memakai batu giok dapat menandakan kedudukan seseorang secara bersamaan juga dapat mengusir roh jahat, dan mendapat keselamatan."

"Karya ku kali ini ingin mengingatkan kita semua agar mengingat apa tujuan awal kita, ingat apa tujuan awal dari cinta."

Giselle tidak panik dan terburu-buru saat memperkenalkan karyanya, setelah selesai, ruang konferensi itu masih hening.

Tepat saat Bernessa tertawa dinging dan bermaksud meremehkan, tiba-tiba seisi ruang konferensi memberi tepuk tangan yang paling meriah, lebih meriah dari sebelumnya.

Seluruh wartawan menunjukkan ekspresi yang tersentuh, memang benar, setiap ang sudah melupakan tujuan awalnya, tersesat dalam kehidupan, tersesat dalam mimpi, perlahan-lahan dirinya sendirinya pun sudah tersesat.

Seketika, mereka semua seperti mengerti niat awal Giselle dalam menciptakan karya ini.

Giselle tersenyum, ia membungkuk 90 derajat pada seluruh wartawan, setelahnya ia membalikkan badan lalu turun dari atas panggung, saat melewati Miranda, mereka saling melemparkan senyuman.

Karya Giselle juga mendapat respon yang baik dari para wartawan, meskipun terlihat seperti karya yang kuno, tetapi semakin dilihat semakin menarik dan membuat orang-orang terpesona.

Mungkin ini memanglah kehebatan dari karya-karya Giselle.

...........

Setelah konferensi berakhir. Melalui pemberitaan media, telepon milik departemen pemasaran perusahaan pun menerima banyak pesanan, kebanyakan orang-orang menelepon untuk memeasan produk yang baru saja dipublikasikan.

Setibanya Miranda di kantor, hal yang pertama ia lakukan adalah memeriksa pemesanan.

Dari data yang diberikan oleh departemen pemasaran, pemesanan karya Giselle dan Kiara berjumlah sama.

Miranda tidak merasa heran, meskipun karya mereka berdua memiliki gaya yang berbeda, tapi keduanya sama-sama bagus.

Saat itu, Rita dan Giselle mendorong pintu dan masuk ke dalam ruangan.

"Direktur, karya Kak Giselle sangat laku keras!" kata Rita dengan penuh semangat.

Bahkan orang seperti Giselle yang jarang berekspresi pun tidak dapat menutupi kegembiaraan itu dari wajahnya.

Miranda tersenyum sambil melihat Giselle, "Giselle, karyamu kali ini sangat hebat."

"Terimakasih." kata Giselle tersenyum dan tidak mengelak.

"Kalau begitu perlukah kita menambah jumlah produk ini?" Rita merasa mereka harus memanfaatkan waktu-waktu ini, dengan segera menambah jumlah barang, dengan cara seperti ini barulah jumlah penjualan baru dapat meningkat berkali lipat.

"Tidak." kata Miranda sambil menggelengkan kepala, " Bukan hanya tidak menambah jumlah produk, tapi kita harus menghentikan pembuatan produk ini."

Rita dan Giselle sangat terkejut mendengar hal ini.

Dengan panik Rita berkata, "Direktur, bila produksi barang dihentikan, maka dikalahkan oleh produk karya Kiara."

Kalau sampai kalah, bisa dibayangkan betapa puasnya Bernessa.

Miranda menjawab dengan santai, "Desainer seperti Giselle, bila produknya diproduksi secara massal maka akan merusak nilai barangnya. Jadi aku akan melakukan sebaliknya, membuat karya Giselle menjadi barang kelas atas, barang ini pun akan dijual dengan jumlah terbatas."

"Apakah bisa seperti ini?" Rita masih sangat khawatir akan akibat dari penghentian produksi produk ini.

"Tenang saja, aku tidak akan menghancurkan karya Giselle."

Karena Miranda sudah berkata seperti itu, Rita pun tidak dapat berkutik lagi, karena direktur memiliki jalan pikirannya sendiri, keputusannya pun pasti sudah melewati pertimbangan yang matang dan mendalam."

"Giselle, bagaimana menurutmu?" ini adalah karyanya, jadi Miranda harus mendengar pendapatnya.

"Aku mengikuti apa katamu saja." kata Giselle yang sudah yakin tanpa keraguan, karena Miranda adalah direkturnya, selain itu, Giselle juga memang memercayainya.

Miranda tersenyum, "Terimakasih atas dukunganmu."

Setelah itu, Rita segera memberitahukan keputusan Miranda pada departemen pemasaran dan departemen produksi, kedua manajer departemen ini sungguh terkejut mendengar keputusan ini, mereka tidak mengerti hal apa yang akan dilakukan oleh Miranda, tapi mereka tetap harus melaksanakannya sesuai perintah.

Di sisi lain, Bernessa juga mengetahui akan hal ini, dirinya pun sangat kebingungan.

Seharusnya, sekarang karya mereka baru saja di publikasikan, karya kedua desainer pun mendapat pesanan yang sangat banyak, bukankah seharusnya Miranda tidak menghentikan produksi di saat-saat seperti ini?

Apa yang sebenarnya akan dia lakukan?

Bernessa merasa bahwa perintah Miranda kali ini pasti ada tujuan tertentu, hal ini yang selalu dihindari olehnya.

Tapi saat itu asistennya datang dan menyampaikan laporan, ia berkata pesanan untuk karya Giselle mulai mengalami penurunan, sebaliknya karya Kiara masih tetap mengalami peningkatan pemesanan.

Mendengar berita ini, Bernessa merasa sangat puas, dalam hatinya berpikir pasti karena Miranda merasa desain karya Giselle terlalu kuno, disukai lebih sedikit orang, dan pembeli tidak dapat menerima karya milik Giselle karena itu ia lebih dahulu menghentikan produksinya, menghindari kekalahan yang sangat memalukan.

Pasti seperti itu. Bernessa sangat yakin dalam hatinya.

Novel Terkait

Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu