Eternal Love - Bab 318 Dia Begitu Cantik

Di saat Miranda Wen ada luang, dia selalu teringat malam itu ketika Alberto Ji mengecup keningnya.

Dia begitu lembut dan perhatian, bahkan saat itu dia punya niatan hati untuk masuk ke dalam pelukannya.

Tapi saat dia mengangkat kepala bertatapan dengan Alberto Ji, dia menciut. Karena dia tahu dengan jelas, dirinya adalah istri Bernando Ji.

Pria yang dapat dia sentuh di depannya ini adalah kakak suaminya, yang juga merupakan kakaknya.

Hubungan ini membuat dia sangat kacau, dia benar-benar susah untuk menahan perasaannya.

Semakin dipikir, Miranda Wen semakin sesak, dia menyandarkan kepala ke jendela, perlahan tangannya mengusap perut yang agak menonjol itu.

Suara pintu dibuka tidak membuat Miranda Wen tersadar dari lamunannya.

Melihat rupa Miranda Wen, Elisha Yu sangat kaget, segera dia membantu Miranda Wen duduk di sofa.

“Miranda, kamu kenapa? Tidak enak badan?” Tanyanya dengan panik sambil mengusap punggung Miranda Wen.

“Aku tidak apa-apa, coba lihat sepanik apa kamu.” Miranda Wen menepuk-nepuk tangan Elisha Yu.

Melihat Elisha Yu yang panik, seketika dia merasa membaik, dia sangat bersyukur punya sahabat yang begitu baik dengannya.

“Miranda, aku lihat belakangan ini kamu sering menghela nafas. Kamu kenapa?” Elisha Yu merangkul lengan Miranda Wen, serta bertanya dengan manja.

Dalam hati Miranda Wen semakin sesak, terlalu banyak yang ia rasakan di dalam hatinya. Tiba-tiba dia ingin mencari seseorang untuk curhat.

Alberto Ji.

Kenapa orang pertama yang muncul dibenaknya adalah Alberto Ji! Sekarang dia sudah bisa memastikan kalau Alberto Ji ada di dalam hatinya.

“Miranda, Miranda, apa yang sedang kamu pikirkan.” Melihat Miranda Wen tidak merespon, Elisha Yu menggoyang bahu Miranda Wen.

“Tidak, aku hanya mendadak teringat nanti malam aku sudah dijanji sama orang, kamu akan makan malam sendiri.”

“Dasar, lagi-lagi aku dibuang.” Elisha Yu berpura-pura marah.

Miranda Wen tertawa, sejak kapan Elisha Yu juga bisa pura-pura merajuk begitu. Tapi memang cocok dengan sifatnya.

Dia benar-benar berterima kasih dengan Elisha Yu, meskipun melihat dia sedih tapi Elisha Yu tetap tidak memaksa untuk bertanya, agar dirinya tidak canggung.

Apalagi dia juga tahu Elisha Yu pura-pura merajuk untuk menghiburnya, agar dia tertawa.

Keduanya pun mengobrol begitu saja dari kehidupan sampai pekerjaan.

Dering ponsel memotong pembicaraan mereka, dari Alberto Ji.

Ketika melihat itu telepon dari Alberto Ji, tiba-tiba Miranda Wen merasa senang dan manis.

Dia benar-benar datang menjemput dirinya.

Waktu Alberto Ji muncul di hadapan Miranda Wen dengan seikat besar bunga mawar, Miranda Wen menutup mulutnya yang ternganga kaget.

Bunga mawar yang cantik dan segar tersebut sangat membuatnya terkejut, dia tidak pernah berpikir Alberto Ji seromantis ini.

Hatinya begitu bergejolak sampai bisa mendengar detak jantungnya sendiri.

“Ayo jalan.” Alberto Ji mengantar Miranda Wen masuk mobil dengan lembut, baru kemudian dirinya masuk.

Melihat Miranda Wen yang tadi terkejut ketika menerima bunga mawar, Alberto Ji rasanya ingin tertawa, Miranda Wen bagaikan seorang anak kecil yang gampang puas.

Dan wajah Miranda Wen memerah, dia malu.

Dia merasa ingin mendekapkan kepalanya ke bunga mawar, agar Alberto Ji tidak melihat dia yang tersipu malu.

Dia menoleh melihat wajahnya ini, api dalam hatinya memadam.

Dia menyadari Alberto Ji mengulurkan sepasang tangan, gayanya itu seperti ingin memeluknya.

Apakah dia boleh menerimanya, bolehkah?

Dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana.

Tubuhnya memberitahu bahwa dirinya sangat menantikan pelukan dari Alberto Ji ini.

Jadi dia segera memejamkan mata.

Alberto Ji mengulurkan tangan membantunya memasang sabuk pengaman.

Wajahnya semakin merah, memalukan sekali!

Melihat Miranda Wen memejamkan mata, Alberto Ji langsung mengerti. Dia sangat senang Miranda Wen punya respon seperti ini.

Setelah memasang sabuk pengaman, dia memeluk Miranda Wen dengan penuh kasih sayang.

Miranda Wen membuka mata dan membelalak. Dia sangat suka pelukan ini.

Sangat hangat.

Mereka bisa saling mendengar suara nafas dan detak jantung satu sama lain.

Alberto Ji tidak melepaskan Miranda Wen, dia sedang menunggu.

Dengan perlahan Miranda Wen melingkarkan kedua tangannya di leher Alberto Ji. Dia tahu, Alberto Ji sedang menunggu balasan dia.

Tidak tahu berapa kali dia menanyai dirinya, kalau bukan karena Alberto Ji adalah kakak, bukan karena kejadian tidak disengaja itu, bukan karena anak, apakah dia akan menghindari perasaannya kepada Alberto Ji seperti ini.

Tidak akan. Dia akan menerimanya dengan senang hati.

Kalau memang melepaskan kenyataan-kenyataan yang tidak dapat dikendalikan ini, kenapa tidak baik-baik menikmati masa sekarang, menyayangi masa-masa mereka bersama?

“Sudah.” Miranda Wen mendorong Alberto Ji pergi dengan malu.

Setelah keduanya tahu perasaan satu sama lain, mereka tidak secanggung dulu lagi.

Setidaknya dalam hati mereka sudah nyaman.

Miranda Wen yang masih tenggelam dalam mimpinya dibangunkan oleh telepon Zayn Shen.

“Miranda, beritahu kamu satu kabar baik, malam ini ada perjamuan malam dan lelang, sangat penting sekali.” Sekali Miranda Wen mengangkat telepon, Zayn Sheng langsung berceloteh panjang lebar.

“Lukisan dan giok yang dilelang adalah kesayangan yang paling disukai Kakek Tua.”

“Eh, dengarkan aku, kamu harus pergi. Dengar tidak?”

Mendengar kata Kakek Tua, Miranda Wen langsung terbangun.

Hanya saja, yang sisanya dia sama sekali tidak mendengar.

“Zayn, kamu kirimkan alamat dan waktunya ke aku, aku pergi setelah selesai sibuk.” Ujar Miranda Wen dengan serius.

“Aku tahu kamu pasti tidak mendengar jelas, jadi menyuruh aku mengirim pesan.” Zayn Shen yang dibalik telepon sangat kesal.

Terkadang Zayn shen pintar, terkadang juga bodoh, bahkan Miranda Wen saja tidak tahu yang mana baru dia.

“Iya aku sudah salah, maaf, akan aku perbaiki, maafkan aku……”

Miranda Wen minta maaf begitu lama, barulah dia diampuni.

Zayn Shen dengan antusiasnya ingin menjemput Miranda Wen, namun ditolak oleh Miranda Wen.

Karena dia tahu, Alberto Ji pasti akan mengantarnya.

Baru saja disebut, orangnya sudah datang.

Usai menutup telepon, telepon dari Alberto Ji datang.

“Bagaimana tidurnya semalam?” Suara Alberto Ji yang rada serak membuat Miranda Wen mabuk.

“Lumayan baik, hanya saja tidurnya agak malam. Kalau kamu?” Miranda Wen tidak ingin memberitahu Alberto Ji bahwa sebenarnya dia begitu senang sampai tidak bisa tidur.

Seperti itu akan memalukan sekali.

“Sama seperti kamu.” Alberto Ji malah senang mendengar Miranda Wen tidurnya malam, karena dia tahu semalam Miranda Wen pasti sangat gembira.

Sedangkan dirinya benar-benar senang sampai tidak bisa tidur. Ada beberapa kali ingin menelepon, tapi takut mengganggu dia istirahat, barulah ia menahan keinginannya.

Lagipula dia sedang hamil.

Keduanya seperti pasangan muda di masa sekolah, setelah bangun langsung menelepon untuk melepas rindu.

Alberto Ji tahu Miranda Wen malam ini mau ke acara lelang, dari awal dia sudah menyuruh orang mengantar pakaian pesta.

Miranda Wen juga sangat suka setelah mencobanya. Gaun ini menunjukkan garis tubuhnya dengan jelas, di saat yang bersamaan juga bisa menutupi perutnya yang sedikit menonjol.

Alberto Ji terpesona ketika datang menjemput Miranda Wen.

Dia begitu cantik!

Tiba-tiba ponsel Alberto Ji berdering, Miranda Wen menatapnya sekilas.

Seolah menanyakan itu telepon dari siapa?

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu