Eternal Love - Bab 85 Punya rencana sendiri

Miranda bangun karena kehausan.

Ia membuka matanya yang lembap, yang tampak adalah langit-langit berwarna putih, kemudian setelah melihat sekeliling dia baru menyadari dirinya ada di rumah sakit.

Ingatan tentang semalam perlahan mulai kembali, dia teringat kejadian di dalam toilet, seketika ia panik dan membuka selimut untuk memeriksa tubuhnya.

Yang tampak hanyalah ia mengenakan pakaian rumah sakit yang bersih, tidak ada rasa yang janggal.

Saat ini, seorang perawat yang masuk melihat tindakannya, dia pun berkata dengan lembut : “Kamu tenang saja, kamu tidak dinodai oleh orang.”

Miranda meletakkan kembali selimutnya, menatap perawat di depan dan mendengar dia menambahkan : “Tuan Ji yang menolong kamu.”

Tuan Ji? Apakah kakak?

Miranda menghembuskan nafas lega, syukur, syukur dirinya terselamatkan.

Perawat membantunya duduk, lalu menyodorkan segelas air.

“Terima kasih.” Miranda mengucapkan terima kasih dengan sungkan.

Perawat mengamati pipinya dan berkata dengan tidak tega : “Wajahmu ini mungkin harus beberapa hari baru bisa hilang bengkaknya.”

Miranda tertawa, “Tidak apa-apa.”

Dia sudah diselamatkan, luka luar seperti ini dia tidak peduli.

Perawat itu pergi setelah mengobrol sebentar, Miranda bersandar ke ranjang, tangan memeluk gelas, sudut bibirnya tersungging ke atas.

Dia teringat semalam ketika dia putus asa, kak Alberto mendobrak pintu dan masuk, seperti pangeran berbaju baja yang menyelamatkan puteri.

Kalau bukan ketahuan oleh kak Alberto, mungkin sekarang media berita sudah heboh, yang mengatakan nyonya muda keluarga Ji berhubungan gelap dengan selingkuhan di toilet hotel.

Syukur, sangat bersyukur sekali.

Tunggu nanti kak Alberto datang, harus baik-baik berterima kasih dengannya.

Mungkin karena perkataan hatinya, pria yang sedang ia pikirkan datang saat itu juga.

Alberto masuk ke kamar pasien, Miranda langsung tersenyum lebar melihatnya, tapi saat melihat ibu mertuanya, Joyce dan Bernando mengikuti di belakang, seketika senyumannya berkurang.

Joyce datang ke samping ranjang, saat melihat luka di wajahnya, ia mengerutkan dahi dan menyalahkan dengan agak tidak senang : “Kenapa kamu selalu menimbulkan masalah? Apakah tidak bisa tenang dan diam saja? Ini kalau mempermalukan keluarga Ji, aku tidak akan memaafkan kamu.”

Ibu mertuanya yang langsung menyalahkan ketika datang, membuat dalam hati Miranda tidak enak.

Sesuatu yang buruk hampir terjadi dengannya, tapi ibu mertua hanya mempedulikan reputasi keluarga Ji, sama sekali tidak mempedulikan hidup matinya dia.

Meskipun tahu ibu mertuanya memang orang seperti itu, Miranda tetap merasa tidak enak.

Untungnya walaupun ibu mertua tidak perhatian, masih ada yang perhatian dengannya, yang sedikit banyak menghibur hatinya yang terluka.

Bernando mengenggam tangannya dan berkata dengan cemas : “Miranda sayang, bagaimana dengan wajahmu? Sakit tidak?”

Miranda tersenyum kecil, “Aku tidak apa-apa. Bernando tidak perlu khawatir.”

Tatapan mata Alberto yang melihat dia menatap bernando dengan lembut menjadi agak suram, sekilas dalam hatinya timbul perasaan yang aneh.

……

Setelah menginap satu malam di rumah sakit, besoknya Miranda masuk bekerja ke kantor.

Melihat dia datang dengan wajah bengkak, para karyawannya menunjukkan ekspresi terkejut, satu per satu bertanya apa yang terjadi dengannya.

Dengan tersenyum dia menjawab tidak apa-apa, menyuruh mereka tidak perlu khawatir.

Sejak kejadian Lili sebelumnya, sikap karyawan terhadap dia sudah membaik, kalau dulu mungkin semuanya akan diam-diam menertawakan ketika melihat dia seperti sekarang.

Miranda ingin mencari tahu masalah yang menimpanya dua malam yang lalu, jadi saat istirahat siang, dia datang ke divisi pusat perusahaan mencari Alberto, ingin menanyakan informasi terbaru dari masalah ini.

Diberi obat, serta hampir dinodai, tentu saja dalam hati Miranda marah, jadi dia inisiatif memberitahu Alberto soal malam itu.

“Waktu itu aku di samping kamu, kemudian ada pelayan yang datang membawakan bir, katanya ada orang yang memberinya ke aku.”

Mendengar itu, Alberto mengernyitkan dahi, “Lalu kamu langsung meminumnya?”

Terhadap pertanyaannya, Miranda menjadi tidak enak hati, anak kecil saja tahu tidak boleh sembarang memakan makanan yang diberi orang asing, tapi dia malah melakukan kesalahan yang begitu kecil ini.

Dia mengangguk, “Hm, aku melihat warna birnya cantik, jadi langsung kuminum.”

Alberto dari marah menjadi tertawa, serta mengatainya : “Karena warnanya cantik langsung di minum, apakah kamu punya otak?”

Miranda menggigit bibir, tidak berani bersuara.

Saat itu dia benar-benar linglung, malah meminum bir itu, mungkin karena memang sudah tidak sedikit ia minum, jadi dirinya menjadi bodoh.

Tapi……hal ini sudah terjadi di dirinya, apakah tidak seharusnya dia menghiburnya? Kenapa malah memarahinya tidak punya otak?

Berpikir sampai di sini, Miranda merasa tidak terima.

Dia tatap Alberto dengan tidak puas, melihat dia demikian, Alberto mengangkat alis, menyadari dirinya agak keterlaluan, ia pun berdehem pelan dan berkata : “Lain kali siapa pun yang memberi kamu sesuatu, tidak boleh sembarangan dimakan.”

“Hm……yang diberi sama kamu juga tidak boleh?”

Sekali pertanyaannya ini dilontarkan, Alberto langsung membalas dengan tatapan melirik, Miranda pun memonyongkan bibir dan berkata dengan patuh : “Baik, aku mengerti.”

“Sekarang sudah tahu pelayan yang membawakan bir untukmu, aku akan menyuruh asisten untuk melacaknya dari petunjuk ini, sebentar saja sudah bisa tahu siapa yang menaruh obat.”

“Hm.” Miranda mengangguk, kemampuan Alberto menyelesaikan masalah tidak perlu diragukan lagi, dia mempercayainya.

Setelah selesai membicarakan hal utama, Miranda hendak pergi, tapi saat membalikkan badan, dia baru teringat dengan keadaan perusahaan Wen saat ini, dana saham mereka sudah putus, kemungkinan besar sebentar lagi sudah akan bangkrut.

Bagaimana pun juga adalah ayahnya sendiri, walaupun tidak berperasaan, tapi itu juga karena telah dicuci otak oleh Yenny, apalagi ibunya juga banyak berjerih payah untuk perusahaan ini, dia tidak boleh melihat perusahaan kembali ke nol begitu saja.

Oleh karena itu, dia pun membalikkan badan lagi menatap Alberto, setelah menyusun kata-kata dalam hati, “Kakak pertama, perusahaan Wen……apakah kamu bisa membantu?”

Pandangan Alberto terpaku ke dirinya, di matanya tampak eskpresi yang tidak ia ketahui dengan jelas, dengan datar Alberto menjawab : “Aku punya rencanaku sendiri.”

Karena Alberto sudah bicara seperti ini, Miranda pun tidak enak untuk banyak bicara lagi.

Usai Miranda pergi, Alberto langsung memanggil asisten ke ruangannya, lalu secara singkat memberitahu asisten apa yang diberitahu Miranda kepadanya, serta menyuruhnya mencari dan menanyakan masalah ini ke pelayan tersebut.

Tidak sampai setengah jam, hasil pemeriksaannya sudah keluar.

“Pelayan itu bilang yang menyuruhnya mengantar bir ke nyonya muda adalah seorang wanita. Kemudian dari rekaman CCTV, ternyata wanita itu adalah adik tiri nyonya muda, Sisca Wen.”

Mendengar itu, tatapan mata Alberto menyuram, lagi-lagi Sisca itu.

“Direktur, sekarang mau bagaimana?”

Alberto tidak langsung menjawabnya, melainkan mengungkit soal pemutusan sumber dana saham keluarga Wen.

“Keadaan perusahaan keluarga Wen tidak bagus, jadi Melvin sangat panik, mungkin akan mencari bantuan dari nyonya muda.” Asisten menganalisis.

Alberto memicingkan mata, kemudian menyunggingkan senyuman dingin, “Itu soal Sisca kuserahkan ke kamu. Kecil-kecil sudah begitu licik dan jahat, kamu tahu harus bagaimana bukan?”

Asisten mengangguk : “Aku tahu.”

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu