Eternal Love - Bab 387 Membawanya pulang untuk untuk dikuburkan dengan damai

Sudah dua hari Miranda Wen “meninggal”, di luar rumah Keluarga Ji masih ada saja para wartawan yang menunggu di sana untuk mengamati keadaan Keluarga Ji, tapi dibawah pengawasan mereka yang begitu ketat, Keluarga Ji masih tetap seperti biasa.

Namun kenyataannya tidaklah demikian, di keluarga Ji, dalam kamar Alberto Ji penuh dengan hawa kesedihan.

Alberto Ji yang sekarang tidak bersemangat seperti biasanya, dia bersandar ke ranjang dengan mati rasa, sepasang mata yang merah tidak pernah lepas dari kotak abu yang dipegang di tangannya, pakaian di tubuhnya tidak pernah diganti sejak pulang, dia yang sekarang tampak begitu malang.

Dan di luar pintu sana, Joyce Qin begitu sedih melihat putranya yang kehilangan semangat hidup, dilihatnya makanan di meja yang tidak disentuh, dengan menghela nafas ia datang ke meja membawa makanan tersebut ke arah Alberto Ji.

“Alberto, makanlah sesuap, orang yang meninggal tidak akan hidup lagi.” Sambil bicara, Joyce Qin duduk di tepi ranjang, ia mengambil sesendok dan menyodorkannya ke mulut Alberto Ji.

“Pergi!” Alberto Ji yang awalnya diam tiba-tiba membelalakkan mata, ditatapnya Joyce Qin dengan emosi dan membentak, serta langsung menghempas makanan yang dibawa Joyce Qin, makanan pun tumpah berantakan.

“Apakah ada artinya kamu seperti ini? Orangnya saja sudah meninggal, kamu masih ingin bagaimana?” Joyce Qin tidak menyangka respon Alberto Ji akan begitu kasar.

Dirinya dengan baik hati membawakan makanan masih digalakin, apakah ini masih anak yang dulu selalu penurut? Kenapa tiba-tiba seperti berubah menjadi orang lain, Miranda Wen ini punya kharisma seperti apa yang membuat anaknya sampai begitu terpikat?

Alberto Ji tidak menjawab ibunya, dia menoleh dan memeluk kotak abu itu lagi, bibirnya menyunggingkan senyum dan bergumam ke kotak abu yang dipeluknya.

“Miranda jangan takut, aku selalu ada di sini……”

“Kamu……” Joyce Qin emosi sampai tidak dapat berkata-kata, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala. Sejak Miranda Wen meninggal, anaknya membawa kotak abu tersebut pulang dan ingin meletakkannya ke altar leluhur Keluarga Ji, ini tentu saja ditolak oleh Keluarga Ji.

Joyce Qin adalah orang yang paling menentang, orang yang tidak ada hubungan sama sekali dengan Keluarga Ji diletakkan di altar leluhur, bukankah akan sangat memalukan Keluarga Ji? Dan berdasarkan perbuatan Miranda Wen waktu hidup, mau mengatakan apa pun juga Joyce Qin tidak akan setuju Alberto Ji berbuat seperti itu.

Jadi dia tidak akan membiarkan Miranda Wen ada hubungannya dengan Keluarga Ji, sekarang orangnya juga sudah meninggal, kalau bukan karena Alberto Ji memeluk kotak abu itu, dia sudah membuangnya dari awal.

“Aku mau mengubur Miranda, menguburnya di makam Keluarga Ji!” Ujar Alberto Ji saat Joyce Qin hendak pergi,

Joyce Qin menatap anaknya yang bersikukuh itu, langsung ia membentak : “Membiarkan orang luar menguasai makam keluarga kita, tidak akan mungkin!”

“Dia adalah orang yang aku sukai!” Kata Alberto Ji dengan lembut sambil mengusap kotak abu itu.

Tapi Joyce Qin tetap menentang, dengan tegas berkata : “Selama aku masih ada, jangan harap!”

“Baik kalau begitu!” Sambil menatap ibunya yang emosi, Alberto Ji bangkit berdiri dan langsung keluar dari rumah Keluarga Ji dengan sempoyongan dan menabraknya.

“Aku kubur sendiri!”

“Kamu……!” Melihat Alberto Ji yang langsung keluar begitu saja, Joyce Qin merasa hatinya semakin sesak, anak bodoh ini, kenapa begitu tidak pintar, sampai bersikap seperti ini kepadanya demi seorang wanita yang sudah meninggal.

Tidak tahu sejak kapan diluar sana mulai hujan deras, Alberto Ji keluar dengan diiringi tatapan terkejut dari pembantu. Di tengah hujan deras, dia memeluk kotak abu itu dengan erat, sambil tersenyum ia berkata : “Miranda, aku bawa kamu pulang sekarang juga.”

Ketika Alberto Ji mencari tempat untuk mengubur abu Miranda Wen, Elisha Yu sedang membawa Miranda Wen menjalani pemeriksaan di rumah sakit luar negeri.

Karena sebelumnya di dalam negeri Miranda Wen sering terluka, sampai akhirnya juga kecelakaan, meskipun sudah perlahan memulih, tapi Zayn Shen masih tidak tenang, dia mengingatkan Elisha Yu untuk harus membawa Miranda Wen pergi memeriksa lagi ke rumah sakit.

“Dokter, bagaimana keadaannya?” Elisha Yu bertanya ke dokter dengan tidak sabar, dia juga mencemaskan keadaaan Miranda Wen.

Dokter menyunggingkan senyum ke Elisha Yu yang cemas, dilihatnya laporan pemeriksaan di tangan dan berkata dengan perlan : “Tidak ada masalah apa-apa, hanya tubuhnya saja yang agak lemah, cukup baik-baik beristirahat dan memulihkan diri, tidak perlu secemas itu.”

Mendengar perkataan dokter, Elisha Yu barulah menghembuskan nafas lega dan berpamit ke dokter.

Keluar dari ruangan dokter, Elisha Yu melihat Miranda Wen yang baru kembali dari toilet, dia mendekat dan tersenyum sambil berkata :

“Dokter bilang kamu tidak apa-apa, hanya agak lemah saja, cukup baik-baik beristirahat.”

“Sudah kubilang tidak apa-apa, kalian masih memaksa untuk datang.” Miranda Wen masih termasuk paham dengan kesehatannya.

“Iya, tapi kalau sudah periksa baru kami bisa tenang. Dan lihat kaki mungil lengan mungilmu ini. Oh iya, kamu ingin makan apa? Aku bawa kamu pergi, harus baik-baik menambah nutrisi.” Melihat badan mungil dan kurusnya Miranda Wen, Elisha Yu agak prihatin.

Keduanya mengobrol sambil berjalan ke luar.

“Apa, mau membawa abu Miranda untuk dikubur, jangan harap sedikit pun!” Di saat Elisha Yu menemani Miranda Wen, dalam sebuah apartemen di negara mereka, Yenny Shen sedang duduk di sofa, merokok dan membentak ke Melvin Wen.

Ketika semakin emosi, Yenny Shen juga memperingati Melvin Wen, “Kuberitahu kamu, masalah anakmu itu adalah akibat ulahnya sendiri, kematiannya hanya bisa menyalahkan dia sendiri, kita tidak boleh ikut campur dalam masalah yang dia tinggalkan, mengerti tidak?”

“Tapi bagaimana pun juga Miranda adalah anakku, membawa dia pulang untuk dimakamkan……”

Melvin Wen memadamkan puntung rokoknya, dengan suara kecil ia mengatakan meskipun dirinya masih belum terlalu jelas penyebab kematian putrinya, tapi bagaimana pun juga adalah anaknya sendiri, bagaimana mungkin dia tidak sedih?

Tapi dia yang lemah tidak bisa menetapkan keputusan sepenuhnya, hanya bisa berbicara ke Yenny Shen dengan nada bicara berunding, Yenny Shen tidak menduga Melvin Wen bahkan berani membantah ucapannya, ia langsung meledak emosi dan mengomel : “Melvin Wen, kamu dengar baik-baik, kalau kamu berani ikut campur dalam masalah ini, aku tidak akan mengampunimu!”

“Kamu dengarkan aku……” Melvin Wen mengangkat kepala, dengan tatapan tulus ia memandang Yenny Shen yang emosi, wanita ini begitu emosian, tapi dirinya bisa bagaimana?

“Persetan! Apakah kita mampu menyinggung perasaan Keluarga Ji? Apakah kamu ingin kita hancur karena anakmu? Melvin Wen, sudah lama aku bersabar dengan kamu, kuberitahu kamu, kalau kamu berani banyak bicara lagi, kita langsung bercerai!”

Yenny Shen duduk di sofa dan melihat Melvin Wen masih ingin mengatakan apa.

Mendengar perkataan Yenny Shen, Melvin Wen langsung bungkam, hanya berpaling dengan diam, di saat yang bersamaan juga tidak tahu sejak kapan matanya sudah agak lembap.

Keluarga Ji memang tidak mampu mereka singgung, itu adalah keluarga yang begitu besar, Keluarga Ji tidak mempedulikan anaknya, dan Yenny Shen juga bermaksud seperti itu, sehingga dia juga tidak dapat melakukan apa-apa. Sekarang hanya berharap anak Keluarga Ji itu bisa mengurus semuanya dengan baik.

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu