Eternal Love - Bab 404 Sangat Merindukanmu

Pagi-pagi ini, Alberto Ji naik pesawat menuju Paris.

Saat ini, Alberto Ji mengenakan kemeja hitam. Rambut yang biasanya disisir ke atas, diturunkan demi membuatnya terlihat lebih muda. Tapi kantong mata yang hitam dan dalam itu, tanpa sadar membuat orang merasa kasihan. Itu sudah berapa lama tidak tidur, baru bisa mempunyai kantong mata separah itu.

Alberto Ji duduk di kursi kelas pertama, melihat awan yang perlahan-lahan melewatinya, tanpa sadar teringat pada wanita di hatinya itu. Wanita yang selalu dia rindukan siang dan malam, dan sudah melekat pada tulangnya itu, "Sebenarnya dimana kamu? Apakah kamu baik-baik saja?"

Alberto Ji berkata kecil, dan air matanya mengalir turun, melalui wajahnya yang tampan, satu tetes demi satu tetes.

"Apakah kamu tahu, dalam dua tahun kamu pergi, aku sangat merindukanmu. Sedangkan kamu, apakah sama sepertiku, merindukanku juga? Miranda, sebenarnya dimana kamu. Apakah kamu tahu aku sedang menunggumu?" Alberto Ji sekali lagi menggumam kecil dengan sedih.

Alberto Ji seperti masuk dalam perangkap, tidak bisa membebaskan diri. Setelah mendengar suara pesawat mendarat, Alberto Ji baru keluar dari kesedihan dan kerinduan, membereskan perasaan hatinya. Dia yang saat ini, adalah orang sukses yang bersinar, sudah tidak terlihat kesedihan apapun.

Begitu Alberto Ji turun dari pesawat, dia langsung melihat orang yang menunggu di jalan premier access.

"Selama ada fashion week, jangan cari aku meski ada masalah apapun." Alberto Ji berkata dengan dingin, memutuskan perkataan orang yang ingin menyapanya, langsung berjalan keluar dari bandara, tidak berhenti selangkah pun.

"Baik, kami tahu." setelah itu, orang-orang segera mengikuti langkah kaki Alberto Ji, meninggalkan bandara.

Malam hari di Paris sangat indah. Terlebih lagi melihat cahaya warna-warni di kejauhan, mobil-mobil yang berlalu lalang, berdiri di puncak Menara Eiffel, melihat ke bawah, pemandangan yang begitu cantik, tapi malah kurang orang yang dia cintai itu...

Sedangkan wanita yang mengenakan dress putih dan sedang berdiri di Menara Eiffel itu, memiliki wajah cantik, namun wajahnya malah tidak ada senyuman. Angin bertiup kecil, dress putih Miranda Wen bergerak, membentuk lingkaran-lingkaraan indah di samping kakinya. Dia yang saat ini, seperti masuk dalam lamunan. Miranda Wen seperti melihat tubuh Alberto Ji. Orang yang selalu berada di benaknya itu.

"Jelas-jelas sudah dua tahun. Kenapa aku masih tidak bisa melupakan, kenapa masih akan teringat padamu. Alberto, apakah kamu baik-baik saja?" mata Miranda Wen tanpa sadar berkaca-kaca. Matanya terasa berair. Ketika Miranda Wen melepaskan rambut yang menempel di wajahnya, tangannya terasa basah.

"Ternyata, aku masih bisa menangis untukmu. Bagaimana denganmu? Alberto, kamu yang memikirkanku, adalah adegan seperti apa." Miranda Wen menundukkan kepala dan menyindir dirinya sendiri.

"Tring, tring, tring." ponsel Miranda Wen berdering. Telepon dari Christian Xia. Miranda Wen menenangkan perasaannya, baru mendengar tombol terima.

"Halo, Christian." Miranda Wen berkata lembut.

"Miranda, sudah semalam ini, kenapa kamu masih belum pulang. Kamu seorang perempuan yang begitu cantik, tidak aman berada di luar." Christian Xia berkata dengan panik.

"Iya, aku segera pulang." Miranda Wen menerima telepon sambil berjalan keluar.

Sedangkan di tempat dia berdiri tadi. Seorang pria baru saja pergi ke sana, pria itu bukan orang lain, melainkan Alberto Ji yang hari ini baru sampai di Paris. Alberto Ji berdiri di tempat yang sama dengan Miranda Wen, melihat pemandangan yang sama, juga dengan perasaan yang sama...

Kalau sekarang Miranda Wen bisa kembali, Alberto Ji bisa datang lebih cepat satu menit saja, apakah mereka akan saling melewatkan satu sama lain? Jawabannya tidak bisa diketahui. Karena tidak ada perandaian, kalau terlewat, ya sudah terlewat.

Keesokan paginya, Miranda Wen bangun pagi-pagi sekali. Mengenakan dress tanpa lengan warna biru dan menggerai rambutnya. Orang yang awalnya sudah sangat cantik, ditambah berdandan lagi, jadi semakin terlihat mempesona.

Pagi hari jam 10, Miranda Wen membawa tiket masuk yang Christian Xia siapkan untuknya, menunggu masuk ke dalam.

Miranda Wen menunggu dengan perasaan senang. Datang melihat fashion show di Paris selalu merupakan mimpinya. Kalau mimpi ini menjadi kenyataan, bagaimana mungkin tidak senang?

Sedangkan Alberto Ji di saat ini, juga mengendarai mobil, masuk ke parkiran. Miranda Wen sekarang baru saja masuk ke dalam, sedangkan Alberto Ji baru turun dari mobil. Alberto Ji yang mengenakan pakaian santai berwarna biru, terlihat lebih mudah didekati dari biasanya, juga memancarkan kharisma santai.

Di saat Alberto Ji bersiap masuk ke dalam ruangan, dia mendapat telepon dari asistennya.

"Bukankah aku sudah bilang, jangan telepon aku di jam segini? Apa kamu tidak mengerti?" Alberto Ji teriak dengan marah. Seperti di detik berikutnya, ingin membunuh orang di ujung sambungan.

"CEO Ji, kita ingin menghubungi Tuan Lee yang saat ini sedang ada di Paris, selain itu dia juga sangat tertarik pada perusahaan kami. Jadi..." asisten, tidak lanjut berkata. Karena sisanya, asisten tahu meski dia tidak selesai berkata, Alberto Ji juga akan mengerti.

"Baik, aku tahu." Alberto Ji memberontak dalam hati. Terakhir tetap merasa, pergi bertemu klien dulu. Fashion show masih ada beberapa ronde lagi. Alberto Ji hanya bisa naik ke atas mobil. Sebelum pergi, dia melihat sekilas lagi ke arah pintu masuk fashion show, lalu menoleh dan pergi.

Sedangkan di dalam ruangan, fashion show sudah mulai.

Miranda Wen duduk di tengah, melihat fashion show yang membuat mata orang pusing. Satu per satu model, satu per satu pakaian yang anggun dan mahal, satu per satu ditampilkan. Miranda Wen sudah dibuat tertarik pada fashion show, merasa sudah dibuat cinta mati pada fashion show ini, juga bersamaan mengerti, kenapa banyak orang yang bersedia datang jauh-jauh ke sini, hanya demi melihat satu ronde fashion show.

Bersamaan Miranda Wen juga semakin berterima kasih pada Christian Xia. Kalau bukan karena Christian Xia yang memberikan tiket fashion week padanya, dia juga tidak akan mempunyai kesempatan seperti ini. Setelah pulang dia harus memberikan satu pelukan besar kepada Christian Xia.

Tapi ini adalah perkataan kemudian hari. Apakah Miranda Wen benar-benar memeluk Christian Xia atau tidak, sekarang masih belum bisa diketahui.

Sedangkan Alberto Ji sekarang mulai bertemu dengan Tuan Lee.

Satu jam kemudian, Alberto Ji selesai membahas kontrak, berpisah dengan Tuan lee, dan langsung pergi ke tempat fashion show. Jelas-jelas bisa sampai, tapi siapa yang tahu, di jalanan sedang macet parah, dan mengurangi 30 menit.

Di saat Alberto Ji sedang berada dalam kemacetan, fashion show sudah selesai. Setelah bubar, Miranda Wen pergi ke supermarket, bersiap pulang dan menjamu makanan yang enak untuk Christian Xia.

Setelah Alberto Ji sampai di sana, fashion show sudah selesai. Melihat fashion show yang sudah bubar, tidak tahu kenapa, Alberto Ji selalu merasa familiar. Seperti dia telah melewatkan sesuatu. Tapi dia malah tidak tahu apa itu. Apakah itu hanya ilusinya saja?

Novel Terkait

Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu