Eternal Love - Bab 32 Hubungan Kalian Cukup Baik

Miranda Wen mendengarkan penjelasan Joyce Qin baik-baik, dan sesekali menganggukkan kepala, pada kenyataannya dia tidak mengingat banyak darinya.

Penjelasan tentang sejuta peraturan itu pun berlangsung selama hampir setengah hari, mendengarkannya seperti itu sungguh memusingkan, dalam hati dia berpikir bahwa untuk masuk ke dalam keluarga sebuah bangsawan tidaklah mudah.

Yang lainnya pun tidak perlu dikatakan, hanya peraturan-peraturan itu saja, jika semuanya ditulis di kertas kira-kira akan menggunakan paling tidak 10 lembar, apakah orang pada umumnya bisa bertahan melaluinya?

Meskipun begitu, dia sudah terikat dengan pernikahan kepada keluarga ini, selain mengikuti peraturan nya, masih bisa apa lagi.

Miranda Wen yang berpikir sampai di sini, merasa sedikit rasa masam di hatinya.

"Aku mengatakan begitu banyak hal kepadamu, ini untuk membuatmu tahu, Keluarga Ji merupakan sebuah keluarga yang memiiki martabat, tidak sembarangan orang boleh masuk, karena kamu sudah menikah ke sini, setelah ini setiap perkataan dan perbuatanmu itu membawa nama keluarga Ji, tidak peduli di saat apa pun kamu harus bisa menjaga martabat keluarga Ji dan juga martabat suamimu."

Setelah itu, Joyce Qin melirik ke arahnya dan bertanya, "Kamu mengerti?"

Berdasarkan gagasan menjadi pahlawan tidak merugikan, Miranda Wen pun mengangguk, "Mengerti, saya akan mengingat baik-baik perkataan Ibu."

Joyce Qin melihatnya yang begitu menurut, barulah akhirnya menganggukkan kepala dengan puas.

Dua hari setelah itu, karena kaki Miranda Wen yang terluka, maka sebagian besar waktu dia habiskan di kamarnya sendiri, Joyce Qin sendiri juga tidak terlalu meyusahkannya. Hanya saja selama periode itu, dia membuat beberapa kesalahan kecil yang tidak berbahaya dan elegan, dan dia selalu harus dilatih oleh pihak lain.

Dalam sekejap mata sudah sampailah hari ketiga, dan juga merupakan hari dimana dia kembali.

Hari ini Miranda Wen bangun pagi-pagi buta, berbicara sebenarnya dia sedikit pun tidak ingin kembali, meskipun peraturan di rumah keluarga Ji lebih banyak sedikit, tapi 100 kali lebih baik daripada di rumah keluarga Wen.

Hanya memikirkan nanti dia akan bertatap muka dengan wajah-wajah menyebalkan para penghuni keluarga Wen, dia merasa muak, seharian penuh dia merasa suasana hatinya sungguh buruk.

Pagi-pagi seklau Joyce Qin sudah sibuk menyuruh pengurus rumah untuk mempersiapkan hari kembali, Miranda Wen menyapukan pandangan berkeliling, semuanya merupakan barang-barang mewah, harga barang itu pun luar biasa.

Nafasnya tercekat, ternyata sungguh sebuah keluarga bangsawan, begitu mengeluarkan sesuatu addalah suatu hal yang besar sekaligus, tidak bisa dibandingkan dengan rumah tangga rumah tangga kecil pada umumnya.

Sampai pada saat ini, Alberto baru saja turun, seluruh tubuhnya dibalut dengan setelan jas man-made berwarna hitam, menambah pesona berwibawanya, dan memperjelas kemewahannya, dia terlihat seperti bersiap untuk keluar.

"Alberto, bagus sekali kamu datang, nanti temanilah Bernando dan Miranda untuk pergi ke rumah keluarga Wen, Bernando suka bermain, dia pergi bersama dengan Miranda membuatku tidak tenang, jika terjadi insiden apa pun itu akan menjadi kacau." Joyce Qin memerintah.

Tanpa menunggu jawaban Alberto Ji, Miranda Wen dengan cepat menyahut, "Bu, aku sendiri bisa merawat Bernando, kakak begitu sibuk, ini akan sangat merepotkannya."

Beberapa hari ini, Alberto Ji setiap hati begitu sibuk keluar pagi dan pulang malam, dia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, mengingat dulu dia memberikan begitu banyak kerepotan kepada Alberto Ji, Miranda Wen sebenarnya sungkan untuk kembali merepotkannya.

Mendengarnya, Alberto Ji menatapnya dengan datar, "Tidak apa-apa, aku temani kalian pergi."

Tidak tahu mengapa, Alberto Ji tidak begitu menyukai keseganannya kepada dirinya, muncul sebuah rasa seperti rasa tersinggung di hatinya.

Melihat Alberto Ji menyetujuinya, Miranda Wen tampak agak tidak berdaya, tapi juga merasa tidak enak untuk menolaknya, setelah selesai sarapan, mereka bertiga pun keluar.

Sesampainya di rumah keluarga Wen, Melvin Wen sudah menunggu di depan pintu, begitu melihat mobil itu berhenti, beberapa orang dengan wajah riang pun bergegas untuk menyambut mereka.

"Bernando, Miranda, senang sekali kalian sudah kembali!" Melvin Wen tersenyum, dan saat melihat Alberto Ji juga ada di situ, matanya berkilat, "Tidak disangka ternyata Presdir Ji juga hadir, mari silahkan duduk di dalam!"

Selanjutnya, mulutnya pun tak berhenti memuji, "Presdir Ji sungguh sangat menyayangi saudaranya, di tengah kesibukannya pun masih menyempatkan diri untuk menemani Bernando dan Miranda pulang......"

"Iya, Miranda kami pasti sudah memberikan begitu banyak kerepotan kepadamu, jika kelakuannya ada yang tidak baik, mohon Presdir Ji bisa memahaminya." Yenny Shen menambahkan di sampingnya.

Mendengar celoteh dua orang di sebelahnya, Alberto Ji hanya mengerutkan dahi sedikit, tanpa begitu meghiraukan mereka, saat mendapat pertanyaan pun, juga hanya dijawabnya dengan singkat dan datar.

Dan Miranda Wen yang menyaksikannya hanya bisa tertawa dingin dalam hatinya.

Beberapa hari tak bertemu, keterampilan keluarga ini sungguh meningkat dengan baik.

Melihat perlakuan orang-orang ini, Miranda Wen hanya bisa merasakan kemuakan yang tidak bisa ia utarakan.

Tidak seperti Melvin Wen dan istrinya yang terus berceloteh, Sisca Wen yang ada di situ hanya diam tanpa suara dari awal hingga akhir, kedua matanya tak berhenti menatap ke arah Miranda Wen, hatinya penuh dengan kebencian.

Melihat merk yang dikenakan oleh Miranda Wen, dan penampilannya yang mewah, dia terlihat seperti seorang nyonya muda keluarga bangsawan, berbeda sekali dengan dia yang dulu saat berada di keluarga Wen.

Sisca Wen pun teringat saat hari pernikahan di mana dia diusir oleh keluarga Ji, kebencian di hatinya terhadap Miranda Wen pun semakin membawa.

Hm, bukankah hanya seorang idiot, cepat atau lambat dia akan menginjak-injak Miranda Wen ke tanah, tidak akan membiarkannya bangkit lagi!

Setelah masuk, Melvin Wen pun segera memanggil par apelayan, "Cepat sajikan makanan dari dapur, lalu suruhlah seseorang untuk mengambilkan alkohol kesayangan ku ke sini, Presdir Ji akan tinggal sementara untuk minum beberapa gelas."

Kemudian dia pun menatap ke arah Bernando Ji yang baru saja masuk dan menatap semua sudut ruangan dengan heran, lalu bertanya, "Bernando, kamu suka makan apa?"

Bernando Ji mencomot sebuah dimsum yang sedang disiapkan oleh pelayan dengan gembira, dan makan hingga belepotan, mulutnya mengunyah dengan cepat, dia bahkan tidak melirik ke arah Melvin Wen sedikit pun.

Setelah tidak mendapatkan jawaban dalam waktu yang cukup lama, Melvin Wen pun merasa malu, meskipun di wajahnya terpampang sebuah senyuman, tapi hatinya memaki Bernando Ji yang tidak tahu sopan santun, dan hanyalah seorang idiot.

Miranda Wen melihat kebencian yang tersirat dari Melvin Wen, hatinya muram, kemudian dia melihat mulut Bernando Ji yang kotor, dan mengeluarkan sehelai sapu tangan dan mengusapnya, sambil mengingatkannya dengan lembut, "Bernando, makanlah pelan-pelan, hati-hati tersedak."

Ekspresi sarkasme muncul sesaat di mata Sisca Wen, kemudian dia tersenyum, "Hubungan kakak dan kakak ipar terlihat cukup bagus, melihatnya saja membuat orang menjadi iri."

Mendengar perkataannya, semua mata orang pun tertuju ke arah Miranda Wen.

Melvin Wen tertawa terbahak-bahak, "Tampaknya anak perempuan dewasa memang harus menikah pada waktunya, bukan untuk tinggal di rumah untuk waktu yang lama!"

"Miranda, melihat hubungan kalian berdua begitu baik itu sangatlah bagus, aku dan ayahmu pun tenang, nantinya kamu juga harus baik-baik kepada Bernando." Yenny Shen ikut tersenyum pula.

Mendegar kata-kata ini, Miranda Wen merasa sangatlah muak.

Anak perempuan memang dewasa harus menikah pada waktunya apanya, saat itu merekalah juga yang memaksanya untuk menikah dengan keluarga Ji, keluarga ini penuh dengan sandiwara, seorang tidak memberi kepada yang lain piala untuk bersandiwara sungguh sesuatu yang sangat disayangkan!

Miranda Wen malaas untuk menanggapi orang-orang ini, dia menengok dan berkata kepada Alberto Ji, "Kak, aku akan naik dan membereskan beberapa benda untuk dibawa pulang nanti."

Alberto JI menganggukkan kepala, menyetujuinya.

"Miranda sayang, tunggu aku, aku juga mau ikut....." Bernando Ji yang melihat Miranda pergi, segera meletakkan makanan kecilnya, dan mengikuti Miranda Wen seperti anak ayam.

Melihat bayangan itu, sebuah sinar aneh mengkilat di mata Sisca Wen, dia pun tersenyum dan berkata, "Ayah, Ibu, aku akan naik dan melihat apakah kakak butuh bantuan."

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu