Eternal Love - Bab 480 Harus Bagaimana Terhadapmu

Setelah selesai makan, waktu sudah hampir jam 9 malam. Miranda Wen berjalan keluar dari restoran, angin dingin langsung menerpa, tanpa bisa ditahan melihat jam tangan. Sekarang kembali ke perusahaan seharusnya masih bisa melihat dokumen sebentar.

Melihat gerakan Miranda Wen, Alberto Ji langsung menghalangi di hadapan Miranda Wen dan berkata dengan wajah serius, "Sekarang sudah jam berapa. Jangan ke perusahaan lagi. Aku bawa kamu pergi ke satu tempat saja."

Mata penantian Alberto Ji terlalu mencolok, seketika membuat Miranda Wen tersentak di tempat. Dia menengadahkan kepala melihat Alberto Ji lalu menganggukan kepala, "Tempat apa?"

Alberto Ji tidak panik bicara, hanya tersenyum misterius dan berkata, "Nanti kamu juga akan tahu."

Tidak tahu karena alasan apa, Miranda Wen langsung melupakan gerakan tubuhnya, ditarik pergi begitu saja oleh Alberto Ji. Setelah Alberto Ji sekali lagi menghentikan mobil dan turun dari mobil, Miranda Wen seketika dibuat terkejut oleh pemandangan di hadapannya.

Mereka berdua berdiri di tempat paling tinggi di satu kota, menunduk ke bawah melihat pemandangan di bawah. Miranda Wen sedikit kehabisan kata-kata. Pertama kali dia melihat pemandangan malam seindah ini dan tanpa sadar menghela napas kecil.

Melihat Miranda Wen seperti ini, Alberto Ji tersenyum kecil, lalu berkata dengan suara rendah dan menggoda, "Tempat ini sangat indah bukan."

Miranda Wen segera menolehkan kepala. Wajah yang cantik itu tersenyum, "Iya, pemandangan tempat ini benar-benar sangat cantik."

Setelah selesai berkata, Miranda Wen berdiri di paling samping, merasakan angin yang bertiup dari kejauhan, hatinya juga dipenuhi sampai penuh.

Tiba-tiba Alberto Ji seperti teringat sesuatu, dia berjalan cepat ke samping Miranda wen, mengulurkan tangan, menariknya ke samping lalu berjalan di sehamparan rumput, mendorong Miranda Wen ke atas tanah.

Miranda Wen dibuat terkejut oleh tindakan Alberto Ji mendadak ini. Dia tanpa bisa ditahan teriak terkejut, "Ah, apa yang kamu lakukan."

Alberto Ji seperti melihat kebingungannya dan menunjuk ke langit, "Jangan bicara lagi, lihat."

Mendengar perkataan Alberto Ji, Miranda Wen juga ikut melihat ke arah tunjuk Alberto Ji, seketika dibuat terkejut oleh pemandangan di depan ini. Awalnya dia yang bersiap mengatakan sesuatu, seketika dibuat kehabisan kata-kata.

Di malam musim panas, bintang-bintang memenuhi langit. Melihat bintang-bintang yang berkerlap-kerlip ini, Miranda Wen tanpa sadar tersentak di tempat, "Wah, malam musim panas yang sangat indah."

Melihat wajah cantik Miranda Wen dari samping, Alberto Ji tanpa bisa ditahan terpesona, "Dengar-dengar, setiap bintang di malam gelap dan juga bulan yang bersinar, semuanya untuk menyinari jalan orang yang pulang di malam gelap."

Suara Alberto Ji masuk ke telinga Miranda Wen, dia tanpa sadar menoleh ke arah Alberto Ji dan matanya penuh keraguan, "Benarkah?"

"Iya..." kalau begitu jalan pulangmu, apakah boleh aku yang menyinarinya.....

Belum selesai berkata, tiba-tiba satu bintang jatuh, seketika membuat Miranda Wen senang. Dia memegang lengan Alberto Ji dengan senang, "Wah, cepat lihat. Ada bintang jatuh, cepat, cepat, doa permohonan."

Alberto Ji menghela napas dengan sedikit tidak berdaya,

melihat wajah samping Miranda Wen yang cantik, hatinya terasa sangat. Ya sudah, bagus juga seperti ini. Dapat melihat Miranda Wen, mungkin bagi Alberto Ji, juga sudah sangat bahagia.

Merasakan tatapan hangat dari belakang, Miranda Wen menolehkan kepala, melihat Alberto Ji dan nada bicaranya penuh kebingungan, "Kenapa kamu melihatku? Kenapa tidak membuat permohonan."

"Aku... Kamu membuat permohonan apa."

"Ini... Tidak mau aku beritahu." setelah Miranda Wen berkata sambil tersenyum ceria, dia berbaring di atas rumput dan diam-diam menutup mata. Kehidupan tenang seperti ini, sudah sangat lama tidak dia rasakan. Hari ini dia ingin merasakan baik-baik.

Selanjutnya, mereka berdua tidak ada yang bicara. Alberto Ji juga ikut berbaring di samping Miranda Wen. Angin bertiup pelan, udara juga penuh perasaan hangat.

Juga tidak tahu lewat berapa lama, Alberto Ji mengangkat jam tangan untuk melihat jam, sudah hampir jam 11:30. Alberto Ji menoleh melihat Miranda Wen yang ada di samping dan berkata pelan, "Miranda, bukankah kita sudah harus pergi."

Tidak terdengar suara Miranda Wen, yang menjawab Alberto Ji hanya keheningan saja.

Mendengar napas teratur orang di samping, Alberto Ji duduk, baru menyadari Miranda Wen sudah tertidur tadi. Alberto Ji menghela napas dengan sedikit tidak berdaya, "Benar-benar lucu."

Alberto Ji melepaskan baju luarannya dan menutupi tubuh Miranda Wen, "Miranda, Miranda, kita sudah harus pergi..."

Alberto Ji berkata kecil di samping telinga Miranda Wen, seperti tidak ingin membangunkan Miranda Wen. Tapi mau Alberto Ji berkata apa pun, Miranda Wen tetap tidak bereaksi.

Alberto Ji menopang dahi. Sudahlah, sekarang sedingin ini, lebih baik dia menggendong Miranda Wen pulang saja. Tidak boleh sampai terkena flu di sini.

Berpikir akan hal ini, Alberto Ji mengulurkan tangan dan menggendong Miranda Wen. Miranda Wen merasakan suatu kehangatan, tubuhnya yang kecil semakin merapat ketika mendekati dada Alberto Ji.

Setelah Alberto Ji menggendong Miranda Wen masuk ke dalam mobil, dia segera membuka AC. Tapi sekarang ada masalah yang lebih besar. Dia tidak mempunyai kunci rumah Miranda Wen, bagaimana bisa pulang. Miranda Wen sekarang sedang tidur, dia juga tidak tega membangunkan perempuan ini.

Beberapa saat kemudian, Alberto Ji baru terpikir akan sesuatu. Langsung tidur di mobil saja, besok pagi baru pulang.

Memikirkan ini, Alberto Ji mengambil sebuah selimut kecil dari kursi belakang dan dengan hati-hati meletakannya di atas Miranda Wen, matanya penuh dengan kelembutan.

Juga tidak tahu apakah karena merasakan gerakan Alberto Ji, atau karena alasan lain, Miranda Wen malah bergerak kecil, "Hmph."

Tapi Miranda Wen membalikkan badan dan lanjut tidur nyenyak, seperti tidak ada yang terjadi.

Melihat ini, Alberto Ji tanpa sadar tertawa, "Kamu ya, aku harus bagaimana terhadapmu."

Sebenarnya hari ini Alberto Ji muncul di pintu perusahaan Miranda Wen, juga karena tahu Miranda Wen pergi dengan Yohan Jun, jadi langsung pergi ke sana, di pintu perusahaan menunggu Miranda Wen sepanjang sore.

Setiap tindakan Miranda Wen tanpa sadar mempengaruhi perasaan Alberto Ji, mampu membuatnya melakukan hal yang biasanya tidak dia lakukan. Mungkin seumur hidup ini, bagi Alberto Ji, orang yang mampu melawannya hanya Miranda Wen saja.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu