Eternal Love - Bab 341 Akibat Jika Menyinggungnya

Setelah Zayn terbangun, kedua orang telah tiba di Kantor Polisi. Pada waktu yang bersamaan, ketika pengakuan itu telah usai direkam, hari sudah sangat larut.

Kedua orang itu pun menyeret tubuh letih lesu mereka, kembali ke rumah masing-masing, lalu bersiap untuk pergi ke Kantor Polisi keesokan harinya.

Keesokan harinya

Jesline pun tersadar kembali, kepalanya terasa begitu berat, sekujur tubuhnya terasa begitu sakit, dia pun juga merasa sangat lapar. Ketika benar-benar kembali tersadar, dia baru mendapati bahwa dirinya telah diikat.

Bahkan matanya pun juga ditutup. Dia merasakan ada hawa dingin yang menyentuh sekujur tubuhnya, disertai dengan hembusan angin, seolah dia telah jatuh ke dalam rumah es.

Dalam benaknya, ada sebuah pikiran yang terlintas, "Habislah aku, sepertinya aku telah diculik ..."

Setelah mencoba mengingat kejadian tadi malam, Jesline pun teringat bahwa dirinya sedang bersandar di mobil dengan keadaan yang tidak nyaman. Kemudian tiba-tiba ada sesorang yang menghampirinya. Ketika dia ingin melawannya, dia melihat ada sepotong kain hitam yang menutupi hidung dan mulutnya. Lalu dalam sekejap dia kehilangan kesadarannya.

Dia pun mencoba meludahkan sesuatu benda yang menganjal mulutnya, "Hmm...Hmm..." Tapi bagaimanapun dia bersenandung, tetap tidak ada orang yang memperhatikannya.

Jesline merasa sungguh bingung. Sebelum jatuh pingsan, dia pasti telah dibius oleh mereka. Tapi mengapa sekarang, dia ditaruh di tempat yang tidak ada seorangpun di dalamnya? Jesline hanya dapat mendengar hembusan angin.

Kedua tangan Jesline terikat ke belakang. Sadar bahwa tidak ada siapapun di sekitarnya, dia pun mencoba sekuat tenaga melepaskan ikatan itu, tetapi tidak lepas juga. Sehingga pada akhirnya dia pun menyerah.

Tidak diketahui sudah berapa lama dirinya ditinggalkan di sana, Jesline hanya dapat merasakan hawa dingin serta perut lapar yang sungguh menyiksa dirinya.

"Di mana orang itu?"

Jesline tiba-tiba mendengar, ada suara orang berbicara, bahkan itu terdengar begitu akrab. Kemudian dia juga mendengar langkahan kaki yang tidak teratur, sepertinya ada banyak orang yang menghampirinya.

"Ah...Oh, dia dikurung di dalam. Kami telah memberikan obat bius kepadanya, diperkirakan dia akan kembali tersadar saat ini."

Lalu terdengar ada suara seorang preman.

Kemudian terdengar juga suara pintu yang terbuka.

"Yah, tidak buruk." Kiara mengenakan pakaian casual warna hitam, boots kulit hitam, dia menutupi wajahnya dengan masker. Tatapan iblis dimatanya itu menyapu seluruh ruangan kosong itu.

Secara sepintas Kiara melihat Jesline yang sebatang kara berada di sudut tembok, bajunya tampak sudah kusut dipenuhi dengan debu. Mata Kiara pun sedikit menyipit, lalu menunjukkan tatapan keji, "Jesline, bagaimana? Bukankah ruangan ini cukup bagus."

Jesline hanya dapat meringkuk ketakutan di sudut tembok, mendengar ada sekelompok orang yang satu demi satu datang menghampirinya. Lalu pada saat pintu itu terbuka, ada angin dingin yang menghembus, dalam sekejap jantungnya pun menjadi berdetak begitu cepat. Setelah pintu itu ditutup, dan hening dalam beberapa menit.

Tiba-tiba, terdengar suara seorang wanita yang terdengar manis tetapi juga ada kekejaman di dalamnya, dia sungguh mengenal suara itu.

"Ya..."

Bukankah semua ini karena ulahmu.

Mendengar suara wanita itu, dalam sekejap Jesline pun menjadi mengerti, dengan sekuat tenaga mencoba untuk melepaskan ikatan di tubuhnya.

“Ah... Kelihatannya memang bagus sekali, kamu bahkan masih bersemangat.” Kiara dengan nyaman duduk di atas kursi, lalu menatap Jesline di pojok ruangan, yang sedang panik mencoba melepaskan ikatan di tangannya. Dia seilah sedang melihat binatang yang lemah.

Hum! Jika bukan karena mereka, bagaimana bisa reputasinya menjadi hancur, lalu dirinya juga berada di tempat seperti ini. Apakah hari ini dia ingin dirinya merasakan akibat dari apa yang telah mereka lakukan?

Jesline tidak menyangka bahwa Kiara akan menjadi begitu gila, sampai-sampai mengikatnya seperti ini, "Ya..."

Apa yang sebenarnya ingin kamu lakukan dengan semua ini?

Jesline pun ingin berteriak padanya, tapi matanya ditutup, lalu mulutnya juga diganjal oleh sesuatu. Sehingga dia pun tidak bisa mengucapkan apapun.

Dia dengan cepat menenangkan dirinya, menyembunyikan ketakutannya.

Kiara tidak menyangka dia akan terlihat begitu tenang. Amarah di dalam hatinya pun semakin membara. Semua ini direncanakan untuk membalas dendam. Melihat bahwa Jesline tampak tidak peduli, dia pun menjadi sangat kesal, bahkan dia tampak seolah akan mengamuk.

“Hum! Apakah kamu tahu mengapa aku mengikatmu?” Kiara mencemooh, suaranya yang terdemgar sangat keji itu dipenuhi dengan amarah yang meluap-luap. Kiara pun melirik beberapa pria di sampingnya.

"Bukalah penutup matanya, tunjukkan apa yang akan dia hadapi hari ini."

Beberapa pria itu tampaknya sudah terlatih, mereka semua berpakaian serba hitam. Setelah mendengar perintah Kiara, merek berkata, "Baik." Salah satu pria diantaranya menghampiri Jesline.

Kain penutup yang ada di kepala Jesline telah dilepaskan, lalu benda yang mengganjal mulutnya itu juga telah disingkirkan. Di dalam ruangan gelap itu terdapat dua jendela kecil yang menampakkan cahaya terang, ini sungguh terlihat begitu menakutkan.

Ruangan itu dikunci, tampaknya ruangan ini seharusnya adalah gudang kosong yang telah ditinggalkan.

Melalui beberapa pancaran sinar matahari, Jesline menatap Kiara yang sedang duduk dengan nyaman di kursi, memandang dirinya dengan jijik. Lalu dia juga mendapati ada beberapa pria yang berdiri di sampingnya. Walaupun saat ini ikatan tangannya telah di lepas, namun Jesline tentu tidak dapat lari dari genggaman mereka.

"Sebenarnya, apa tujuanmu?" Jesline segera menunjukan sepasang mata yang dipenuhi dengan amarah. Tidak menyangka bahwa setelah beberapa waktu tidak bertemu dengannya, dirinya akan bertemunya lagi di tempat seperti itu.

Mendengar Jesline mengajukan pertanyaan kepada dirinya, Kiara pun dengan dingin mendengus, "Jesline, kamu ternyata masih memiliki wajah untuk bertanya apa yang ingin aku lakukan ya? Seharusnya kamu sudah mengetahuinya dengan jelas tentang semua yang telah aku lakukan ini. Jika saja kamu tidak bergandengan tangan dengan Christian, lalu membuat reputasiku menjadi hancur, aku pasti tidak akan melakukan hal seperti ini."

Kiara segera bangkit dari kursinya, mengambil cambuk dari tangan pria itu, segera menghampiri Jesline, dengan tatapan bengis memelotinya, lalu mengayunkan cambuk itu.

Dalam sekejap terdapat tanda merah di wajah Jesline. Dia pun berteriak kesakitan, menggigit bibir bawahnya dengan kuat, menatap Kiara dengan penuh amarah.

"Hum! Semua ini adalah salahmu. Kamu tidak bisa menyalahkan orang lain." Mendengar pernyataan yang tidak masuk akal itu, Jesline pun mengeluarkan cibiran.

Jesline menatap wanita di depannya yang tampak begitu berbeda layaknya orang asing. Jelas-jelas semua ini adalah ulahnya sendiri, dia tentu tidak bisa menyalahkan orang lain.

Kiara tidak menyangka, saat ini Jesline mengatakan bahwa seharusnya dirinyalah yang bertanggung jawab atas kesalahannya sendiri, "Jesline, Jesline, aku merasa kamu semakin hari semakin tidak menyukaimu..."

Usai berkata, Kiara pun kembali mencambuknya lagi dan lagi, sambil mengeluarkan hujatan di mulutnya. Mungkin bukan ide yang baik untuk menggunakan cambuk, sehingga Kiara pun menjatuhkan cambuk itu, lalu menendang Jesline dengan kakinya.

Kiara pun merasa puas melihat Jesline yang terbaring tak berdaya di atas lantai, dengan beberapa bekas luka yang tampak jelas di wajah mungilnya itu dan darah mengalir yang dari sudut mulutnya.

Kiara pun kembali duduk ke kursi lagi, "Bagaimana? Apakah kamu sudah mengerti? Inilah akibatnya jika kamu menyinggung perasaanku."

Dengan sekuat tenaga Jesline bangkit untuk duduk, "Kamu pun hanya memiliki kekuatan seperti ini. Memangnya kamu pikir kamu bisa melakukan apa lagi padaku!" Tdak mengangka bahwa wanita itu akan menjadi begitu kejam, Jesline pun menggertakkan giginya, berusaha menahan rasa sakit, dan mencoba untuk tidak menangis.

"Kamu memang tampak tangguh, tapi aku ingin melihat berapa lama kamu dapat bertahan." Kiara meliriknya tanpa ekspresi, dengan tenang merapikan bajunya yang berantakan.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu