Eternal Love - Bab 389 Tidak ada lagi yang dapat memasuki hatinya

Alberto Ji yang sudah melalui kesedihannya hanya tersisa membalas dendam di hati, dia harus menegakkan keadilan untuk Miranda Wen dan anaknya yang belum lahir. Dia harus mencari orang yang menabrak itu, harus membuat dia membayarnya, juga mencari kenyataan dari masalah itu, mencari dalang di baliknya, membalas dendam untuk Miranda Wen dan anaknya.

Jadi Alberto Ji memanfaatkan relasinya dan mengutus bawahannya untuk mencari tahu kemana-mana.

“Asalkan bisa ketemu pembunuh itu, pasti akan diberi hadiah uang sebesar-besarnya.” Banyak karyawan di perusahaan yang ikut. Semuanya juga berharap bisa segera mendapatkan pembunuh tersebut, agar Perusahaan Besar Ji dapat kembali seperti dulu, beberapa waktu ini sungguh tertekan sekali.

Atas usaha semua orang dan tidak berhentinya melacak, akhirnya mendapat sedikit petunjuk. Kelihatannya kecelakaan tersebut memang disengaja. Tapi siapa sebenarnya yang menyuruh orang tersebut berbuat demikian, tidak ada yang tahu, semuanya hanya bisa menunggu menemukan pembunuh itu baru bisa memutuskan.

Di saat sudah menemukan tempat tinggal pembunuh dan Alberto Ji hendak menangkapnya, pembunuh itu sudah dibunuh.

“Sudah mati?” Ketika Alberto Ji masuk, hanya tampak sebuah mayat dingin. Tampaknya kecelakaan itu benar-benar bukan kecelakaan biasa. Pasti ada sepasang mata yang selalu mengamatinya di belakang, kalau tidak, bagaimana bisa begitu tahu aksinya.

“Sebenarnya siapa yang begitu memahami dirinya?” Alberto Ji tidak berani meneruskan pikirannya, dia takut yang dipikirkan benar-benar menjadi kenyataan, jika demikian, bagaimana dia harus menghadapinya.

Termasuk bawahannya juga bisa menduga. Tapi tidak seorang pun berani mengatakannya, karena kemungkinan besar ini melibatkan Keluarga Ji. Semuanya menebak seperti itu bukannya tanpa dasar apa-apa. Dari awal Keluarga Ji memang begitu membenci Miranda Wen, ketika tahu dalam perutnya bahkan ada anak haram, pasti ingin sekali membunuh wanita ini dan anak haram di perutnya. Kalau saat itu bukan karena ada yang menghadang, mungkin Joyce Qin sudah benar-benar menyuruh orang melakukannya.

Kecurigaan seperti ini benar-benar sesuai dengan kemauan Violet Qin. Karena tidak ada seorang pun mencurigainya. Malah mencurigai ibu Ji, ada benteng yang begitu besar menahan di depannya, tentu saja tidak akan ada yang curiga dengannya.

Kalau ada yang menderita, maka ada yang gembira.

Intinya dengan matinya Miranda Wen, Violet Qin tidak punya saingan lagi, tidak ada lagi yang menghambat dia dan Alberto Ji, sisanya hanyalah masalah waktu. Asalkan dirinya berusaha, hati pria ini pasti pada akhirnya akan tergenggam di tangannya.

Tapi Violet Qin salah, pria yang dia cintai ini bukanlah orang yang mudah berpindah hati.

Perasaannya tidak memudar karena kematian Miranda Wen, malah dia semakin tidak bisa menarik diri dari cinta masa lalunya. Karena demikianlah, orang yang benar-benar bisa masuk ke dalam hatinya sangat sedikit. Dalam hatinya tidak menyisakan tempat sedikit pun untuk orang lain. Mungkin Miranda Wen saat itu hanya diluar dugaan, di seketika itulah ia menerobos masuk ke dalam hati Alberto Ji.

Pembunuh sudah mati, semua petunjuk terputus. Semakin sulit untuk mencari dalang di balik ini.

Meskipun dalam hati Alberto Ji serba salah, dia tidak berharap kenyataan seperti yang dia duga, tapi dia juga harus mencari dalang ini, kalau tidak , orang yang dia cintai dan anaknya tidak akan pergi dengan tenang.

Poin penting dari masalah ini adalah, sebenarnya perbuatan keluarganya sendiri atau bukan.

Setiap kali dia ingin mengatakan kecurigaannya ke Joyce Qin, dia selalu membantah diri sendiri dengan berbagai alasan, dia tidak tahu harus bagaimana menghadapinya, juga tidak tahu harus bagaimana bicaranya.

Hanya bisa memikirkan cara lain, mungkin suatu hari nanti kenyataan akan terkuak tanpa sengaja.

Violet Qin terus memperhatikan keadaan di belakang.

“Miranda Wen sudah meninggal, tidak ada lagi yang akan menghalangi jalanku, dengan demikian aku bisa mendekati Alberto Ji terang-terangan, sekarang hubungan kami adalah calon suami istri, asalkan aku lebih berusaha lagi, memperdalam perasaan kami, maka semuanya akan lancar ketika menikah nanti.”

Sehingga setiap kali ada waktu, Violet Qin selalu datang ke kediaman Keluarga Ji, sering mencari Alberto Ji dengan berbagai alasan, tapi setiap kali juga tidak bertemu orangnya, bayangan pun tidak ada.

Dia tahu ingin bertemu Alberto Ji di rumah Keluarga Ji adalah hal yang sangat sulit, karena dia jarang pulang ke rumah, jadi kemungkinan untuk bertemu kecil sekali.

Kalau pun dengan beruntungnya Violet Qin dapat bertemu Alberto Ji, Alberto Ji juga tidak menghiraukannya, menatapnya pun tidak ada. Semakin lama Violet Qin semakin merasa tidak ada harapan, usahanya sia-sia.

Violet Qin benci sekali dengan Miranda Wen, “Tidak disangka seorang wanita yang meninggal masih menguasai hatinya, sedangkan usahanya tidak dilihat Alberto Ji sedikit pun.”

Setiap kali dia mencari Joyce Qin, sebenarnya adalah untuk mencari kesempatan mengobrol berdua saja dengan Alberto Ji, namun hal paling sederhana seperti ini pun dia tidak bisa.

“Anak ini memang seperti ini, terlalu dimanjakan oleh kami, melakukan apa pun dengan semaunya. Jangankan kamu, kami saja sangat susah bisa melihat orangnya. Tidak apa-apa, pelan-pelan, semuanya akan membaik. Kamu adalah menantu yang kami pilih, jangan ada keraguan sedikit pun, tenang saja, kami mendukung kamu!” Setiap kali Joyce Qin selalu berbicara seperti itu untuk anaknya.

Justru memang karena dukungan dari ibu Ji, barulah Violet Qin tidak menyerah, serta di samping Alberto Ji tidak ada satu wanita pun, sekarang wanita yang dapat mendekatinya hanya dia sendiri, kalau dia saja tidak ada kesempatan, apalagi orang lain.

Tapi Alberto Ji tidak bekerja sama sedikit pun, tidak pernah memberinya kesempatan, ini membuat Violet Qin sangat kesal. Benar-benar tidak ada cara sedikit pun, sekali pun dia punya kemampuan untuk menyuruh orang membuntutinya juga tidak membantu.

Dan Alberto Ji saat ini masih sibuk melacak, kalau pun hanya harapan kecil, dia juga akan mencobanya. Dalam hati masih tidak mau percaya Miranda Wen sudah meninggal, Tuhan pasti tidak akan sesadis itu, demi harapan dalam hatinya yang begitu kecil itu, dia harus berusaha, tidak akan ada lagi yang dapat memasuki hati Alberto Ji seumur hidup ini.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu