Eternal Love - Bab 403 Tunangan Pengganti

Violet Qin yang berdiri di hall melihat punggung Alberto Ji menghilang begitu saja dari pandangannya. Dia ingin mengejar, tapi malah tidak bisa menggerakan kaki.

"Siapa orang ini? Tidak tahu malu sekali."

"Aduh, kamu tidak tahu kan. Dia adalah tunangan CEO kami."

"Tapi kenapa aku lihat CEO seperti tidak suka padanya."

"Karena dia hanya pengganti saja."

Karyawan wanita yang berada di sektiar mulai menggosip. Rasa iri wanita selalu mengerikan. CEO mereka begitu sempurna, wanita histeris di hadapan mereka ini mana mungkin layak untuk menjadi pasangan CEO sempurna mereka.

Violet Qin yang awalnya menyimpan amarah dalam hati, begitu mendengar sindiran para karyawan wanita itu, dia langsung meledak.

"Kalian apa-apaan? Ada hak apa mengataiku? Meskipun aku tidak disukai Alberto, tapi aku diakui oleh bibi dan paman, adalah tunangan yang sah. Kalian karyawan-karyawan kecil jangan iri lagi."

Setelah para karyawan wanita mendengar balasan Violet Qin, ekspresi wajah mereka kaku, lalu mulai melakukan pembalasan.

Saling membalas satu sama lain, siapapun tidak ada yang mengalah. Keadaan sangat kacau. Winsen Yan yang baru keluar dari lift langsung tersentak. Setelah melihat salah satu orang di sana adalah Violet Qin, dia segera berjalan ke sana.

Dia menghentikan mereka, menarik Violet Qin keluar. Menghadapi begitu banyak mulut, Violet Qin sudah merasa kelelahan sejak awal, tapi kesombongannya tidak memperbolehkan dia mundur begitu saja. Dia benar-benar berharap Alberto Ji bisa muncul sekarang dan membelanya. Tapi dia tahu itu tidak mungkin. Jangan bilang Alberto Ji sudah pergi, meskipun Alberto Ji berdiri di sini, pria itu juga tidak akan membantunya bicara. Violet Qin yang bertarung sendirian pun bertahan terus seperti ini.

Akhirnya Winsen Yan muncul, menyelamatkannya dari tempat yang begitu sulit itu. Setelah dia berterima kasih pada Winsen Yan, dia segera mengendarai mobil dan pergi dari sana. Hari ini dia benar-benar sangat memalukan.

Winsen Yan berdiri di tempat, menatap punggung Violet Qin yang terlihat berantakan, dalam hati tanpa bisa ditahan merasa lucu, kemudian menyimpan kembali perasaannya.

Hal yang terjadi di perusahaan, Alberto Ji tidak tahu apapun. Saat ini dia sedang minum bir dengan tenang di dalam klub. Wajah yang tampan dan punggung yang kesepian itu, membuat wanita-wanita yang ada di sana merasa empati, ingin menghampiri, tapi dibuat mundur oleh kedinginan yang terpancar dari tubuh pria itu.

Ada seorang wanita yang berpakaian lebih terbuka mengamati beberapa saat di pojok ruangan. Melihat para wanita yang ingin pergi tapi tidak berani itu, matanya terlihat merendahkan. Kemudian dia pun berjalan ke sana. Dia mempunyai kepercayaan diri yang kuat. Dia merasa Alberto Ji tidak mungkin tidak meladeninya. Semakin dekat, dia semakin tertarik pada tampilan luar Alberto Ji yang tampan. Dia benar-benar sudah sangat lama tidak melihat pria tampan yang mempunyai wajah semenarik itu.

"Pria tampan, apa kamu seorang diri?" setelah berjalan ke samping Alberto Ji, dia duduk di samping Alberto Ji, lalu bicara pada Alberto Ji.

Dalam beberapa tahun dimana Miranda Wen pergi ini, Alberto Ji rata-rata mempunyai kebiasaan minum bir. Setiap kali setelah pulang kerja, selama tidak ada kerjaan, dia akan datang minum bir. Setiap kali harus minum sampai mabuk berat baru pulang. Dengan begini, dia baru bisa merasa Miranda Wen tidak meninggalkannya, Miranda Wen masih menemaninya.

Alberto Ji yang sedang memikirkan Miranda Wen, setelah mendengar suara seorang wanita, pertama-tama mengerutkan dahi dengan tidak senang dulu, lalu minum bir sendiri, tidak mempedulikan wanita itu lagi.

Wanita itu melihat Alberto Ji bahkan tidak menatapnya, bukan hanya tidak pergi, malah semakin berani. Dia benar-benar merasa pria ini terlalu menarik. Setampan ini, juga begitu dingin. Benar-benar membuat orang merasa sangat suka. Dia harus mendapatkan pria ini!

"Pria tampan, jangan begitu dingin dong. Kalau ada masalah tidak senang, katakan padaku. Aku bantu hibur." wanita itu berkata genit kepada Alberto Ji.

Perkataan wanita itu tidak mendapat respon dari Alberto Ji juga. Melihat itu, mata wanita ini terlihat sedikit redup. Dia tidak percaya pria ini akan terus mengabaikannya.

Wanita itu memajukan dadanya, menempel pada lengan Alberto Ji, "Kak tampan, ladeni aku ya."

Setelah Alberto Ji merasakan sentuhan wanita ini, dia langsung melepaskan wanita itu, lalu mengambil tisu, mengelap lengannya dengan kuat. Seperti telah menyentuh barang yang kotor saja.

Wanita itu dibuat malu oleh tampang Alberto Ji itu. Tatapan jijik juga mengarah kepadanya. Setelah melihat Alberto Ji dengan tidak sudi, dia juga sadar diri, tidak terus mendekati lagi, berbalik, dan kembali ke sudut ruangan dia sebelumnya.

Alberto Ji terus mengelap lengannya sampai merah baru berhenti. Melihat sudah tidak ada orang di sekitarnya, dia pun mulai minum bir lagi. Sampai mabuk berat, dia baru mencari supir pengganti untuk mengantarnya pulang.

Setelah sampai rumah, Ibu Ji melihat Alberto Ji mabuk lagi, dalam hati merasa kasihan dan juga tidak berdaya, "Sudah kukatakan berapa kali, jangan minum bir, jangan minum bir. Kenapa kamu tidak dengar! Setiap kali mabuk berat, diantar pulang oleh orang. Kamu juga tidak merasa malu. Haih, anakku. Kenapa kamu menjadi seperti ini. Kalau kamu begini terus, kamu akan merusak dirimu sendiri."

Alberto Ji yang awalnya sedikit pusing, ditambah mendapat omelan dari ibunya, tanpa bisa ditahan merasa semakin pusing lagi. Dia mengelus alisnya, tidak membalas perkataan ibunya, hanya berjalan dengan tubuh lelah ke atas.

Ibu Ji melihat tampang Alberto Ji itu, tiba-tiba muncul amarah dalam hatinya, "Alberto, aku katakan padamu. Ini adalah terakhir kalinya. Kalau kamu mabuk seperti ini dan diantar pulang oleh orang lain lagi, maka jangan pulang ke rumah ini lagi. Kamu tidak malu, bahkan aku yang malu mewakilimu! Aku tidak mempunyai putra memalukan sepertimu."

Alberto Ji yang baru berjalan ke depan pintu kamar, mendengar perkataan Ibu Ji ini, menoleh melihat Ibu Ji sekilas, lalu berbalik, membuka pintu kamar, dan berjalan masuk ke dalam.

Ibu Ji dibuat merinding oleh tatapan Alberto Ji tadi. Tiba-tiba menyesal pada perkataannya tadi. Dia ingin bicara lagi, tapi mendengar suara pintu ditutup.

Setelah Alberto Ji masuk ke kamar, dia langsung berbaring ke atas ranjang. Sekarang kepalanya penuh dengan Miranda Wen. Dia benar-benar sangat menyesal tidak berbuat baik pada Miranda dulu. Kedepannya tidak ada kesempatan lagi.

Setelah istirahat sebentar, Alberto Ji merasa kepalanya tidak begitu pusing lagi. Dia pun berdiri, pergi ke ruang ganti baju, dan mengemas koper. Mimpi Miranda Wen yang sebelumnya belum terlaksana, dia yang wakili wanita itu laksanakan. Dengan begitu, kedepannya dia baru berani menemui wanita itu.

Setelah beres-beres, Alberto Ji pergi mandi ke kamar mandi, lalu tidur. Keesokan paginya, dia sudah akan naik pesawat dan pergi ke Paris.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu