Eternal Love - Bab 331 Tolong Kamu Jaga Sikap

"Adikmu tidak akan kenapa-napa." Miranda Wen menundukkan kepala. Mata yang membengkak menghindari tatapan Alberto Ji, bahkan pandangan ke arah pria itu penuh dengan kengerian.

Masalah adiknya terjadi karena Miranda Wen, sedangkan status Miranda Wen adalah adik iparnya. Dia sekarang juga sudah mempunyai tunangan, semakin tidak boleh karena masalah pribadi, mempunyai banyak kontak dengannya.

Alberto Ji melihat Miranda Wen menghindarinya, mata yang merah penuh air mata, begitu masuk langsung melihat Miranda Wen duduk sendirian di kursi yang ada di luar, dengan cahaya yang menusuk mata, menunjukkan perasaan diasingkan dan tidak tahu harus berbuat apa.

"Aku tidak bermaksud menyalahkanmu." suara Alberto Ji yang dingin tidak terdengar perasaan apapun. Melihat tubuh Miranda Wen yang kecil itu sedang bergetar karena menangis, membuat orang tanpa bisa menahan diri ingin menyayanginya.

Tangan yang panjang terangkat, ingin memeluk Miranda Wen ke dalam pelukan.

Miranda Wen tiba-tiba merasa pandangannya terang dan menengadahkan kepala dengan hati-hati, "Apa yang ingin kamu lakukan? Tempat ini adalah rumah sakit, jadi jangan lupa pada statusmu."

Miranda Wen sekarang melihat Alberto Ji sekali saja merasa kesal, karena perasaan yang tidak setuju. Awalnya bibir merah sedikit pucat, Miranda Wen tanpa bisa disadari menggigit bibir, menatap pria di hadapannya ini, tidak ingin bicara lebih banyak dengan pria ini.

"Di sini sudah tidak ada urusanku lagi. Aku pergi duluan ya." begitu memikirkan masalah adik Alberto Ji, Miranda Wen mengelap air matanya dengan perasaan tidak terima, berbalik, dan ingin pergi.

Alberto Ji melihat Miranda Wen menghindarinya dengan perasaan kesal, seperti telah melihat sesuatu yang tidak bersih, dan hatinya seperti ditusuk oleh benda tajam.

Bahkan kepemilikkan yang paling dasar saja tidak bisa dia miliki, sedangkan semuanya terjadi karena dirinya.

"Alberto, tolong kamu jaga sikap! Jangan lupakan statusmu sekarang, selain itu kamu sudah akan mempunyai tunangan." Miranda Wen tidak terpikir Alberto Ji akan tiba-tiba mencengkram lengannya, menolehkan kepala, menunduk melihat tangan pria itu dan berkata.

Mengerutkan dahi dengan cantik, mata berair itu penuh dengan penghinaan diri, tapi dengan cepat hilang, Miranda Wen melepaskan tangan pria itu dengan kuat, lalu pergi tanpa menolehkan kepala lagi.

Alberto Ji melihat semua gerakan Miranda Wen, tersenyum sedih dan menatap dalam punggung Miranda Wen yang buru-buru pergi, kemudian segera mengikuti wanita itu.

"Hari sudah tidak pagi lagi. Kamu sendirian tidak aman, aku antar kamu pulang." Alberto Ji mengikuti Miranda Wen dnegan cepat, ikut masuk ke dalam lift.

Miranda Wen mendengar langkah kaki di belakangnya, "Keselamatanku tidak perlu kakak khawatirkan. Lebih baik kakak pergi lihat bagaimana kondisi adikmu saja."

Melihat Alberto Ji ikut masuk ke dalam lift, Miranda Wen tidak berdaya dan tersenyum tidak berdaya. Apa artinya semua yang Alberto Ji lakukan ini?

Alberto Ji sudah akan mempunyai tunangan, sedangkan dirinya dan semua yang terjadi ini sama sekali tidaklah layak dibanggakan. Kalau sampai membuat orang lain tahu, akan direndahkan orang lain.

Tapi Miranda Wen malah tidak dapat menahan perasaannya sendiri, ingin mendapat perhatian dari Alberto Ji, tapi juga tidak dapat mempunyai hubungan yang terlalu banyak dengan Alberto Ji. Pikiran berlawanan seperti ini, tidak hentinya melawan di otaknya.

Alberto Ji mendengar penolakkan Miranda Wen, tidak berkata apapun. Sampai di lantai satu, hanya mengikuti Miranda Wen turun dari lift, melihat tubuh kecil itu tidak hentinya mempercepat langkah kaki.

Miranda Wen tidak menyangka dia sudah menolak dengan jelas, tapi Alberto Ji tetap mengikutinya. Miranda Wen berpikir sampai sini dan mengerutkan dahi, langkah kakinya tidak henti bertambah cepat.

Setelah lewat satu menit, suara langkah kaki di belakangnya perlahan-lahan menghilang. Miranda Wen baru diam-diam menghela napas, tidak tahu kenapa hatinya terasa sedikit sedih, tapi dengan cepat dihilangkannya perasaan sedih itu.

Jarak halte bus di sekitar rumah sakit sedikit jauh, tapi Miranda Wen tidak ada cara lain selain naik bus, jadi dia berjalan ke arah halte bus.

Tidak tahu kapan dari belakangnya terdengar suara mobil. Miranda Wen mempercepat langkah kaki, tapi tetap bisa mendengar suara mesin mobil yang berjalan tidak cepat tapi juga tidak pelan di belakangnya.

Miranda Wen menolehkan kepala dengan waspada. Di bawah lampu jalanan yang redup, dia melihat mobil yang familiar, baru tahu kalau tadi Alberto Ji tiba-tiba menghilang adalah karena pergi mengambil mobil.

Miranda Wen melihat wajah yang tampan dari kaca mobil, mobil yang berjalan pelan di belakangnya. Dia pura-pura tidak tahu, sama sekali tidak ingin mempedulikan Alberto Ji. Karena Alberto Ji berpikir seperti ini, maka biarkan saja pria itu mengikutinya.

Setelah dia sampai di halte bus, lihat apakah Alberto Ji masih sesabar ini?

Siapa yang tahu, Miranda Wen berjalan selama belasan menit di jalanan ini, di saat melewati sebuah bar kecil, tidak tahu darimana, muncul beberapa pria yang sedang mabuk.

Ternyata beberapa pria mabuk dan berjalan pincang di jalanan. Salah satu orang di sana melihat ada wanita yang berjalan ke arah mereka dan seketika menjadi tertarik.

Pria itu melihat Miranda Wen mengenakan baju tipis, memperlihatkan bentuk tubuhnya yang sempurna, dan di bawah cahaya lampu jalanan, semakin terlihat menarik.

Pria-pria yang mabuk itu memanfaatkan efek mabuk, menatap Miranda Wen lurus, dan di saat ini, jalanan kosong, tidak ada seorangpun. Mereka saling memandang satu sama lain dan tersenyum mesum.

Miranda Wen dikejutkan oleh pria yang tiba-tiba muncul ini. Mereka yang memiliki tampang tiga puluh tahunan, benar-benar adalah orang paruh baya yang menjijikkan. Sebelum Miranda Wen sampai di samping mereka, dia sudah mencium aroma bir yang kuat.

Tadi karena perasaan yang rumit, malamnya dia tidak makan apapun. Begitu mencium aroma bir yang menyengat hidung, dia seketika merasa jijik.

Melihat halte bus yang sudah tidak jauh, Miranda Wen tanpa bisa menahan diri mempercepat langkah kaki.

"Yo! Gadis ini cantik juga ... bro, kalian bilang iya bukan?" salah satu pria melewati Miranda Wen, dan memeluk tubuh Miranda Wen.

Setelah para pria mendengar perkataan pria itu, mereka langsung tersenyum mesum dan menyetujui, "Iya tuh! Muncul di saat ini, kelihatannya harganya juga tinggi ...."

Miranda Wen tidak menyangka pria-pria yang mabuk ini, meminjam efek bir, ingin berbuat tidak senonoh di sini, langsung melepaskan lengan pria ini.

Dia melihat seluruh jalanan di sekitarnya, tidak ada orang lain. Bahkan mobil yang ada di jalan juga hanya ada beberapa saja.

"Ada apa, bisa-bisanya berani melawan. Wanita sepertimu sudah sering aku lihat ..." pria ini tidak menyangka wanita itu bisa-bisanya kuat juga, mendorong sampai agak pincang.

Kemarahan di hati pria itu tidak hentinya bertambah dalam dan tersenyum mesum ke arah Miranda Wen.

Miranda Wen tidak terpikir mereka bisa-bisanya berbuat begitu seenaknya, dia pun berusaha menenangkan diri dan mundur beberapa langkah ke belakang, menatap para pria itu dengan waspada, "Apakah kalian tahu apa akibat dari perbuatan kalian ini?"

Sambil berkata, Miranda Wen sambil berjalan mundur ke belakang.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu