Eternal Love - Bab 307 Memperhatikan setiap kali dia mengerutkan dahi dan tersenyum

Setibanya di Kediaman Keluarga Ji, yang pertama kali Miranda Wen lihat adalah sepasang sepatu kulit hitam yang Alberto Ji kenakan kemarin terletak di atas rak sepatu.

Dia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.

Masih ada waktu sebelum jam makan malam, saat ini hanya ada dua pembantu di ruang tamu Keluarga Ji. Setelah mereka menyapa Miranda Wen dengan sopan, mereka kembali mengerjakan pekerjaan mereka.

Miranda Wen berjalan menaiki tangga, pertama-tama dia akan pergi menyapa Kakek Ji dan menjelaskan dengan singkat alasan mengapa kemarin dia tidak pulang tepat waktu.

Dengan lembut dia mengetuk pintu ruang kerja, setelah mendengar Kakek Ji mengizinkannya masuk, Miranda Wen membuka pintu sambil memikirkan alasan apa yang akan dia katakan.

Tapi, begitu sepatu hak tingginya memasuki ruang kerja, selain melihat Kakek Ji yang terlihat sehat dan segar, dia juga melihat Alberto Ji yang sedang duduk di sofa.

Pantas saja dia tidak melihatnya di ruang tamu ...

Dalam hati Miranda Wen berpikir, setelah bertegur sapa dengan sopan kepada Kakek Ji, dia akan mencari alasan kenapa kemarin dia tidak pulang tepat waktu.

Melihat Miranda Wen pulang, Kakek Ji terlihat sangat senang. Setelah mengobrol sebentar, dia tertawa dan berkata: "Miranda, aku akan pergi melihat bunga di taman, saat ini aku banyak waktu luang, jadi setiap hari aku akan menanam bunga. "

“Baik, aku akan ikut dan menemani anda melihat-lihat.” kata Miranda Wen sambil hendak mengikutinya.

Setelah memasuki ruang kerja, dia juga duduk di sofa, tapi setiap kali dia melihat Alberto Ji yang berjarak setengah meter darinya, rasa canggung di dalam hatinya langsung muncul di wajahnya.

Meskipun saat di rumah Alberto Ji akan menjaga jarak dengannya, tapi Miranda Wen selalu merasa sedikit aneh.

Saat ini dia tidak ingin berduaan dengan Alberto Ji.

"Hehe, Miranda, kamu istirahat saja di ruang kerja, menyetir kemari pasti sangat melelahkan. Kakakmu baru saja menceritakan kejadian menarik yang dia alami di restoran kemarin lusa, suruh dia ceritakan lagi kepadamu, terkadang perilaku anak muda zaman sekarang ini sangat semberono. ... "

Kakek Ji berkomentar sambil tersenyum, lalu dia keluar dari ruang kerja sambil meletakkan kedua tangan di belakang punggungnya.

Pintu ruang kerja ditutup dengan pelan, lalu suara langkah kaki Kakek Ji yang melewati koridor perlahan menghilang.

Suasana di ruang kerja menjadi hening, dia bisa merasakan aura dingin yang terpancarkan dari tubuh Alberto Ji yang berada di sampingnya, dan aroma colognenya yang familiar.

Jantungnya berdebar dengan tidak terkendali, tapi tertahan oleh akal sehat Miranda Wen.

Tiba-tiba dia mendengar suara dehaman yang terdengar dari sampingnya, sepertinya Alberto Ji ingin memecah keheningan ini.

Dengan sudut matanya Miranda Wen melirik wajah tampan Alberto Ji, karena gugup detak jantungnya mulai berdegup kencang.

“Bagaimana tidurmu tadi malam?” Alberto Ji berbicara duluan.

Mata Miranda Wen yang jernih berputar, lalu dia berkata dengan berpura-pura tenang, "Hmm, sangat baik."

Dia bisa merasakan Alberto Ji juga merasa canggung sama seperti dirinya, dia ingin berbicara dengannya tapi dia tidak tahu bagaimana memulainya.

Di Kediaman Keluarga Ji, selain merasa canggung, mereka selalu menjaga jarak.

Kalau terlalu asing, akan membuat orang melihat gelagat mereka, kalau terlalu dekat, akan membuat orang berspekulasi.

Alberto Ji memalingkan wajahnya, sebuah senyuman muncul di ekspresi wajahnya yang tenang: "Bagus kalau begitu, cuaca besok dan lusa tidak terlalu baik, ingat pakai pakaian yang lebih tebal."

Miranda Wen mengangguk, dia ingin mengucapkan terima kasih, tapi dia menelan kembali dua kata itu.

Apakah saat tidak ada yang bisa bicarakan semua orang akan membahas soal cuaca? Mungkin inilah yang dinamakan obrolan yang canggung ...

Miranda Wen berpikir di dalam hatinya, suara indah Alberto Ji kembali terdengar di telinganya.

"Miranda, aku rasa sepertinya hari ini ada yang sedang kamu khawatirkan, apakah kamu masih memikirkan kejadian tadi malam? Apakah ada masalah di studio?"

Miranda Wen diam sejenak, dia ingin mengatakan tadi malam saat Alberto Ji muncul di bar, semua kepanikan dan ketakutan yang dia rasakan langsung menghilang.

Tapi, dia tidak ingin menceritakan terlalu banyak masalah pekerjaannya, dan menjadikan Alberto Ji sebagai tong sampahnya.

Miranda Wen memalingkan wajahnya lalu menunjukkan senyuman tenang di sudut bibirnya: "Hmm, sebenarnya bukan apa-apa. Sekarang merekku masih baru, jadi terkadang pasti akan mengalami sedikit masalah kecil, tapi aku pasti bisa menyelesaikannya dengan segera. "

Mendengar hal ini, sorot mata Alberto Ji menjadi serius, tapi dia tetap memasang ekspresi wajah yang tenang.

Dia tahu Miranda Wen tidak berterus terang, bisa jadi masalah yang dia hadapi di tempat kerja jauh lebih serius daripada yang dia katakan.

Alberto Ji tersenyum lalu mengalihkan topik perbicaraan ini, suaranya juga menjadi lebih jelas: "Bagus kalau begitu, kalau begitu aku akan menceritakan tentang pasangan yang aku temui di restoran kemarin lusa ..."

...

Keesokan paginya, setibanya di perusahaan, begitu Alberto Ji memasuki kantornya dia langsung mengambil kopi yang diberikan asistennya.

Dia duduk di kursi bos yang nyaman dan lebar, dia menyesap kopi yang ada ditangannya, lalu menatap asistennya sambil berkata dengan tegas, "Bantu aku hubungi genaral manager Yatai Department Store untuk kawasan Asia."

“Baik, Direktur Ji.” Asistennya sedikit bingung, tapi dia langsung menjawab tanpa berpikir.

Setelah asistennya pergi meninggalkan kantor, Alberto Ji menyesap kopinya sambil mengerutkan kening memikirkan informasi yang dia peroleh tadi malam.

Sehabis makan malam, tak lama setelah Miranda Wen pergi meninggalkan Kediaman Keluarga Ji, dia langsung mencari tahu kejadian yang belakangan ini terjadi di LC Studio.

Sebenarnya beberapa hari ini diam-diam dia terus memperhatikan hal ini.

Setelah mengetahui keseluruhan cerita, dia langsung mengerti kenapa saat Miranda Wen masuk ke ruang kerja, dia merasakan kelelahan dan kecemasan yang tidak disengaja terpancarkan dari matanya.

Kakek Ji tidak menyadari hal ini, tetapi setiap dia melihat Miranda Wen, dia akan memperhatikan setiap kali dia mengerutkan dahinya dan setiap kali dia tersenyum.

Sepuluh menit kemudian, telepon kantor tiba-tiba berdering, asistennya sudah menyambungkan telepon general manager Yatai Department Store kepadanya.

Dia mengangkat telepon itu lalu dengan ekspresi wajah serius Alberto Ji mengungkapkan pendapatnya, setelah beberapa saat dia menutup teleponnya dengan percaya diri.

Di tempat lain di kota ini, Miranda Wen yang sedang sibuk di studionya baru saja selesai melihat sketsa desain yang terbaru, tiba-tiba ponsel yang ada disampingnya berdering.

"Halo?"

"Halo, saya general manager Yatai Department Store untuk kawasan Asia. Apakah anda Manajer Wen dari LC Studio?"

"Iya ..." Miranda Wen terdiam sejenak dan dia langsung merasa gugup: "Kemarin saya sudah berbicara dengan manajer Yatai Department Store untuk kawasan China mengenai kerja sama perusahaan anda dengan perusahaan kami, semoga kami bisa mendapatkan kesempatan ini."

Suara di balik telepon terdengar sangat lembut dan sopan, disaat yang bersamaan mengandung nada menyanjung: "Iya, Manajer Tan sudah menghubungiku. Setelah mempertimbangkannya, aku rasa meskipun merek kalian masih baru, tapi memiliki prospek yang sangat bagus. Aku sudah memutuskan untuk bekerja sama dengan kalian... "

Percakapan mereka berlangsung dengan menyenangkan dan penuh dengan kesungguhan, setelah menutup telepon, Miranda Wen menatap Elisha Yu yang sedang melihat dirinya dengan penasaran.

Miranda Wen tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang muncul di wajahnya, matanya berbinar.

"Elisha Yu, coba tebak apa yang baru saja terjadi?"

Elisha Yu membelalakkan matanya sambil menunggu Miranda Wen berbicara.

"Barusan aku mendapatkan telepon dari general manager Yatai Department Store untuk kawasan Asia, dia mengatakan... dia sangat optimis dengan merek kita dan memutuskan untuk bekerja sama dengan kita!"

“Benarkah?” Elisha Yu bertanya dengan tidak percaya.

Miranda Wen mengangguk, lalu dia melihat Elisha Yu melompat dari kursinya seperti seekor kelinci kecil sambil berteriak kegirangan.

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu