Eternal Love - Bab 8 Pertama kali menemani wanita belanja

Miranda tertegun dua detik, nyaris mengerti maksud darinya, tanpa pikir panjang dia mengangguk.

Sebenarnya dia sendiri juga berpikir, tunggu Alberto pergi dia juga akan keluar.

Berada di rumah ini tidak aman, siapa yang tahu Alberto baru melangkah pergi, apakah Yenny akan segera meminta kembali kartu ini?

Berhubung kartu sudah ada di tangannya, maka dia pasti tidak akan mengizinkan hal ini terjadi!

Karena itu, dia ikut pergi bersama Alberto.

Setelah keluar, Alberto langsung masuk ke dalam Maserati yang terparkir di depan pintu.

Miranda langsung ikut dan duduk di sebelah kemudi.

Alberto melihatnya dengan datar, tatapannya seakan-akan bertanya “mengapa kamu ikut naik?”

“Aku tidak punya mobil.”

Miranda dengan wajah canggung menjelaskan, lalu menunjukkan wajah yang kasihan, berkata : “Jadi, mohon Direktur Ji bisa mengantarku sekalian.”

Alberto melihat ekspresinya ini, aneh saja hatinya langsung menjadi lemah, otomatis dalam benaknya muncul kembali adegan semalam.

Tadi malam, dia juga menggunakan suara yang lemah lembut ini, minta ampun dengannya……

Seperti ini mendadak dia tidak tega untuk mengusirnya turun, jadi tanpa bicara apa-apa, langsung menjalankan mesin mobil dan menyetir pergi.

……

Di jalan, di dalam mobil terjadi keheningan yang mencekam, Miranda tidak bisa menahan rasa canggung yang demikian, dan mulai mencari bahan pembicaraan.

“Itu……Direktur Ji, terima kasih tadi sudah membantuku!”

“Tidak usah terima kasih, aku hanya merasa barang murahan yang ada di badanmu, sangat mengganggu mata.”

Mata Alberto tertuju padanya dan nada bicara yang datar.

Miranda seketika menjadi sesak.

Orang ini……lidahnya mengapa begitu beracun? Apa bisa mati kalau bicara baik-baik!

“Kemana?”

Seakan bisa merasa dia tertekan, Alberto melayangkan senyum sekilas dan bertanya lagi padanya.

Miranda juga tidak begitu memperhitungkan, segera mengangkat kartu yang ada di tangannya, berkata : “Apa masih perlu bilang! Tentu saja pergi membelanjakan uang ini, bukankah kamu sudah bilang? Ingin menikah ke dalam keluarga Ji kalian, perlu gaya hidup dengan standar tinggi, jadi sekarang aku mendengar kata-katamu untuk pergi meningkatkan gaya hidupku!”

Untuk kata yang terakhir, dia sengaja dengan nada sinis, sepertinya menyindir, lanjut berkata : “Direktur Ji, karena kamu begitu bertanggung jawab untuk urusan pernikahan adikmu, apakah keberatan kalau pergi belanja bersama?”

Miranda tidak tahu sama sekali standar apa yang dikatakan oleh Alberto, daripada dia sembarangan beli, lebih baik langsung membawa Alberto sekalian untuk memilih, dia bilang mana yang bagus maka itu yang dibeli.

Alberto mengkerut alisnya, dengan suara sedikit tertawa : “Kamu ingin aku menemani wanita untuk belanja?”

Miranda mengangguk, dengan polos bertanya : “Apa ada masalah?”

“Seumur hidup ini, kamu adalah orang pertama yang berani mengajukan permintaan seperti ini.”

Bisa dibilang nyali Miranda sungguh besar, dia Alberto orang yang seperti apa?

Setiap hari sibuk dengan berbagai urusan, kekuasaan dan pengaruh yang tinggi dan besar, apakah boleh sembarang menemani orang untuk belanja?

Tidak disangka dia mengatakannya, dan juga menganggap itu sudah sewajarnya.

“Bukankah setiap hal pasti ada pertama kalinya, lagi pula, anda juga yang bilang gaya hidupku kurang berkelas. Kalau baju aku masih bisa pilih sendiri, tapi kalau mobil aku tidak mengerti sama seali, jadi……anda berbuat baik saja, bantu aku untuk masalah ini, di samping itu yang akan datang kamu adalah pamanku, kamu tidak merasa tidak enak membiarkan adik ipar sendiri pergi melihat mobil?”

Alberto dibuat bungkam seribu bahasa oleh Miranda.

Bocah ini ternyata pintar ngomong rupanya, sampai dia merasa ada benarnya juga.

“Hanya sekali ini saja!”

Alberto terdiam agak lama, baru menyanggupi dengan terpaksa.

Miranda hampir meloncat kegirangan : “Terima kasih, terima kasih!”

Jadinya mereka berdua menuju CBD Mall.

Terus terang, Miranda sudah lama tidak datang ke tempat seperti ini untuk belanja, tiap hari dia hanya bolak-balik antara rumah sakit dan rumah, sekalipun ada kesempatan, dia tidak mempunyai uang untuk membeli.

Namun berbeda dengan hari ini, dia adalah orang yang sudah memiliki kartu, bisa memakai sesuka hatinya.

Dalam benaknya teringat akan rasa sakit yang dirasakan oleh Yenny dan Sisca, muncul lagi ekpsresi hawa jahat, perasaan hatinya sangat gembira dibandingkan dengan hal apapun.

“Apa yang kamu tertawakan? Lihat bajunya.”

Alberto merasa tidak berdaya melihat Miranda tersenyum terus yang nyaris tidak menutup mulutnya dari tadi di sepanjang jalan.

“Iya.”

Miranda segera sadar kembali dan masuk ke sebuah toko bersama Alberto.

Di toko ini semua adalah model terbaru di musim ini, Miranda memilih beberapa untuk mencobanya.

“Yang ini bagaimana?”

Setelah keluar, dia bertanya dan memandang pada Alberto.

Tanpa pikir panjang, Alberto berkata : “Kurang bagus.”

Miranda dengan patuh mengganti yang lain.

Mencoba lagi sebuah gaun kuning muda, tapi Alberto masih tidak begitu puas.

“Apa kamu sengaja membalas dendam padaku?”

Miranda dengan bibir cemberut bicara pada Alberto, tapi Alberto tidak mengacuhkannya, dengan datar berkata : “Memang pandangan mata kamu yang kurang bagus, coba yang itu.”

Dia sembarang menunjuk, Miranda mendekati dan mendapati sebuah gaun warna hitam, dengan bibir merengut dan patuh dia pergi ganti lagi.

Saat dia keluar lagi, tampak jelas di mata Alberto dia menjadi terpesona.

Gaun warna hitam yang pas di tubuhnya, agak menunjukkan bentuk tubuh Miranda yang hampir sempurna, berbeda sekali dengan baju kebesaran yang dia pakai sebelumnya. Gaun yang pas ditubuhnya ini lebih menampilkan jelas lekuk tubuhnya, dan juga bentuk tubuhnya lumayan, terutama kedua kakinya, lurus dan simetris, elegan dan cantik, ada sedikit rasa dingin yang menawan, sangat bagus.

Alberto mengangguk puas, Miranda baru tersenyum.

“Ternyata keluarga Ji menyukai model seperti ini?”

Miranda sengaja bicara demikian.

Alberto malah melihatnya dengan wajah tanpa ekspresi.

Ketika kira-kira sudah mengerti sedikit standar dari keluarga Ji, Miranda membelinya dan mulai terampil memilih beberapa model lain. Saat keluar dari toko, puluhan tas ada di tangannya, hampir tidak sanggup menjinjingnya, kartunya langsung tergosok hingga delapan ratus juta.

Melihat itu Alberto segera menghubungi sopir datang untuk membawa barang tersebut ke dalam mobil, lalu bertanya padanya : “Masih perlu beli yang lain?”

Ini pertama kalinya dia menemani wanita pergi belanja.

Dari awal sudah pernah mendengar menemani wanita belanja itu sangat menakutkan, hari ini dia sudah mengalaminya.

Dan, pagi ini juga dia mengeluarkan kesabaran yang tinggi dalam seumur hidupnya, kalau ini semua sampai dilihat oleh asisten atau sekretarisnya, barangkali akan langsung mati ditempat.

Miranda dengan jujur menjawab : “Kalau untuk belanja sudah selesai, tapi kamu harus traktir aku makan.”

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu