Eternal Love - Bab 332 Perasaan Dalamnya

Alberto Ji melihat keadaan tidak benar, menghentikan mobil di pinggir jalan, segera pergi ke sana, melindungi Miranda Wen di belakang tubuhnya, dan menyipitkan mata menatap para pria itu.

"Yo, kenapa tiba-tiba muncul pria muda." salah satu pria berkata sambil menatap pria yang memiliki tampang bersih itu.

Sang pria tidak menyangka, tiba-tiba bisa berhenti sebuah mobil di samping jalan.

Sang pria merasa sedikit takut tapi setelah dipikir-pikir lagi, mereka ada tiga sampai empat orang. Setelah dipikir-pikir, pria ini juga tidak akan berbuat apa-apa, ditambah lagi, kalau benar-benar bertarung, tidak ada orang di jalanan ini, jadi tidak akan ada orang yang akan datang membantu pria ini.

"Ayo naik mobil." Alberto Ji mengabaikan para pria, berbalik, dan langsung menggendong Miranda Wen ala princess.

Miranda Wen melihat Alberto Ji yang tiba-tiba muncul, dalam hatinya seketika merasa jauh lebih aman, tapi juga sedikit khawatir. Karena bagaimanapun ada empat pria di hadapannya, kalau benar-benar bertarung, yang terluka tetap adalah Alberto Ji.

Tapi yang dia tidak terpikirkan adalah, Alberto Ji langsung mengabaikan para pria itu dan menggendongnya.

"Aaa ... kamu ... apa yang kamu lakukan?" Miranda Wen terkejut dan tanpa sadar langsung memeluk leher Alberto Ji, tapi kemudian tersadar dengan cepat.

Benak Miranda Wen terus terpikir pada hubungannya dengan Alberto Ji, dan malah melupakan keadaan sekarang.

Dia ingin meminta lepas dengan kedua tangannya, tapi karena dipeluk, mau memberontak bagaimanapun tetap tidak bisa keluar dari pelukan Alberto Ji.

Alberto Ji sedikit marah karena ketidaksediaan Miranda Wen. Wanita ini sekarang begitu bahaya, bisa-bisanya masih melawannya juga. Dia menahan Miranda Wen dengan satu tangan, sedangkan tangan lain membuka pintu mobil dengan sekuat tenaga.

Alberto Ji langsung menaruh Miranda Wen ke samping kemudi dan berkata, "Marah-marah juga harus ada batasnya, jangan tidak mempedulikan keselamatan diri sendiri."

Suara yang dingin itu sedikit serak, membuat orang yang mendengarnya tanpa bisa ditahan bergetar.

Miranda Wen karena dipeluk oleh Alberto Ji, akan terpaksa bertatapan dengan pria itu. Ketika menyadari kemarahan Alberto Ji, seketika dia dibuat terkejut sampai tidak berani bergerak, hanya mengangguk saja.

"Hei ... kalian ..." salah satu pria karena diabaikan begitu saja, merasa sedikit marah.

Sang pria melemparkan botol bir ke arah mereka, kebetulan terkena tidak jauh dari mobil. Di jalanan yang sunyi, suara botol yang pecah entah kenapa terdengar sangat kencang, sang pria berteriak dengan marah pada mereka.

Alberto Ji menutup pintu mobil, berjalan dengan langkah lebar ke arah para pria mabuk lalu memukul salah satu pria mabuk sampai jatuh ke atas lantai.

Alberto Ji merebut botol bir dari pria itu, dan memukulkan dengan kencang ke kening salah seorang pria. Kemudian dengan kaknya yang panjang, sekaligus menendang para pria sampai terjatuh ke atas lantai.

Hanya dalam waktu beberapa detik saja, para pria itu sudah berada di atas tanah. Tapi reaksi pria-pria itu sangat cepat. Mereka menyadari kalau mereka bukanlah lawan Alberto Ji dan segera pergi dari sana sambil mengumpat.

Saat Miranda Wen masih belum menyadari apa yang terjadi, semua ini sudah terselesaikan, bahkan belum melihat gerakan Alberto Ji yang lincah.

Setelah Alberto Ji naik ke atas mobil, rasanya kemarahannya sama sekali belum turun. Mata yang merah penuh dengan kemarahan, pandangannya menatap lurus Miranda Wen, seperti menatap mangsanya saja.

"Sekarang sudah tahu takut?"

Miranda Wen awalnya merasa tidak adil tapi tidak ada tempat yang bisa dia lampiaskan, ditambah bertemu dengan para pria mabuk itu, dan sekarang dimarahi oleh Alberto Ji, akhirnya melampiaskan semuanya sekarang.

"Huh ... lalu ada apa kalau seperti itu? Meskipun aku ada masalah, juga tidak ada hubungannya denganmu. Kamu juga hanyalah kakak dari tunanganku, tidak ada hubungan sedikitpun denganku. Kamu punya hak apa untuk mengataiku. Ditambah lagi kamu sudah akan mempunyai tunangan, kedepannya mempunyai anak, lalu aku ini apa ...."

Miranda Wen belum selesai bicara, tiba-tiba pandangannya gelap dan bibirnya terasa dingin.

Dia merasa dirinya sudah masuk ke dalam sebuah pelukan hangat. Kemudian dia menatap wajah di hadapannya dengan ketakutan, kemarahan, dan ketidakberdayaan seketika tumpah seketika, kemudian berusaha keras melepaskan diri.

"Kamu ... sebenarnya apa yang ingin kamu .... lakukan?"

Karena bibirnya dicium, dia berkata dengan tidak jelas.

Alberto Ji melihat luka di mata wanita ini, dan menutup pelan mata Miranda Wen dengan tangannya yang besar lalu memperdalam ciuman dengan perasan yang dalam dan tidak rela.

Miranda Wen perlahan-lahan mulai terbuai ke dalam ciuman.

Waktu berjalan pelan, tidak tahu berlalu berapa lama, dua orang itu perlahan-lahan tersadar. Dan di saat berpisah, Miranda Wen seperti mendapatkan kehidupan yang baru, dan bernapas dengan terengah-engah.

Bibir yang pucat dicium sampai merah dan baju juga menjadi sedikit tidak rapi.

Miranda Wen melihat dirinya dari bayangan kaca jendela yang menampilkan perasaannya, seketika merona. Teringat pada pemberontakkan dirinya tadi, tidak tahu kenapa, dia tidak bisa menahan diri untuk terbuai ke dalamnya. Sekarang dia sangat malu sampai ingin mencari lubang untuk masuk kedalamnya.

Alberto Ji melihat wajah yang merona di dalam pelukannya ini, rambut yang sedikit berantakan, tangan yang panjang membereskan rambutnya yang berantakan ke belakang telinga, lalu memeluk Miranda Wen dengan erat.

"Maaf, beberapa waktu ini membuatmu merasa sedih. Aku selalu ingin menjelaskan padamu, tapi aku tidak tahu harus bagaimana mengatakannya, jadi ..." berkata sampai sini, Alberto Ji semakin memeluk kencang Miranda Wen, takut wanita ini meninggalkannya.

"Kalau begitu kamu ..."

Miranda Wen ingin bertanya, di hati Alberto Ji apakah ada dirinya, tapi begitu memikirkan statusnya sekarang, dia sama sekali tidak mempunyai hak untuk bertanya. Begitu memikirkan ini, pertanyaan yang ingin dia tanyakan seketika terhenti di tenggorokan dan menggigit bibirnya.

Alberto Ji mendengar nada bicara Miranda Wen yang hati-hati itu, tersenyum, dan mengelus kepala Miranda Wen dengan lembut, seperti sedang mengelus seekor kucing.

"Pernikahanku dan Violet Qin, hanya kebersediaan kedua keluarga saja, aku tidak pernah setuju. Sekarang di mataku hanya ada dirimu saja, terutama di sini."

Saat berkata sampai sini, sebuah tangan menangkap tangan Miranda Wen dan meletakkannya ke dadanya, dan matanya penuh dengan kedalaman.

Miranda Wen bisa merasakan dengan jelas detak jantung yang berdetak kuat dan kencang itu. Tangan Alberto Ji yang besar dan mengandung kekasaran pria ini, memijat tangannya dengan lembut.

Hati Miranda Wen bergetar dan matanya terlihat terkejut.

"Dan kedepannya tidak akan ada orang lain lagi. Apakah kamu bersedia percaya padaku?" saat ini suara yang biasanya dingin sekarang terdengar penuh perasaan. Pandangan yang mengandung rasa hati-hati itu seperti pandangan anak muda yang baru mengalami cinta pertama.

"Aku ..." Miranda Wen mendengar Alberto Ji bertanya padanya dan air matanya tanpa bisa ditahan mengalir turun. Dia mendengar jawaban yang selalu dia harapkan dalam hati, tapi malah hampir saja tidak dapat menahan perasaannya yang tumpah.

Apa yang dia pikirkan, bagaimana mungkin Alberto Ji tidak tahu.

Tapi sekarang dia sama sekali tidak mempunyai kemampuan apapun, bahkan tidak ingin berkata bersama dengan Alberto Ji lagi. Saat ini Miranda Wen tidak tahu harus berbuat apa dan merasa sangat tidak berdaya.

Dia langsung menurunkan kepala ke dada Alberto Ji, memeluk pinggang pria itu dengan erat dan menangis kencang.

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu