Eternal Love - Bab 184 Jangan percaya omong kosongnya

mobil Maybach hitam itu melaju dijalan, Miranda Wen dengan hati-hati memandangi pria yang duduk dikursi pengemudi. Dari awal masuk mobil sampai sekarang, terlihat jelas suasana didalam mobil agak tegang.

apakah dia sedang marah?

apakah dia percaya dengan perkataan Willy Song?

bukankah kakak tidak mengenal Willy Song, bagaimana dia bisa mempercayainya?

jadi apa yang terjadi?

Miranda Wen mengerak-gerakkan tangannya, haruskah dia mengatakan sesuatu?

setelah ragu-ragu untuk waktu yang lama, dia dengan hati-hati berkata: “kakak, aku benar-benar berpapasan dengan Willy Song dijalan, bukan seperti yang ia katakan, jangan percaya omong kosongnya.”

tidak ada balasan.

dia dengan cepat melanjutkan perkataannya: “kakak, aku benar-benar tidak berharap bertemu dengannya. Jika aku tahu, aku tidak akan keluar hari ini.

kali ini, Alberto Ji akhirnya menjawab, ia meliriknya sejenak dan terlihat Miranda sedang panik. Dengan dingin dia barkata: “kedepannya menjauhlah dari Willy Song, jangan lupa kamu itu istrinya Bernando.”

setelah mengungkit ini, Miranda Wen terdiam sesaat dan menundukkan kepalanya.

merasa ada yang salah dengannya, Alberto Ji perlahan membujuknya, “kamu kenapa?”

“tidak apa-apa.” Dia dengan tenang menjawab dan ia tetap menunduk.

Alberto Ji mengerutkan alisnya, tanpa alasan hatinya merasa kesal.

sampailah dirumah, Miranda Wen tidak mengatakan apa-apa.

“kakak, aku naik keatas dan beristirahat ya.” Miranda Wen mengangguk kearah Alberto Ji dan bergegas naik keatas.

begitu dia masuk kedalam kamar, perutnya mual dan wajah Miranda berubah, dia bergegas menutup mulutnya dan dengan cepat masuk kekamar mandi. Ia jongkok didepan kloset dan muntah.

selain sarapan, dia tidak makan lagi. Rasanya lambungnya pun akan keluar, dan ia hanya memuntahkan air asam.

dia berjalan menuju wastafel, melihat dirinya dicermin. karena terlalu banyak muntah wajahnya menjadi pucat dan matanya memerah. Dia tersenyum sinis pada diri sendiri. Jika dia menikah dengan pria normal dan hamil, pasti dia akan dimanjakan oleh orang lain, tidak perlu menanggung rasa sakit ini sendirian.

capek, capek sekali!

mungkin dia bisa mempertimbangkan apa yang dikatakan Zayn, menggugurkan anak ini dan anggaplah tidak terjadi apa-apa, sehingga dia bisa hidup dengan nyaman.

memikirkan hal ini, dia memegangi perutnya, setiap memikirkan anak ini, hatinya pun menjadi tidak tega.

ini adalah anaknya.

pikirannya kacau, dia tidak tahu apakah dia menginginkan anak ini atau tidak.

……

Miranda Wen tidur sejenak. Perutnya yang kosong membuatnya tidak nyaman, jadi dia turun untuk menyiapkan sesuatu untuk dimakan.

saat dia sampai dipintu dapur, dia kaget karena Alberto Ji juga berada didapur.

melihat dia memegang beberapa bahan memasak dit tangannya, dia melihat tangan kiri dan tangan kanannya, seolah-olah sedang mempelajari sesuatu.

hal ini membuat Miranda Wen ingin tertawa.

dia melangkah maju, “kakak, biar aku saja.”

Alberto Ji menoleh dan melihatnya, tatatapan matanya kebingungan sehingga membuat orang lain tidak dapat melihat apa yang sedang ia pikirkan, dia menyerahkan bahan-bahannya dan berpindah posisi,ia memberikan dapur padanya.

Miranda Wen meletakkan sayurannya. Pertama-tama ia mencuci beras dan memasak nasi, selanjutnya ia mulai mencuci dan memotong sayuran.

Alberto dengan tenang melihatnya, jarinya sangatlah indah, kecil dan putih. Dibawah cahaya, jari-jarinya semakin putih dan lentik, sangat lah indah.

setelah memotong sayurannya, Miranda Wen bersiap untuk menumis sayur. Ia berbalik melihat Alberto Ji dan sambil tersenyum ia berkata: “kakak, kamu tunggu diruang makan saja, nanti akan ada banyak minyak dan asap, kamu......”

dia menjelaskannya sejenak, dan melanjutkannya: “nanti pakainan mahalmu akan tertutup oleh asap dan minyak.”

sebenarnya Alberto Ji ingin berkata dia tidak peduli, tetapi akhirnya dia tidak mengatakan apapun, dan diam-diam keluar.

melihatnya keluar, Miranda Wen tersenyum dan mulai memasak.

Alberto Ji sedang duduk diruang makan, memandangi dia yang sedang sibuk didapur. Suasana disekelilingnya sangat sepi, hanya terdengar suara “sh...sh...” sayuran diwajan. Timbul perasaan kagum didalam hati.

awalnya, Miranda Wen hanya ingin memasak dua hidangan saja, tetapi karena dia sedang hamil, dia tiba-tiba ingin makan telur tumis timun dan sayur sawi.

jadi, menunya empat sayur dan satu sup.

dia memandang Alberto Ji dengan malu-malu dan berkata: “rasanya mungkin tidak begitu enak, jadi makan saja.”

Alberto Ji melihatnya, lalu ia mengambil sumpit. ia mengambil sayuran dan memasukkan kedalam mulutnya, dengan tenang berkata: “rasanya enak.”

mendengar itu, Miranda Wen tersenyum bahagia. dia bergegas kembali kedapur untuk mengambil dua mangkuk nasi, satu untuk dia dan satu untuk dirinya sendiri.

benar-benar sangat lapar. Miranda Wen menundukkan kepala saat makan dan tidak berbicara.

Alberto Ji juga lapar, dengan cepat dia menghabiskan dua mangkuk nasi.

melihat hampir semua sayuran yang ia masak habis, Miranda Wen merasa sangat puas. Dia juga sudah mengahabiskan satu mangkuk nasi.

Alberto Ji berdiri dan membereskan semuanya, Miranda dengan cepat menghentikannya: “kakak, tidak perlu,aku sendiri bisa melakukannya, kamu istirahat saja.”

bagaimana bisa dia membiarkannya membantu membereskan ini semua? Jika ibu mertua melihatnya, dia pasti akan memarahinya.

Alberto Ji tidak mendengarnya, dia mengumpulkan piring menjadi satu, kemudian membawa piring tersebut kedapur.

Miranda Wen melengkungkan bibirnya, mengambil mangkuk dan mengikutinya kedapur, melihatnya mencuci piring.

dia bergegas merebut spon cuci piring dari tangannya, “aku saja yang mencucinya.”

setelah itu, dia mendorong Alberto Ji keluar dari dapur.

dia tidak menyadari bahwa tindakannya membuat Alberto Ji menggigit bibir dan tatapan matanya menjadi lembut.

Alberto Ji tidak mendengarkannya, malahan dia berdiri diluar dapur dan diam-diam melihatnya mencuci piring.

cahaya lampu menerangi tubuhnya, membuatnya terlihat semakin ramping dan tiba-tiba ia menyadari bahwa dia tampak lebih kurus.

Ia baru ingat, beberapa waktu ini karena terlalu sibuk lambung Miranda menjadi tidak enak. mungkin ini penyebabnya ia menjadi kurus.

saat dia sedang memikirkannya, tiba-tiba terdengar suara orang sedang muntah.

ia melihat tangan Miranda Wen bertumpu pada wastafel dan muntah terus menerus.

Alberto Ji segera mendatanginya. ia mengerutkan keningnya. “ada apa denganmu?”

Miranda Wen terkejut dia belum naik kekamar, dia menjadi panik. Dia membersihkan mulutnya dengan tangan, kemudian mengangkat kepala dan bergeleng: “tidak apa-apa, mungkin hanya tersedak.”

“tersedak?” Alberto Ji memandanginya dengan curiga, dia tidak begitu mempercayainya.

tatapan matanya menjadi taja, seperti ingin melihatnya pikirannya.

Miranda Wen panik, dia memalingkan pandangannya dan tertawa “hehe”, berpura-pura santai dan berkata: “aku tidak makan siang, aku menahan lapar terlalu lama dan setelah itu makan terlalu cepat. jadi lambungku tidak bisa menerimanya dan menjadi mual.”

dia melihatnya muntah lebih dari sekali, setiap kali dia muntah, seperti ingin memuntahkan lambungnya saja, ini pasti masalah yang serius.

“besok, aku akan membawamu kerumah sakit untuk memeriksanya” Alberto Ji berkata. Suaranya sangat tegas sehingga dia tidak dapat menolaknya.

dia membawanya kerumah sakit untuk pemeriksaan, dan saat itu kehamilannya juga akan terungkap.

Tidak, tidak bisa!

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu