Eternal Love - Bab 286 Ada Aku yang Menemani Mu

"..." Mendengar kata-kata Alberto Ji, untuk waktu yang lama, Zayn Shen tidak berkata apa-apa.

Matanya terus melihat ke arah kanan dan ke kanan, bertanya-tanya mengapa saat ini Alberto Ji menelepon dirinya, mungkinkah dia melihat sesuatu?

Alberto Ji menemukan bahwa Zayn Shen yang berada di sisi lain tidak berbicara, dia mengerutkan kening tidak senang, dan di telepon terdengar suara rendah yang berkata:

"Sebenarnya kalian ada di mana?"

Zayn Shen memegang teleponnya dengan erat, dan dengan jelas dapat merasakan telapak tangannya mulai berkeringat.

"Ka, kami ada di luar." Zayn Shen menjawabnya dengan linglung. Zayn Shen merasa jantungnya seperti akan meledak.

Tapi suara di sisi lain itu membuat jantungnya semakin bergetar hebat.

"Bukankah kalian berada di rumah sakit?"

Dengan cepat, Zayn Shen melihat sekelilingnya, ada perasaan yang kuat bahwa dia selalu merasa jika Alberto Ji sedang mengawasinya dengan Miranda Wen, tanpa diketahui mereka, jantungnya berdetak tak menentu, tapi masih bisa mengkontrol suasana hatinya, dan akhirnya berkata :

"Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak begitu mengerti."

"Kamu tidak mengerti? " Suara Alberto Ji terdengar dingin, dan berbalik bertanya. Nada suara yang dia ucapkan, seperti masih bisa dia kendalikan.

"Aku benar-benar tidak mengerti ..." Zayn Shen terus berkata dengan nada ragu-ragu, dia tahu jika Alberto Ji sangat pintar, jadi dia berusaha sebaik mungkin untuk bersikap baik-baik saja di depan Alberto Ji, tidak bisa memberikan petunjuk sekecil apa pun.

Saat dia dapat mengatakn itu, Zayn Shen dapat merasakan bahwa saat itu suaranya terdengar sedikit gemetar, dia berdeham sebentar, lalu berkata: "Sekarang aku dan Miranda sedang berjalan-jalan di luar, sekarang sedang sangat sibuk, baiklah, aku tidak mengatakan apa-apa lagi, kami akan terus berjalan-jalan, aku tutup telepon dulu.”

Zayn Shen buru-buru mengakhiri pembicaraan, lalu segera menutup telepon, dan menghela nafas panjang.

Percakapan dengan Alberto Ji barusan benar-benar sangat berbahaya, sekarang dia masih ketakutan, sama sekali tidak akan ada tanda-tanda sampai dia bisa tenang.

"Ada apa?"

Dibelakangnya terdengar suara perempuan, Zayn Shen buru-buru menoleh dan melihat Miranda Wen yang sedang berjalan ke arahnya, di matanya seperti ragu-ragu.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja teman meneleponku.” Zayn Shen buru-buru mengkontrol emosinya, dia memasukkan ponsel ke dalam saku celananya, berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Apa benar tidak ada masalah? Kenapa aku bisa melihat jika kamu sedikit gugup?" Miranda Wen masih menatap Zayn Shen dengan tatapan menyelidiki, masih merasa sedikit tidak percaya.

Tatapannya saat baru menerima telepon, wajahnya terlihat panik, dengan matanya sendiri, Miranda Wen dapat melihatnya dengan jelas.

Zayn Shen menepuk bahu orang di depannya, dia tersenyum, "Benar-benar tidak ada masalah, kamu tidak perlu khawatir, sekarang kamu bisa tenang, tidak usah berpikir yang aneh-aneh."

Miranda Wen masih setengah percaya dan setengah ragu-ragu, tapi akhirnya menganggukan kepala.

Dia tidak bisa membantu tetapi mengulurkan tangan, dan mengelus perutnya sendiri, dia bisa merasakan sedikit tonjolan di perutnya, dan hatinya terasa sakit.

Apakah benar-benar mau memusnahkan anak ini? Meskipun dia juga telah memutuskan untuk memusnahkan anak ini, tetapi dia masih dilemma, karena bagaimana pun ini adalah darah dagingnya, dan anak itu sudah termasuk bagian dari dirinya, bagaimana bisa semudah itu?

"Baiklah, kamu jangan khawatir, sekarang aku akan menemanimu.” Zayn Shen dapat melihat jelas kekhawatiran yang ada di dalam hati Miranda Wen, dan di hadapannya mengatakan sesuatu yang dapat menghiburnya.

Pada saat yang sama, di sisi lain, Alberto Ji mendengar ponselnya berbunyi bip bip bip, lalu tatapan matanya menggelap.

Ternyata dia berani menutup telepon ku! Wajahnya seperti tidak puas, dan di dalam hatinya merasa sangat kesal, dengan kuat, dia menarik jas dan dasi di lehernya sehingga dia bisa bernafas dengan lega, untuk sesaat, leher nya berwarna putih seperti seputih salju itu terekspos begitu saja.

Dia memegang telepon dengan kesal, dia merasa panik dan sedikit lagi hampir saja dengan sekuat tenaga ingin melemparkan ponselnya ke tanah. Wajahnya juga tegang, dan bibir tipisnya terkatup rapat, tidak ada perubahan ekspresi wajahnya, masih semuram tadi, bahkan tidak bisa ditebak apa yang sedang dia pikirkan.

Tiba-tiba, dia terpikirkan sesuatu, lalu segera mengambil ponselnya, lalu membuat panggilan, dan meletakkan ponsel di telinganya, dan menunggu sesuatu.

Dengan cepat, di teleponnya, terdengar suara tawa : "Ada angin apa yang membuat Direktur Ji meneleponku?"

"Jangan berisik, ada sesuatu yang ingin ku tanyakan padamu.” Suara Alberto Ji terdengar tidak sabar.

Stefhen Gong yang berada di ujung telepon segera menyadari apa yang membuat Alberto Ji kesal, suasana hatinya sedang buruk, jadi dia segera mengubah nada suaranya, “Ada apa? Apakah terjadi sesuatu?"

Meski tidak bisa melihat wajah Alberto Ji, tetapi Stefhen Gong juga bisa membayangkan betapa jeleknya wajah Alberto Ji saat ini. Dia dan Alberto Ji sudah menjadi teman baik selama bertahun-tahun, di awal tahun itu, ketika Alberto Ji berada di luar negeri, keduanya sudah saling kenal, jadi dia tahu betul emosi Alberto Ji.

Dia sangat mengetahuinya dengan baik.

“Sekarang aku ingin kamu membantu menyelidiki sesuatu.” Terdengar lagi suara Alberto Ji.

“Katakan saja, masalah apa, hanya jika aku Stefhen Gong bisa membantu,aku pasti akan membantu mu.” Kata Stefhen Gong bersumpah di telepon, dia tidak lupa menepuk-nepuk pundaknya sendiri, tetapi setelah menyelesaikan gerakannya, dia menyadari bahwa Alberto Ji sama sekali tidak bisa melihat gerakannya, jadi dia segera berhenti melakukannya.

Setelah itu, Alberto Ji memberi tahu Stefhen Gong tentang penyelidikan tersebut, dan Stefhen Gong baru menyadari bahwa Alberto Ji ingin dia menyelidiki masalah yang berkaitan dengan Miranda Wen, jadi dengan cepat, dia berkata, “Tenang saja, aku ahli dalam hal ini, tunggu jika ada berita, aku akan menghubungi mu, kapan saja tunggu telepon dariku. "

“Ya,” Alberto Ji setuju, lalu menutup telepon.

Setelah menutup telepon, sejenak suasana menjadi hening, Alberto Ji dapat mendengar suara detak jantungnya dalam keadaan diam, suara detak jantungnya tidak berhenti berdebar-debar, dan hampir melompat keluar dari dadanya.

Dia menunggu dengan cemas, tetapi masih tidak bisa menghilangkan rasa gugup di dalam hatinya, dia melempar ponselnya ke samping.

Waktu berlalu begitu saja, detik demi detik dan menit demi menit, mata Alberto Ji melirik ke telepon yang baru saja di buangnya, dia selalu menunggu ponselnya berdering.

Tetapi setelah sekitar sepuluh menit, ponselnya masih masih tidak berdering, sama sekali tidak berbunyi.

Bahkan dia bisa menahan diri yang selalu gugup menunggu telepon, dia langsung mengangkat telepon dan melihat ke depannya, tetapi masih tetap tidak melihat jika ada yang menelepon.

Dia membuka halaman rekaman telepon, dan menemukan jika nomor pertama masih berhenti di rekaman teleponnya dengan Stefhen Gong sepuluh menit yang lalu.

Novel Terkait

Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu