Eternal Love - Bab 363 Terlepas Dari Bahaya

Zayn Shen terus menunggu di pintu ruang gawat darurat. Dia duduk dengan tidak tenang dan matanya terus menatap pintu ruang gawat darurat dengan sangat tidak tenang. Meskipun wajahnya sudah terlihat sedikit lelah, tapi dia tetap tidak bersedia memejamkan mata. Hatinya seperti mempunyai suatu keinginan besar, yang membuat pandangannya terus mengarah pada pintu ruang gawat darurat yang tertutup rapat.

Tidak tahu lewat berapa lama kemudian, pintu ruang gawat darurat tiba-tiba terbuka. Seorang perawat perempuan melepaskan masker, melihat pada orang-orang, dan teriak, "Siapa keluarga dari Miranda Shen!"

Zayn Shen tidak tahu sejak kapan dia sudah berdiri, melihat ke arah suster, dan bertanya dengan khawatir, "Aku adalah keluarga Miranda. Bagaimana kondisinya?"

Saat bertanya, Zayn Shen terus melihat ke arah suster, seperti menunggu sesuatu dan wajahnya terlihat sangatlah rumit.

Perawat wanita itu menilai Zayn Shen untuk sesaat dan berkata datar, "Pasien sudah meninggalkan masa darurat, kamu sudah bisa tenang. Tapi pasien belum sadar, perlu dirawat di rumah sakit untuk diamati lagi dan diobati selama beberapa waktu!"

Beberapa saat kemudian, beberapa perawat wanita mendorong Miranda Wen keluar. Miranda Wen terbaring begitu saja di atas ranjang pasien, menutup mata dengan wajah datar, seperti masuk ke dalam kondisi koma.

Zayn Shen dan beberapa perawat wanita mendorong ranjang pasien Miranda Wen, naik lift dan pergi ke suatu kamar pasien. Seorang perawat wanita merapikan beberapa alat medis, lalu berbalik dan pergi.

Zayn Shen duduk di samping ranjang Miranda Wen, menatap Miranda Wen dengan perasaan tidak tenang dan memanggil kecil, "Miranda ..."

Zayn Shen tidak hentinya memanggil nama itu, tidak tahu lewat berapa lama, perasaan hatinya baru berubah jauh lebih tenang, tapi pandangan matanya tetap terlihat tidak tenang.

Kebetulan di saat ini, seorang perawat wanita datang ke hadapan Miranda Wen, melihat Zayn Shen dan berpesan, "Pasien baru saja terlepas dari masa darurat, mungkin baru bangun empat atau lima hari lagi. Karena dia sama sekali tidak bisa makan, jadi aku akan menginfuskan sedikit vitamin. Kamu harus menjaganya, kalau dia bangun, ingat panggil aku, aku akan panggilkan dokter!"

Zayn Shen menganggukan kepala dan berkata datar, "Baik!"

Tidak lama setelah perawat meinggalkan kamar pasien, perawat kembali masuk sambil mendorong kereta. Sang perawat dengan terampil menyuntikkan jarum kepada Miranda Wen, menggantung kantong infus, lalu berpesan kembali pada Zayn Shen, "Ingat kalau infus sudah habis panggil perawat. Di ujung ranjang ada tombol warna merah, cukup tekan itu saja. Dan juga luka pasien ini agak parah, kamu harus melihatnya setiap saat, kalau ada perubahan apapun, ingat beritahu aku!"

Setelah berpesan, sang suster baru berbalik dan meninggalkan kamar pasien.

Tubuh Miranda Wen terbalut beberapa perban. Samar-samar bisa terlihat, di belakang perban masih terdapat sedikit bekas darah.

Melihat tampang Miranda Wen yang seperti ini, Zayn Shen merasa kasihan dalam hati. Melihat bekas darah di tangannya, dia ragu sebentar, baru kemudian keluar dari kamar pasien, dan pergi ke kamar mandi. Setelah dia membersihkan darah di tangannya, dia mencuci wajah sebentar, seketika merasa jauh lebih segar.

Zayn Shen kembali masuk ke dalam kamar pasien, duduk di samping Miranda Wen. Melihat tidak terjadi apa-apa pada Miranda Wen, dia diam-diam menghela napas lega.

Zayn Shen tidak tahu kapan Miranda Wen akan bangun. Rasanya seluruh sel dalam tubuhnya terasa sangatlah tidak tenang.

Kecemasan dan kekhawatiran dalam hatinya tertulis di wajah, tapi Zayn Shen tahu mau dirinya sepanik apapun, juga tidak ada gunanya. Dia hanya bisa menunggu pelan-pelan saja.

Waktu berlalu sedikit demi sedikit, Zayn Shen tiba-tiba merasa perutnya sangat lapar. Dia menundukkan kepala melihat jam di jam tangannya dan berkata sambil menghela napas, "Sudah jam sembilan lebih!"

Saat Zayn Shen melihat ke arah jendela, langit sudah berwarna hitam. Ruang ICU yang kosong rasanya sangatlah hening.

Dia mengelus perut yang sudah lapar, mengeluarkan aplikasi pemesanan makanan dan setelah asal memesan sedikit makanan, dia menyimpan ponsel, sekali lagi duduk di samping Miranda Wen, menatap Miranda Wen dengan khawatir. Hatinya mempunyai sebuah penantian. Tapi sampai sekarang, penantiannya tidak berubah menjadi kenyataan.

Setelah lewat beberapa saat, ponselnya tiba-tiba berbunyi, yang sekali lagi memutuskan pikirannya. Setelah melihat nama pesanan makanan di atas layar, dia menekan tombol dengar. Setelah telepon tersambung, dia menjelaskan posisinya sekarang, lalu mematikan sambungan.

Tidak tahu berlalu berapa lama, terdengar ketukan di pintu. Orang yang mengenakan pakaian pengantar pesanan masuk ke kamar pasien sambil tersenyum, menaruh makanan yang ada di dalam kotak, ke atas meja di samping Zayn Shen, lalu tersenyum datar dan berkata, "Ini adalah makanan tuan. Semoga tuan bisa memberikanku rating yang baik!"

Setelah selesai berkata, orang di hadapan Zayn Shen itu berbalik dan pergi dari sini.

Wangi makanan yang tercium, langsung menarik nafsu makan Zayn Shen dan karena merasa performa pengantar makanan ini lumayan baik, Zayn Sen mengeluarkan ponsel, membuka aplikasi pemesanan makanan, memberikan rating baik di pemesanannya tadi, lalu menyimpan kembali ponselnya.

Perutnya terasa sangat lapar. Zayn Shen mengambil makanan di atas meja, membuka bungkusan, dan langsung memakannya.

Di saat Zayn Shen sedang makan, ponsel lain yang ada di tubuhnya berbunyi. Ini adalah ponsel Miranda Wen.

Zayn Shen meletakkan makanan, mengerutkan dahi, mengeluarkan ponsel, melihat nama Elisha Yu yang ada di atas layar, ekspresi yang awalnya gugup baru berubah agak tenang.

Elisha Yu adalah sahabat terbaik Miranda Wen. Dia tahu akan hal ini, setelah mengerutkan dahi dan ragu sebentar, dia menerima telepon. Detik berikutnya, terdengar suara panik dari Elisha Yu, "Miranda, kenapa beberapa hari ini kamu tidak datang kerja? Aku sudah membantumu izin selama beberapa hari. Kalau kamu tidak datang lagi, mungkin tidak bisa izin lagi!"

Zayn Shen ragu sebentar dan berkata datar, "Itu, Miranda masuk rumah sakit. Aku adalah Zayn!"

Mendengar itu, suara Elisha Yu penuh kekhawatiran, "Dia baik-baik saja 'kan. Bagaimana keadaannya sekarang!"

Zayn Shen menceritakan masalah ini sejak awal sampai akhir, dan berkata dengan nada menghibur, "Kamu tidak perlu khawatir, di sini ada aku. Tolong kamu bantu dia minta izin lagi!"

"Baiklah, tolong kamu rawat dia. Aku akan mencari waktu untuk menjenguknya!" kata Elisha Yu.

Setelah menutup sambungan, Zayn Shen lanjut makan makanannya.

Beberapa hari ini Zayn Shen terus berhati-hati merawat Miranda Wen, tapi Miranda Wen tetap tidak ada tanda-tanda bangun. Namun untung saja kondisi Miranda Wen tidak bertambah parah. Hal ini membuat Zayn Shen tenang dan menjadi kurang khawatir pada Miranda Wen.

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu