Eternal Love - Bab 479 Kesedihan Sesaat

Melihat Miranda Wen seperti ini, Fendi Tsu juga tidak memaksanya tinggal, segera menganggukan kepala dan berkata, "Kamu pergi saja."

Miranda Wen membalikkan badan dan pergi dari rumah Keluarga Tsu. Beberapa hari ini di perusahaan benar-benar sangat sibuk. Miranda Wen mengendarai mobil dengan cepat dan pergi ke perusahaan.

Miranda Wen sambil membuka pintu, sambil berpikir, "Bagaimana kalau aku pergi makan dulu, lalu baru pergi menyelesaikan kerjaan."

Miranda Wen melangkahkan kaki, di saat bersiap pergi, tiba-tiba seseorang masuk dalam pandangannya, "Alberto... Kenapa kamu ada di sini?"

Melihat wajah Alberto Ji yang familiar itu, Miranda Wen masih sedikit terkejut. Tapi beberapa hari ini perusahaan mereka juga tidak kerja sama dengan Alberto Ji, dia seharusnya tidak akan muncul di sini. Jangan-jangan...

Di saat Miranda Wen sedang menebak-nebak, suara Alberto Ji seketika terdengar, "Kenapa kamu baru kembali sekarang, Miranda." Alberto Ji berjalan pelan ke arahnya.

Hati Miranda Wen bergetar kecil dan tersentak. Benar saja, seperti yang dia pikirkan, Alberto Ji benar-benar sedang menunggunya. Miranda Wen menundukkan kepala dengan sedikit tidak enak hati, "Aku... Tadi aku pergi membicarakan kontrak."

Mendengar nada bicara Miranda Wen, hati Alberto Ji tanpa sadar juga merasa sangat senang. Apa sekarang Miranda Wen sedang menjelaskan padanya? Kelihatannya ini adalah sebuah pembukaan yang bagus. Memikirkan ini, Alberto Ji yang awalnya masih merasa sedikit tidak senang, sekarang juga jauh lebih senang.

Alberto Ji menengadahkan kepala, melihat Miranda Wen, dan matanya penuh dengan rasa perhatian. Meskipun Miranda Wen yang sekarang jauh lebih hebat dari yang dia pikirkan dulu, tapi tidak peduli bagaimanapun itu, di hati Alberto Ji, Miranda Wen tetap adalah anak kecil yang perlu dijaga dan dilindungi, "Miranda, lalu bagaimana dengan kontrakmu itu."

Miranda Wen menengadahkan kepala, yang masuk dalam pandangannya adalah sepasang mata Alberto Ji yang dalam itu. Tidak tahu kenapa, Miranda Wen merasa sedikit tidak fokus, hatinya seperti terjatuh dari tempat tinggi, seketika kehilangan gaya gravitasi.

Miranda Wen dengan cepat mengalihkan pandangannya, lalu berkata pada Alberto Ji, "Tentu saja, lumayan lancar juga."

Mendengar perkataan Miranda Wen ini, Alberto Ji baru menganggukan kepala dengan tenang, "Bagus kalau begitu. Oh iya, kamu sekarang mau pergi kemana." Alberto Ji tanpa sadar teringat pada Miranda Wen yang tadi bersiap naik ke lantai atas tapi terlihat sedikit ragu itu, dan merasa bingung.

Alberto Ji mengingatkan, Miranda Wen baru tersadar. Dia hampir saja lupa apa yang ingin dia lakukan. Dia mau pergi makan, lalu lembur.

Miranda Wen menengadahkan pandangan melihat Alberto Ji, "Aku berencana pergi makan, lalu pergi ke perusahaan untuk lembur."

Perkataan Miranda Wen masuk ke telinga Alberto Ji. Dia menengadahkan kepala melihat sekilas ke arah Miranda Wen, di bawah mata cantik itu sudah sedikit hitam. Alberto Ji tanpa sadar merasa sedikit kasihan, "Kurangi lembur. Perempuan harus lebih cepat tidur. Jangan begitu kerja keras, ya?"

Miranda Wen menggelengkan kepala. Di perusahaan ada banyak masalah, kalau dia tidak selesaikan, siapa yang kerjakan? Sesulit apa pun bukankah harus dia sendiri yang selesaikan? "Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa."

Tiba-tiba, sebuah ide bagus muncul di benak Alberto Ji. Dia berkata lembut pada Miranda Wen, "Karena seperti itu, kita berdua pergi makan saja." setelah selesai bicara, mata Alberto Ji terlihat sedikit hati-hati. Seperti takut Miranda Wen tidak setuju, dia harus bagaimana.

Perkataan Alberto Ji seketika mengejutkan Miranda Wen. Dia langsung menengadahkan kepala dan matanya penuh keterkejutan, "Ah, kita berdua?" perlu diketahui, sebelumnya Miranda Wen sudah membuat keputusan, tidak akan berhubungan lagi dengan Keluarga Ji.

Teringat sikap Keluarga Ji sebelumnya padanya, dia sekarang mengingat kembali, masih saja merasa sangat marah. Tapi kalau dia pergi makan dengan Alberto Ji, bukankah sudah melanggar yang sebelumnya dia katakan?

Memikirkan ini, Miranda Wen menganggukan kepala, dalam hati seperti sudah memutuskan sesuatu, dia mau menolak ajakan Alberto Ji. Tapi tidak tahu kenapa, ketika dia bertatapan dengan mata Alberto Ji, dia malah sedikit ragu.

Miranda Wen bicara, dalam hati berpikir ingin menolak, tidak tahu kenapa malah berkata, "Baiklah."

Setelah Miranda Wen setuju, Alberto Ji seketika merasa senang. Hatinya dipenuhi rasa senang, "Aku tahu sebuah restoran yang lumayan bagus. Aku bawa kamu pergi saja."

Alberto Ji tidak menunggu respon Miranda Wen, langsung menggenggam tangan Miranda Wen, menariknya naik ke atas mobil.

"Aku..." Miranda Wen merasa tangannya hangat, melihat kepala bagian belakang Alberto Ji, tidak tahu kenapa dia merasa hatinya terasa aman. Selain itu perasaan seperti ini sangatlah familiar, seperti dulu juga pernah seperti ini...

Miranda Wen tidak tahu kenapa, dia jelas-jelas tidak mempunyai ingatan apa pun terhadap masalah dulu, tapi juga tidak suka terhadap Keluarga Ji. Tapi... Alberto Ji jelas-jelas juga adalah anggota Keluarga Ji, tidak tahu kenapa ketika menghadapi Alberto Ji, dia tetap tidak bisa mengatakan perkataan untuk menolak Alberto Ji.

Berpikir sampai sini, Miranda Wen tanpa sadar merasa sedikit pusing, rasa yang familiar kembali datang. Setiap kali selalu seperti ini. Selama dia merasa sudah akan teringat pada sesuatu, dia selalu merasa sangat pusing. Sudahlah, tidak ingin lagi...

"Kita mau pergi makan di mana? Apakah jauh?"

Mendengar suara Miranda Wen, Alberto Ji menolehkan kepala melihatnya sebentar lalu berkata, "Tidak jauh. Tidak lama kemudian sudah akan sampai. Kamu hanya perlu ikut aku saja."

Di bawah pembawaan Alberto Ji, dengan cepat Miranda Wen sampai di sebuah restoran yang lingkungannya sangat bagus. Miranda Wen menilai sekitar, menyadari di dalam hall besar tidak ada satu orang pun, tanpa sadar merasa sedikit ragu, tapi dia juga tidak berkata banyak.

Dii saat mereka berdua mulai duduk dan makan, tiba-tiba suara piano yang indah masuk ke telinga Miranda Wen. Saat ini, Miranda Wen baru menengadahkan kepala dan menatap Alberto Ji dengan hati-hati. Ini pasti Alberto Ji yang atur bukan...

Melihat sedikit keraguan di wajah Miranda Wen, Alberto Ji mengira Miranda Wen tidak terlalu puas terhadap makanan ini dan segera berkata dengan gugup, "Aku juga tidak tahu apakah makanan ini cocok dengan seleramu. Kalau tidak suka, kita ganti lagi."

Miranda Wen menggelengkan kepala, "Tidak, makanan-makanan ini lumayan cocok dengan seleraku." perkataan Miranda Wen bukan hanya untuk menenangkan Alberto Ji saja, makanan-makanan ini benar-benar cocok dengan seleranya. Kalau bukan karena tidak ada kesan apa pun, dia hampir saja curiga apakah dia dulu sangat dekat dengan Alberto Ji.

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu