Eternal Love - Bab 489 Kenapa tidak mengaku

“Buat apa kamu? Kamu, kamu, kamu......” Miranda Wen mendekap bibirnya sendiri, dengan wajah merah merona ia menatap Alberto Ji, malunya luar biasa.

“Kenapa? Apakah tidak boleh mencium wanitaku sendiri? Lalu mau diberi cium ke siapa?” Alberto Ji menatap Miranda Wen dengan mengeyel, lagipula Miranda Wen juga tidak bisa berbuat apa-apa ke dirinya.

Wajah Miranda Wen merahnya sampai seolah akan meneteskan darah. “Bicara apa kamu? Siapa juga yang wanita kamu, aku bukan.” Miranda Wen berpaling mengabaikan orang yang mengeyel itu. Alberto Ji memeluk Miranda Wen dengan lembut.

Ditahannya tangan yang meronta itu, “Miranda, aku benar-benar bahagia sekali, semoga kita selalu baik, selau aman sentosa.” Ia letakkan kepalanya di atas bahu Miranda Wen, nada bicara Alberto Ji agak serak.

Keduanya saling berpelukan, suasana terkesan begitu harmonis, tapi tidak tahu kenapa di suasana yang seharusnya harmonis ini, Miranda malah merasa ada yang melototinya dengan bengis dari belakang, tapi tidak tampak ada siapa-siapa saat menoleh.

Miranda Wen menggeleng dan dalam hati mengatakan dirinya pasti berpikir terlalu banyak, terlalu suka panik dengan hal apa pun. Sedangkan saat dia menoleh, Violet Qin yang di jendela menghela nafas lega.

Sikapnya yang mengintip memang sudah aneh, ditambah lagi tidak disangka malah hampir ketahuan oleh wanita itu, untung dia langsung menunduk. Violet Qin menepuk dada dan merasa sangat beruntung, kalau memang hari ini sudah sampai begini, maka tidak ada gunanya dia tetap di sini.

Setelah memandang ke arah Miranda Wen sekilas, Violet Qin beranjak pergi.

“Sudah kenyang? Masih ingin makan sesuatu?” Tanya Alberto Ji dengan perhatian, walaupun tadi sudah makan, tapi setelah “olahraga yang begitu seru”, takutnya Miranda Wen lapar lagi.

“Tidak perlu, sudah kenyang.” Miranda Wen menggeleng, menolak tawaran Alberto Ji. Seketika ruangan menjadi hening, tapi tidak terkesan canggung, melainkan penuh dengan kehangatan.

“Ayo, aku antar kamu pulang! Sudah malam, setelah pulang nanti istirahat yang awal, besok masih ada urusan di perusahaan bukan?” Meskipun Alberto Ji sangat ingin melakukan sesuatu yang membuat orang tersipu malu bersama Miranda Wen, tapi baru pertama kali seperti ini, jadi lebih baik tidak terburu-buru.

Miranda Wen mengangguk, membiarkan Alberto Ji mengantar sampai ke tempat tinggalnya. Sebenarnya dia yang melamun di mobil tidak menyadari kalau dirinya sama sekali tidak memberitahu alamat, tapi Alberto Ji sudah mengantarnya dengan alamat yang tepat.

Dilepaskannya sabuk pengaman, baru saja ingin membuka pintu mobil dan keluar, Miranda Wen ditahan oleh Alberto Ji : “Sebentar, masih ada satu hadiah untuk kamu, pejamkan matamu.” Miranda Wen terkejut oleh tindakan Alberto Ji, namun tanpa sadar dengan patuhnya dia memejamkan mata.

Kemudian dia merasa ada sesuatu yang lunak menempel di bibirnya, wangi yang familiar membuat ia langsung tahu itu adalah bibir Alberto Ji. Dengan serba salah ia tidak tahu harus bagaimana, untungnya Alberto Ji tidak lama.

“Aku pergi dulu, sampai jumpa.” Tanpa menunggu Alberto Ji bersuara, Miranda Wen sudah kabur. Alberto Ji menggelengkan kepala sambil menatap sosok belakang Miranda Wen, ia tersenyum lebar.

Miranda Wen langsung berlari sampai ke rumahnya, ditutupnya pintu dengan sekuat tenaga, kemudian menyentuh bibirnya sendiri.

Belakangan ini Zayn Shen tidak bisa tidur, dalam hatinya terus memikirkan siapa wanita hari itu, kalau adalah Elisha Yu, kenapa dia tidak mengaku? Bukankah biasanya seorang gadis sangat mementingkan kesucian?

Terutama di malam itu, gadis itu baru pertama kali. Ini membuat Zayn Shen tidak mengerti, selalu ini yang dia pikirkan setiap jalan, kerja, makan, dan tidur.

“Bos, belakangan ini air muka kamu tidak baik, sedang sakit? Apa perlu periksa ke rumah sakit? Harus baik-baik menjaga kesehatan!” Sekretaris memandang Zayn Shen dengan cemas, karena beberapa hari ini bosnya sangat tidak wajar, wajah memucat dan tampak tidak bersemangat.

“Tidak kenapa-kenapa, aku bisa ada masalah apa? Ini berkasnya.” Zayn Shen melambaikan tangan dengan cuek.

Sekretaris menerima berkas yang diberi Zayn Shen, refleks dia mencibir, bos ini masih bilang tidak apa-apa, padahal coba lihat, barang apa yang ia beri sekarang?

“Bos, ini data pembukaan proyek, yang aku mau itu yang anda tandatangan tadi, anda sepertinya salah beri.” Sekretaris menyodorkan kembali berkas tersebut, Zayn Shen otomatis menerimanya.

“Oh oh oh, aku salah lihat, yang ini.” Zayn Shen menyodorkan satu berkas lagi ke sekretaris.

“Bos, ini adalah laporan rapat? Sebenarnya anda kenapa belakangan ini, tidak fokus, kalau benar-benar ada apa, harus periksa ke rumah sakit, tetap kesehatan yang paling penting.” Sekretaris menggeleng, kemudian mengambil berkas yang di sudut meja.

Dengan tersenyum kecut Zayn Shen memandang sekretarisnya keluar. Sakit? Sepertinya dia terlalu memikirkan masalah ini. Sebenarnya orang di malam itu Elisha Yu atau bukan. Dia pikir sudah waktunya harus mendapatkan jawaban, kalau tidak, setiap hari begini malah cepat atau lambat akan menimbulkan masalah.

Keesokan paginya Zayn Shen datang ke perusahaan Miranda Wen, sudah agak lama menunggu masih tidak melihat batang hidung Elisha Yu, saat ini baru Zayn Shen sadar dirinya datang terlalu awal, baru ada beberapa orang saja di perusahaan.

Mau tidak mau ia menunggu dengan gelisah di situ, tunggu bertemu Elisha Yu, dia bisa menanyakannya dengan jelas. Zayn Shen duduk dan beristirahat di bangku.

Miranda Wen memasuki kantor dengan tergesa-gesa, untung tidak terlambat, semua ini gara-gara Alberto Ji jahat yang kemarin seperti itu ke dirinya, sehingga dirinya bolak-balik di ranjang tidak bisa tidur, bayangan gambaran itu terus muncul di benaknya.

Ia menundukkan kepala melihat jam, ternyata masih ada beberapa menit, ia pun menghela nafas lega dan memperlambat langkahnya menuju ruangan. Tidak disangka malah bertemu seseorang di depan pintu.

“Zayn Shen? Kenapa kamu di sini? Ada apa?” Miranda Wen kebingungan melihat Zayn Shen yang duduk di depan pintu, karena mereka juga tidak banyak saling kontak, kenapa tiba-tiba pagi-pagi sudah duduk di depan pintu kantornya?

“Tidak ada apa-apa, hanya datang melihat-lihat.” Jelas sekali Zayn Shen berbohong, dan tanpa disadari ia terus mengamati sekeliling Miranda Wen saat bicara, karena Elisha Yu adalah asisten Miranda Wen, seharusnya ada bersama dia, tapi ia tetap tidak menemukan sosok Elisha Yu.

“Baiklah, kamu duduk di dalam saja! Aku ambilkan segelas air untukmu.” Meskipun tidak tahu Zayn Shen ke sini untuk apa, tapi tata krama yang paling mendasar tetap harus ada.

Zayn Shen menerima gelas yang disodorkan, lalu duduk di kantor Miranda Wen tanpa bersuara, seperti sedang menantikan sesuatu.

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu