Eternal Love - Bab 287 Kamu Harus Menunggu Ku

Setiap menit dan detik berlalu, bagi Alberto Ji, terasa seperti satu abad.

Melihat ponsel yang masih berlayar hitam, hatinya kacau, dia bingung dan perasaannya benar-benar campur aduk, sepertinya dia tidak pernah lebih gugup dari sekarang ini, ini semua karena Miranda Wen.

"Ding ling ling ……"

Setelah lewat sepuluh menit, akhirnya ponselnya berdering lagi. Alberto Ji mengangkat teleponnya dengan panik, lalu melihat Stefhen Gong yang menelepon, dia menjawab telepon tanpa penjelasan apapun.

“Halo?” Suaranya terdengar gugup dan terdengar lebih rendah.

"Baru saja aku memeriksanya.” Kata Stefhen Gong.

“Bagaimana? Apa yang telah kamu temukan? ”Alberto Ji tidak sabar dan segera bertanya, dia merasa dadanya sedikit sesak, jadi dia berdiri, dan berjalan ke arah jendela, dengan santai, dia membuka jendela, dia ingin bernafas.

Karena hatinya sedang resah, dia mudah teringgung.

“Aku sudah melacaknya, sekarang dia sedang berada di rumah sakit swasta.” Kata Stefhen Gong, sambil berkata, dia sambil melaporkan alamat rumah sakit tersebut.

"Kalau begitu kamu ..." Setelah melaporkan alamat rumah sakit swasta itu, dia masih ingin bertanya kepada Alberto Ji, masih belum mengatakannya, tidak disangka teleponnya terputus begitu saja.

Stefhen Gong melihat ke ponselnya dengan curiga, dan menghela nafas tidak berdaya, berpikir bahwa Alberto Ji benar-benar merasa cemas, dia mencemaskan seorang wanita sampai seperti ini.

Alberto Ji menutup teleponnya, lalu mengambil jaket yang baru saja dia taruh, sekalian mengambil kunci mobil dan berlari keluar.

Saat duduk di dalam mobil, dengan cepat dia menyalakan mesin dan menjalankan mobil dengan kecepatan seperti sakelar yang bergerak cepat.

Wajahnya masih terlihat tegang, sepasang mata nya memandangi jalan dengan fokus, kedua tangannya memegang setir dengan erat, dan urat biru di punggung tangannya mulai sedikit menonjol.

Miranda Wen, kamu harus menunggu ku!

Miranda Wen berada di dalam rumah sakit.

Miranda Wen duduk di hadapan dokter dengan tegang, Zayn Shen ada di samping menemaninya.

“Apa kamu sudah memutuskan untuk tidak menginginkan anak ini?” Dokter itu memegang kacamata berbingkai hitam di pangkal hidungnya dan bersungguh-sungguh bertanya kepada Miranda Wen.

Walaupun ini ada keputusan yang besar, dia perlu bertanya lagi dengan jelas, meskipun sebelumnya dia sudah pernah menanyakan ini, menurutnya anak yang berada di dalam perut Miranda Wen itu normal, sangat disayangkan jika anak ini tidak diinginkan.

Tapi dia hanyalah seorang dokter, tidak berhak mencampuri pilihan pasien, dia hanya bisa menghormati keputusan pasiennya.

Untuk sejenak, Miranda Wen ragu-ragu, lalu menganggukkan kepala, "Dokter, aku sudah memikirkannya baik-baik."

“Sekarang jika kamu sudah siap, mari pergi ke ruang operasi bersamaku.” Pada saat ini sang dokter sudah berdiri dari kursinya dan melihat ke arah wanita yang ada di depannya.

Dengan susah payah, Miranda Wen menggerakkan langkahnya, dan berjalan dengan dokter, ditemani oleh Zayn Shen yang ada di sampingnya. Zayn Shen merangkul Miranda Wen dengan hati-hati, dia melihat wajah Miranda Wen yang sedikit melemah, dia merasa sangat tidak nyaman.

“Jangan takut, ada aku di sini.” Zayn Shen yang berada di samping Miranda Wen berkata dengan pelan, suaranya terdengar lembut.

Miranda Wen menggigit bibirnya dengan erat dan menganggukkan kepala, tanpa bersuara. Sekarang dia telah mengambil keputusan, dan dia harus menanggung segala konsekuensi dan biaya untuk keputusannya tersebut, entah baik atau buruk, dia harus menerimanya dengan lapang dada.

Meskipun dia tidak bisa menenangkan diri, paling tidak, dia meredakan hatinya yang kacau.

Dia berjalan ke ruang operasi yang dingin, Miranda Wen merasakan tangannya sedikit gemetar.

“Ikut dengan ku.” Dokter berkata kepada Miranda Wen, melihat Miranda Wen sedikit gugup, dia berkata: “Jangan gugup, operasi ini berjalan dengan sangat cepat, kamu akan disuntik dengan anestesi, kamu tidak akan merasa sakit."

Lalu Miranda Wen memasuki ruangan operasi dengan dokter.

Di dalam hatinya, Zayn Shen juga merasa sangat gugup, mengkhawatirkan Miranda Wen, dia ingin masuk ke dalam ruang operasi, tetapi perawat yang ada disampingnya, menarik lengannya untuk pergi.

"Kamu tidak bisa masuk, hanya bisa menunggu di luar."

Meskipun Zayn Shen terlihat enggan, dia berdiri tidak berdaya di luar ruang operasi, melihat pintu ruang operasi tertutup rapat, terdengar suara pelan saat pintu menutup.

Di dalam ruang operasi, Miranda Wen mengamati sekelilingnya, di depannya ada tempat tidur, dan di samping tempat tidur ada peralatan operasi yang dingin, semuanya terasa dingin sehingga dia tidak bisa berhenti gemetar.

Tangannya mulai gemetar, dan kakinya pun berhenti bergerak.

Ternyata ketika semuanya benar-benar berada di hadapannya, dia masih merasa takut. Dia tahu bahwa dirinya bukanlah orang yang suci, tetapi dia hanyalah manusia biasa.

“Cepat berbaring ke tempat tidur.” Dokter melihat Miranda Wen yang tidak merespon untuk waktu yang lama, jadi dia berbicara di depannya.

Mata Miranda Wen yang tadi nya mulai terasa kabur, akhirnya mulai kembali fokus, dia mulai bereaksi, lalu menggerakan kakinya, berjalan ke samping tempat tidur.

Dokter melihat bahwa dia sedikit takut, jadi dia tersenyum kepadanya dan berkata, "Tidak apa-apa, sebentar juga akan selesai, kamu berbaring saja, dan semua akan baik-baik saja."

Menurut arahan dari dokter, Miranda Wen berbaring di ranjang rumah sakit yang dingin, dan di sekitarnya, dia melihat peralatan oeprasi yang dingin, dia merasa jantungnya kedinginan, dan tiba-tiba matanya terasa sedikit lembab.

Dia memejamkan matanya erat-erat, tidak ingin air matanya menetes, tetapi di celah matanya yang tertutup, tanpa suara air mata menetes dan mengalir di pipinya, lalu membasahi bantal yang ada di ranjang rumah sakit.

Bantal yang berwana seputih salju itu pun langsung menjadi basah.

Dengan enggan, Miranda Wen menyadari bahwa dirinya masih enggan, bagaimanapun, ini adalah hidup seseorang, tidak peduli siapa ayah dari anak ini, anak ini adalah milik Miranda Wen.

Ini sama saja seperti menghancurkan hidup baru dengan tangannya sendiri, bagaimana dia bisa melakukan hal semacam ini, anak ini belum lahir ke dunia, bahkan dia belum melihat dunia dengan matanya sendiri, dan dia pergi begitu saja, benar-benar membuat hatinya terasa sakit.

“Tenang saja, jangan gugup, sebentar juga selesai,” Suara dokter itu terdengar di telinganya, tubuh Miranda Wen sedikit bergerak, tetapi dia masih terlalu gugup, kedua tangannya mencengkram erat sprei kasur rumah sakit yang berwarna putih.

Dengan cepat, lembaran sprei itu menjadi kacau, meninggalkan banyak kerutan.

Zayn Shen masih mondar-mandir berada di koridor luar ruang operasi, dia sama sekali tidak bisa duduk diam, dia merasakan jantungnya berdegup dengan kencang, dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menepuk-nepuk dadanya, dia ingin detak jantungnya agak sedikit lebih tenang.

Namun sepertinya tidak berhasil.

Jantungnya masih berdetak kencang, seolah melebihi kecepatan cahaya.

Seiring berjalan waktu, dia selalu memandang ke ruang operasi, tetapi melewati celah pintu, dia sama sekali tidak tahu keadaan di dalam ruangan operasi.

Dia hanya bisa menyatukan tangannya dalam diam, lalu berdoa dalam hati: Miranda, kamu pasti akan baik-baik saja.

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu