Eternal Love - Bab 22 Sangat Putus Asa

Sekitar jam sebelas pagi.

Di luar ruangan pesta, semua tamu telah tiba. Pembawa acara berdiri di atas panggung sambil tersenyum, mengambil mikrofon untuk memberikan pidato dan mengucapkan terima kasih kepada para tamu yang hadir hari ini.

Orang tua kedua belah pihak sibuk menghibur para tamu, dan seluruh jadwal pernikahan berlangsung satu demi satu.

Di ruang tunggu, Bernando Ji, yang telah mengganti bajunya sedang bermain dengan rubik di tangannya. Dia hanya diam dan asyik di dunianya sendiri.

Alberto Ji, sebagai saudara lelakinya, duduk di sebelahnya dan mengawasi saudaranya dengan sabar, tanpa kekesalan di wajahnya.

Keheningan di ruangan itu akhirnya dipecahkan oleh ketukan di pintu. Orang yang datang adalah pengurus rumah Ji.

"Tuan muda, pernikahan akan segera dimulai. Sudah waktunya bagi tuan muda kedua untuk keluar."

Alberto Ji mengangguk, lalu berdiri dan memegang bahu Bernando Ji. Dia bertanya, "Bernando, apakah kamu ingat apa yang baru saja aku katakan? Kamu tidak boleh bertingkah aneh selama pesta berlansung." Kata-katanya terdengar sangat lembut

"Baik." Bernando Ji berkedip. Dia menaruh kesamping barang yang ada di tangannya. Tatapan matanya terlihat sangat polos.

"Memang hanya tuan muda pertama yang didengar oleh tuan muda kedua." Pengurus rumah yang sudah tua itu merasa tersentuh saat melihat kedua saudara itu memiliki hubungan yang baik, namun sekarang Bernando Ji akan segera menikah.

Alberto Ji tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia menjelaskan semuanya dan membawa Bernando Ji keluar dari ruangan pengantin pria.

Pada saat ini, ruang pengantin wanita juga diberitahu bahwa acara akan segera dimulai.

Miranda Wen tertegun selama beberapa detik dan tiba-tiba merasa semua ini seperti mimpi. Ini sangat tidak nyata dan dia hanya punya sedikit waktu untuk bersiap.

Hari ini, dalam beberapa jam kemudian, dia akan melangkah ke kehidupan yang tidak diketahui dan tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Setelah berusaha untuk menghentikan pikirannya yang berantakan, akhirnya, Miranda Wen menarik napas dalam-dalam dan dengan enggan membuka mulutnya, "Elisha Yu, ayo kita pergi."

Melihatnya seperti ini, mata Elisha Yu tiba-tiba memerah dan akhirnya dia sudah tidak tahan lagi untuk tidak menahan Miranda Wen, dia menggenggam tangan Miranda Wen dan berkata "Tidak, tidak perlu menikah! Ayo kita pikirkan jalan keluarnya bersama-sama. Pernikahan ini dibatalkan saja!"

"Tidak ada jalan untuk kembali lagi, Elisha Yu. Aku tidak bisa mengabaikan kehidupan Dessie. Hari ini adalah hari pernikahanku. Kamu harusnya memberikanku selamat..." Miranda Wen tersenyum lembut, seolah dia benar-benar seorang pengantin yang bahagia.

Mana bisa dia pergi begitu saja? Demi Dessie, pernikahan ini tetap harus dijalankan.

Tetapi, walaupun dia kelihatannya kuat, namun hatinya itu rapuh dan rentan.

Akhirnya, Miranda Wen tidak bisa menahan hidungnya yang berair dan memeluk temannya dengan erat. "Aku baik-baik saja. Jika kamu melakukannya lagi, aku tidak bisa menahan tangisku lagi ..." dia mencoba untuk menahan tangisnya.

Elisha Yu diam-diam menyeka air mata. Dia tahu bahwa tidak ada kesempatan untuk berbalik lagi, dia pun akhirnya memasang senyum di wajahnya.

"Aku akan menemanimu, Miranda. Aku akan memberimu restu. Kamu akan bahagia. Kamu akan ..."

Karena sudah didesak untuk masuk oleh pengurus upacara, Miranda Wen akhirnya berjalan keluar ruangan ditemani oleh sahabatnya, setiap langkah sangatlah berat.

Di aula pesta, lagu pernikahan telah dimainkan, dan Melvin Wen yang sudah menunggu disamping, memasang senyuman di wajahnya.

Miranda Wen berusaha untuk tidak memandangi wajah yang menjijikkan itu. Dia langsung menggandeng lengan Melvin Wen dan berjalan selangkah demi selangkah menuju ujung karpet merah dengan tatapan dari para tamu yang iri.

Kemegahan pesta pernikahan ini membuat Miranda Wen tidak bisa berkata-kata. Seluruh ruangan terlihat sangat indah.

Dekorasi aula tersebut sangatlah mewah, mawar putih yang harum bertebaran di seluruh ruangan, menambah suasana pernikahan.

Di ujung karpet merah, terlihat Bernando Ji mengenakan jas putih. Dia sangat tampan. Dia memandang kiri dan kanannya dengan gelisah. Namun ada seseorang yang terus menatap Miranda Wen.

Miranda Wen harus mengakui bahwa Alberto Ji adalah orang yang tampan.

Dia memiliki fitur wajah yang sempurna tanpa cela, aura yang dia keluarkan sangatlah kuat, dia terlihat sangat memukau, hanya berdiri di bawah lampu saja dapat terlihat seperti pangeran dari dongeng.

Kedua mata yang menatapnya dengan sangat dalam, seolah dapat membuat seseorang jatuh ke dalam pandangannya hanya dengan memandangnya sekilas saja.

Untuk sesaat, Miranda Wen berpikir dia adalah mempelai pria.

Andai saja mempelai prianya adalah Alberto Ji.

Miranda Wen terkejut dengan pikiran yang muncul dari benaknya. Dia memarahi dirinya sendiri karena memiliki pikiran yang konyol. Namun, jantungnya berdegup kencang sehingga dia tidak bisa mengendalikannya.

Pembawa acara di atas panggung melihat pengantin wanita telah keluar, lalu dia memegang mikrofon dan memberikan ucapan terimakasih lagi dan membuat seluruh ruangan menjadi ramai.

Miranda Wen segera dibawa ke depan panggung.

Karena ide yang konyol tadi, dia berusaha untuk berhenti menatap Alberto Ji.

Melvin Wen memandang menantunya dengan hati-hati. Dia tersenyum beberapa kali dan mengangkat kepalanya. Dia tidak tahu seberapa puas dia dengan pernikahan itu.

Kemudian, karena takut keluarga Ji akan menyesal, dia segera meletakkan tangan Miranda Wen di lengan Bernando Ji dan berkata dengan nada munafik, "Bernando, aku percayakan anakku padamu."

Miranda Wen mengerutkan kening dan berusaha melawan rasa jijik yang dikarenakan oleh kata-kata ayahnya. Jika dia bisa memilih, dia lebih suka berjalan sendiri melalui karpet merah ini.

Sekarang, Melvin Wen menyerahkannya seperti ini. Tampaknya dia adalah benda yang tidak berharga, yang bisa diberikan kepada orang lain sesuka hati.

Dibandingkan dengan antusiasme Melvin Wen yang berlebihan, Bernando Ji tidak menanggapi hal ini, dia hanya menatap Miranda Wen dengan matanya, dan tertawa seperti anak kecil.

"Istriku Miranda, kamu sangat cantik. Bibi pengurus rumah memberitahuku bahwa kamu akan menjadi istriku, jadi aku tidak boleh memanggilmu adik Miranda..."

Mendengar komentar ini, hadirin tertawa.

Melvin Wen langsung merasa canggung. Dia turun tanpa berkata apa-apa, dan meninggalkan Miranda Wen berdiri dengan canggung. Dia tidak tahu bagaimana harus bereaksi, dan dia tanpa sadar melihat ke arah Alberto Ji.

Merasakan tatapan mata dari Miranda Wen, Alberto Ji menoleh ke belakang dan merasa lubuk hatinya seperti ditusuk-tusuk, tetapi dia tidak menunjukkannya di wajahnya. Dan dengan tenang mengisyaratkan pembawa acara, "Saatnya untuk memulai."

Kalimat ini seperti sebuah vonis pada Miranda Wen. Sejak saat itu pun, dia dicap sebagai keluarga Ji.

Mata Miranda Wen berangsur-angsur menjadi gelap, seolah matanya ditutupi oleh lapisan kesedihan, dan hatinya dipenuhi dengan kepahitan yang tak terhitung jumlahnya, yang hampir menenggelamkannya.

Apa yang terjadi kemudian, dia sudah tidak peduli lagi.

Dia telah berfantasi tentang adegan pernikahannya yang tak terhitung jumlahnya, baik hangat ataupun romantis, tetapi dia tidak berpikir pernikahannya akan menjadi seperti ini.

Sangat terburu-buru dan tidak ada perasaan, bahkan terlihat konyol, seolah-olah pernikahannya adalah sebuah transaksi.

Apakah ini pernikahannya? Apa akan seperti ini saja?

Apa yang dia harapkan? Miranda Wen tidak bisa menahan tawa di dalam hatinya karena merasa semua ini sangatlah menyedihkan. Matanya terlihat sangat putus asa.

Novel Terkait

Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu