Eternal Love - Bab 256 Merasa Seperti Digerebek karena Berselingkuh

Zayn Shen tetap berada di dalam kamar. Setelah lewat kurang lebih sepuluh menit, dia dengan hati-hati membuka pintu kamarnya. Untuk mencegah terjadinya kejadian tidak terduga seperti terakhir kali, kali ini Zayn Shen menjulurkan kepalanya dulu sebelum keluar, dengan hati-hati menyelidiki keadaan di luar pintu.

Setelah memastikan bahwa Alberto Ji tidak berada di luar pintu, Zayn Shen berjalan keluar ruangan dengan percaya diri dan dengan cepat berlari menuju kamar Miranda Wen.

Begitu melihat Zayn Shen, Miranda Wen sedikit panik, tujuan dia kali ini datang sebenarnya ingin menyelesaikan benda kecil di perutnya ini, tapi bukannya selesai, dia malah membuat dirinya terlibat masalah.

"Zayn, apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Aku merasa rencananya sama sekali tidak jalan."

Kata-kata Miranda Wen juga menjadi masalah yang saat ini sedang dipikirkan oleh Zayn Shen, memang kalau setiap saat selalu terjadi masalah mendadak seperti kejadian hari ini, sangatlah merepotkan, apalagi perut Miranda tidak bisa ditunda sama sekali, akan sangat merepotkan kalau sudah lewat tiga bulan.

"Porselen kecil, jangan khawatir. Masalah terbesar kita sekarang adalah sepupu kita selalu muncul tiba-tiba di setiap kesempatan. Jika kita ingin berhasil menjalankan rencana kita sekarang, kita harus mencari alasan untuk menyingkirkan sepupu itu dulu, jika tidak, dengan adanya dia mengawasi kita sepanjang waktu, sama sekali tidak ada cara untuk memulai. "

Mendengar perkataan Zayn Shen, Miranda Wen pun mengangguk setuju. Zayn Shen benar. Hambatan terbesar saat ini adalah Alberto Ji.

"Tapi, bagaimana kita bisa menemukan alasan untuk mengalihkan Kakak."

Meskipun memang benar begitu, bukanlah tugas yang mudah untuk menyingkirkan Alberto Ji. Terlebih lagi, untuk seseorang yang secerdas Alberto Ji, asal mereka menunjukkan sedikit gelagat saja, maka segalanya akan berakhir, pasti akan ketahuan.

Dalam sekejap, ruangan besar itu tiba-tiba menjadi sunyi senyap.

Baik Miranda Wen maupun Zayn Shen sama-sama menunjukkan sedikit kesusahan di wajah mereka. Memikirkan ide itu masih gampang. Masalah utamanya adalah tidak tahu apakah metodenya bisa diterapkan atau tidak, menghadapi penerapan Alberto Ji, dan masih harus memikirkan puluhan ribu kemungkinan.

Saat keduanya sedang berdiskusi, tiba-tiba bel di kamar Miranda Wen berbunyi.

“Siapa, sudah semalam ini.” Meskipun Miranda Wen agak bingung, dia tidak tahu siapa yang mengetuk pintu semalam ini, tapi dia tetap berdiri dan berjalan menuju pintu.

Tiba-tiba, Zayn Shen seperti terpikir akan sesuatu, sebuah kilatan cahaya lewat di matanya, dan dengan buru-buru dia berkata kepada Miranda Wen: "Jangan membukanya dulu. Lihat dulu siapa orangnya melalui lubang pintu."

Untung saja Zayn Shen bersikap waspada, jika tidak, kalau Miranda Wen langsung membuka pintu maka semuanya akan berakhir. Miranda Wen mencondongkan tubuh ke lubang pintu dan melihat bahwa orang yang berdiri di luar pintu adalah Alberto Ji.

Untuk sesaat, tangan Miranda Wen yang tergeletak di pintu tidak bisa menahan gemetar. Dia bergegas masuk dan berkata kepada Zayn Shen, "Apa yang harus aku lakukan, Kakak yang datang."

Benar saja, apa yang ditakuti maka itulah yang akan terjadi. Zayn Shen tadi masih berpikir jangan sampai orang itu adalah Alberto Ji, tidak disangka akan diberitahu oleh Miranda Wen di detik berikutnya bahwa yang berdiri depan pintu adalah Alberto Ji, dan dalam sekejap Zayn Shen hanya merasakan lubuk hatinya yang hancur.

Benar-benar apa yang paling ditakuti, maka itulah yang akan terjadi, memikirkan ini, membuat Zayn Shen tak bisa tidak mengernyitkan dahinya.

Melihat Miranda Wen terlihat sedikit bingung, Zayn Shen dengan cepat berkata: Tunggu sebentar, tunggu sampai aku menemukan tempat untuk bersembunyi barulah kamu buka pintunya.

Setelah selesai berkata, Zayn Shen tidak peduli dengan yang lain lagi dan mulai mencari-cari di kamar Miranda Wen, ingin mencari tempat untuk bersembunyi, tetapi tidak menyangka tidak bisa menemukannya.

Dan saat ini di luar pintu, Alberto Ji tanpa lelah membunyikan bel pintu berkali-kali, seolah-olah apabila Miranda Wen tidak keluar untuk membukakan pintu untuknya, dia tidak akan pergi.

Melihat Zayn Shen yang tidak dapat menemukan tempat persembunyian, Miranda Wen mengerutkan kening. Bel di luar pintu terus berbunyi, "Pergi dan tiarap di balkon."

Mendengar perkataan Miranda Wen, Zayn Shen langsung mengerutkan kening, saat hendak menyangkal Miranda Wen, bel pintu berbunyi lagi, Zayn Shen mengertakkan gigi, lupakan saja, saat ini, kalau pun tidak pergi tiarap di balkon, maka tidak ada cara yang lebih baik lagi. Jika menunggu sampai Alberto Ji melihatnya di sini, segalanya akan menjadi lebih sulit.

Memikirkan hal ini, mata Zayn Shen menjadi gelap tanpa sadar, dan dengan cepat berlari keluar ke balkon untuk tiarap.

Dan saat ini, Alberto Ji yang berada di luar pintu, tadinya dia baru saja berbaring sendirian di kamarnya yang besar, lalu terpikirkan Miranda Wen dengan gerakan-gerakan kecilnya, entah mengapa semakin dipikirkan, semakin merasa aneh, ini membuat dirinya menjadi tidak bisa tidur sama sekali.

Sebelum tidur, dia berpikir bahwa dia harus melihat keadaan Miranda Wen dulu, jika tidak batu besar di hatinya tidak akan pernah jatuh ke tanah.

Berpikir sampai di situ, tangan Alberto Ji pun menekan tombol bel pintu semakin kencang. Melihat Miranda Wen tidak keluar untuk membuka pintu dalam waktu yang lama, hati Alberto Ji mau tak mau menjadi cemas lagi.

Akhirnya, setelah beberapa saat, pintu kamar diklik dan perlahan dibuka oleh Miranda Wen, menampakkan wajah mungilnya yang halus itu.

Melihat Miranda Wen masih membungkus kepalanya dengan handuk, dan ada beberapa tetesan air di wajahnya, dia tampak seperti baru saja selesai mandi. Wajah kecilnya tersipu sambil bertanya pelan kepada Alberto Ji: "Kakak, sudah semalam ini ada masalah apa?"

Begitu Alberto Ji masuk ke kamar Miranda Wen, dia mulai melihat sekeliling, seolah ingin melihat apa yang berbeda.

Miranda Wen merasa sedikit bersyukur ketika melihatnya, untungnya dia pintar, meminta Zayn Shen untuk lari keluar bersembunyi, kalau tidak dia sudah mati sekarang.

Memikirkan saat ketika Miranda Wen datang untuk membuka pintu barusan, tetapi butuh waktu lama untuk datang, sinar mata Alberto Ji meredup, dan berkata kepada Miranda Wen dengan sedikit keraguan: "Mengapa kamu butuh waktu begitu lama baru membukakan pintu untuk aku? "

Begitu ucapan Alberto Ji keluar, Miranda Wen langsung menunjuk rambutnya yang masih terbungkus handuk, “Tadi aku lagi mandi, bagaimana aku bisa mendengarnya? Setelah mematikan air, aku baru sadar ada sedikit suara datang dari luar pintu. "

Miranda Wen tersenyum dengan muka yang memang sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh Alberto Ji, untunglah dia berlari ke toilet untuk membasahi rambutnya, jika tidak maka akan sangat susah untuk mengelabuinya sekarang.

Terlihat Alberto Ji melirik sekilas ke arah Miranda Wen, tampak jelas bahwa dia telah mempercayai perkataannya, dan langsung berkata: “Pergilah tidur lebih awal, dan ingatlah untuk mengeringkan rambutmu. Jangan masuk angin. "

Mendengar perkataan Alberto Ji, Miranda Wen hanya bisa mengangguk dengan wajah yang patuh, "Hm, kakak, aku sudah tahu."

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu