Eternal Love - Bab 461 Menyimpan Maksud Lain

Cahaya matahari pagi yang cerah masuk menembus kaca jendela, menyinari ruang kantor yang besar, Miranda menggosok kedua sisi bahunya yang pegal, tidak tahan menghela nafas, “Urusan beberapa hari ini benar-benar banyak.”

Saat mata Miranda Wen berbalik arah, terlihat benda kecil pemberian Alberto Ji beberapa waktu yang lalu di atas meja, dalam seketika raut wajahnya menjadi suram, kedua tangan ikut mengepal dengan kuat.

Sebenarnya belakangan ini sikap Alberto padanya terbilang cukup baik, juga seringkali membantunya, semua itu bisa dirasakan dengan yakin, sama sekali bukan hal yang bisa dibuat-buat.

Tetapi, Miranda Wen teringat kembali, jika bukan karena Keluarga Ji, dia pasti tidak akan bernasib seperti ini. Berpikir demikian, hati Miranda Wen pun terasa tidak menentu, dia menghela nafas dengan tak berdaya: “Sudahlah, lebih baik jaga jarak dengan Alberto secepatnya, benda-benda ini akan aku kembalikan padanya saat ada waktu luang.”

Berpikir demikian, Miranda pun seperti berhasil mengambil keputusan, segera mengumpulkan semua benda yang berhubungan dengan Alberto dan memasukkannya ke dalam kardus, berencana mengembalikannya pada Alberto saat tidak sibuk nanti.

Setelah membereskan semua barang, Miranda lanjut menundukkan kepala membaca berkas-berkas, belakangan ini terlalu banyak yang harus dia urus dalam perusahaan, tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.

Tidak terasa, waktu terus berlalu, dengan sangat cepat tibalah pada jam pulang kerja. Tetapi saat ini Miranda masih saja larut dalam dunianya sendiri, berubah menjadi seorang pekerja keras.

Di saat inilah, sebuah dering telepon yang memburu-buru terdengar, seolah datang di waktu yang tidak tepat. “Tut….tut…..tut….”

Miranda Wen tidak sempat banyak berpikir, segera mengambil handphone dan mengangkatnya, berkata pada orang di ujung telepon: “Hallo.”

Baru mengangkat telepon, Miranda pun mendengar suara Elisha Yu dari ujung telepon: “Miranda, sudah waktu pulang kerja, jangan terlalu dipaksakan, kita keluar makan saja dulu, pekerjaanmu dilanjutkan besok saja.”

Mendengar perkataan Elisha, Miranda Wen pun tersenyum kecil: “Tidak mungkin deh, jelas-jelas belum waktu pulang kerja, masih awal kok.”

Begitu perkataan Miranda terucap, Elisha pun mulai menepuk kening dengan kewalahan, Miranda sungguh giat dan konsentrasi pada pekerjaannya, bahkan sudah mencapai tahapan lupa makan. “Masih awal? Coba kamu lihat jam berapa ini, Kakakku!”

Sikap serius Elisha membuat Miranda terkejut, dia segera mengangkat pergelangan tangan melihat jam tangan yang sedang dia gunakan, benar saja, sama seperti yang Elisha katakan, sudah waktu pulang kerja.

Miranda terkejut sesaat, setelah itu baru menjulurkan tangan menggaruk kepala sendiri, sudah bekerja keras seharian, memang sudah saatnya istirahat, “Baik, kalau begitu sebentar lagi aku akan menemuimu, kita makan malam bersama-sama.”

Mendengar Miranda Wen menyetujuinya, barulah Elisha Yu tersenyum kecil, segera mengangguk dan berkata: “Baiklah, kalau begitu aku tunggu kamu di tempat lama, cepat datang, jangan membuatku tunggu terlalu lama, aku hampir mati kelaparan.”

Setelah mematikan telepon, Miranda Wen segera membereskan barang-barang dengan cepat, lalu mengambil tas dan bersiap-siap berjalan keluar. Sudah bekerja seharian, dia memang mulai merasa lapar. Berpikir demikian, Miranda Wen pun mempercepat langkah kaki.

Di saat Miranda melangkahkan kaki keluar kantor, tiba-tiba saja terlihat dua bayangan orang melintas dalam pandangannya, dalam sekejap membuatnya terdiam di tempat, merasa tidak tahu harus berbuat apa. Melvin Wen dan Yenny Shen hanya berdiri di depan kantor Miranda, seolah sedang menunggunya.

Melihat Melvin disana, dalam seketika hati Miranda terasa kacau, berbagai rasa bercampur menjadi satu, tidak mampu dibedakan. Ketahuilah, saat itu jika bukan karena Melvin, dia tidak mungkin bernasib seperti sekarang….

Apalagi, di saat Miranda sedang tidak berdaya, sedang dalam posisi paling sulit, Melvin sendiri yang mengusirnya keluar rumah, berpikir demikian, hati Miranda terasa semakin pedih. Dia tidak bisa membedakan rasa apa saja yang ada dalam hatinya, haruskah kasihan pada diri sendiri, atau fokus membenci Melvin, dia merasa sedikit bimbang.

Miranda Wen menghela nafas dengan tak berdaya, segera berjalan melewati Melvin, berencana pura-pura tidak melihat mereka berdua, hanya terus berjalan menuju mobilnya.

Namun ketika Miranda akan segera pergi, tiba-tiba saja seperti melihat sesuatu, Melvin berkata pada Miranda: “Hentikan langkahmu, Miranda.”

Suara Melvin terdengar tidak berat, juga tidak halus, masuk ke dalam benak Miranda, membuatnya berekspresi heran dalam sekejap, “Ada urusan? Jika ada, katakan saja langsung, aku masih ada urusan lain.”

Karena bagaimanapun juga itu adalah Ayah kandungnya, Miranda tetap memaksa diri untuk tidak berkata kasar, juga tidak tega mengabaikannya begitu saja.

Melvin mengangkat kepala melihat Miranda, kedua matanya terlihat tua dan usang: “Kita bicarakan sama-sama saja, Miranda.”

Entah kenapa, saat menatap wajah Melvin, dengan anehnya Miranda langsung mengangguk, sama sekali tidak berniat menolaknya: “Baik, bicara dimana.” Sebenarnya dalam hati Miranda, dia tetap saja memperlakukan Melvin sebagai Ayah kandung sendiri, karena bagaimanapun juga, itu memang Ayah yang melahirkannya. Apalagi setelah lupa ingatan, Miranda semakin menghargai hubungan antara Ayah dan anak kandung.

Setelah melihat Miranda dari atas hingga bawah, Melvin Wen pun berkata: “Kamu belum makan kan, kalau begitu kita pergi ke restoran yang sering kita datangi dulu saja.”

Miranda mengangguk, segera masuk mobil dan mengikuti Melvin dari samping. Di tengah perjalanan, dia memanfaatkan kesempatan demi menelepon Elisha, dan memberitahu untuk membatalkan janji makan dengannya.

Awalnya Elisha juga sangat kesal mendengar perkataannya, tetapi setelah tahu Miranda akan makan dengan Melvin, dia segera mengangguk, pasti ada urusan penting, entah taktik apalagi yang akan Melvin lakukan kali ini. Setelah berpesan beberapa saat, Elisha pun mematikan telepon.

Tak berapa lama, mereka tiba di restoran yang dijanjikan, melihat Melvin dan Yenny Shen tak henti-hentinya memesan sayur, Miranda hanya mengangkat alis, tidak banyak berkata, dia hanya ingin melihat apa yang akan mereka lakukan nanti, apakah sungguh tulus, atau mungkin menyimpan maksud lain.

Novel Terkait

 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu