Eternal Love - Bab 405 Melewatkan Satu Sama Lain

Sekarang Miranda Wen sedang jalan-jalan di supermarket sambil mendengungkan lagu. Benaknya sedang memikirkan apa yang akan dimakan nanti dan juga apa yang Christian Xia suka makan. Dia harus mempersiapkan dengan serius, membiarkan Christian Xia juga merasakan, suasana hatinya yang senang.

Miranda Wen yang keluar dari supermarket, awalnya memutuskan langsung memesan taksi dan pulang. Tapi setelah berpikir lagi, "Sepertinya ada toko kue di dekat sini. Bagaimana kalau membeli satu kue?"

Miranda Wen pun berbalik dan pergi ke toko kue. Sedangkan di saat Miranda Wen membalikkan badan, mobil Alberto Ji lewat di sana...

Fashion show hari kedua, dimulai di jam yang sama. Kali ini yang berbeda adalah, Alberto Ji sampai duluan di fashion show. Alberto Ji langsung duduk di baris pertama.

Beberapa menit setelah Alberto Ji duduk, sebuah bayangan hitam juga masuk dalam ruangan. Karena Miranda Wen baru datang mendekati pembukaan, jadi dia diam-diam pergi ke tempat duduknya. Untung saja tempat duduknya di baris paling belakang. Kalau tidak dia pasti akan menganggu orang lain.

Alberto Ji yang duduk di baris pertama, meskipun fashion show di atas panggung sangat bagus, tapi tetap tidak bisa fokus penuh pada pertunjukkan.

Karena meskipun mata Alberto Ji melihat ke arah fashion show di atas panggung, tapi hatinya malah teringat alasan dia datang ke sini. Karena wanita kecil bernama Miranda Wen itu paling ingin pergi melihat fashion show di Paris. Tiba-tiba, ekspresi wajah Miranda Wen memenuhi hati Alberto Ji.

Saat ini di hati dan kepala Alberto Ji, dipenuhi dengan tampang Miranda Wen menangis, menangis dengan cantik itu, selalu membuat Alberto Ji merasa kasihan; Dan saat Miranda Wen tersenyum, rasanya satu dunia diterangi oleh senyumannya. Kegelapan hilang, membuat Alberto Ji ingin memberikan semuanya kepada Miranda Wen, hanya untuk membuat wanita itu tersenyum.

Tiba-tiba, Alberto Ji sangat mengerti perasaan raja zaman dinasti dulu, menginginkan wanita cantik, tidak menginginkan kerajaan. Kalau menjadi raja, tapi tidak ada wanita yang menjadi pasangan, pasti sangatlah kesepian.

Tapi yang berbeda dengan perasaan Alberto Ji adalah, perasaan Miranda Wen sekarang malah senang. Miranda Wen merasa, fashion show Paris, tidak peduli ditonton berapa kali rasanya tidak akan pernah bosan kali?

Miranda Wen menatap lurus panggung, matanya penuh kejutan dan terpesona, terus tidak berubah.

Akhirnya, fashion show dua jam ini selesai. Karena Miranda Wen duduk di baris terakhir, Miranda Wen berjalan keluar dulu. Ketika Miranda Wen berjalan keluar pintu.

Alberto Ji berdiri dan berjalan ke arah pintu. Ketika Alberto Ji berjalan keluar, dia melihat seseorang yang mirip dengan Miranda Wen di ujung jalan. Di saat Alberto Ji bersiap mengejar, sebuah mobil kebetulan lewat di sampingnya, menghentikan langkah kakinya.

Ketika mobil itu sudah pergi, orang di seberang, sudah tidak ada lagi.

"Apakah muncul halusinasi?" Alberto Ji menertawakan dirinya sendiri, naik ke mobil, dan meninggalkan sana. Sedangkan ketika Alberto Ji pergi, orang tadi muncul lagi.

Ternyata tadi, tali sepatu Miranda Wen terlepas, jadi Miranda Wen berjongkok untuk mengikat tali sepatu, tidak tahu kalau dia telah kehilangan orang yang selalu dia pikirkan dalam hati.

Menjelang malam, Alberto Ji malah masuk ke sebuah bar. Sudah merupakan sebuah kebiasaan dia mabuk di dalam bar. Atau mungkin karena hari ini melihat tubuh Miranda Wen, jadi perasaannya hari ini semakin berat. Kerinduan Alberto Ji pada Miranda Wen semakin kuat. Kalau kerinduan adalah satu jenis penyakit, maka dia sekarang sudah sangat akut, tidak bisa disembuhkan lagi.

Jam 12 malam, Alberto Ji yang sudah minum sangat banyak, mulutnya terus mengucapkan nama Miranda Wen. Sayangnya tidak ada orang yang dengar, terlebih lagi orang yang Alberto Ji sangat pedulikan itu. Orang yang begitu dia rindukan dibuat hilang olehnya sendiri.

"CEO Ji, ayo jalan. Aku antar kamu pulang." asisten Alberto Ji menerima telepon dari pelayan bar, akhirnya menemukan Alberto Ji, tidak membiarkan Alberto Ji terus menetap di sana semalaman. Kalau tidak, fashion show besok, pasti akan terlewatkan.

"Aku tidak pulang. Dia tidak ada, untuk apa aku pulang. Menghadapi kamar yang dingin." Alberto Ji mulai memberontak dengan hebat dan mendorong asistennya.

"CEO Ji, CEO Ji." asisten tidak berdaya dan sekali lagi mendekat.

"Miranda, sebenarnya dimana kamu. Kamu tahu tidak, aku sakit. Aku sangat merindukanmu. Miranda, kamu cepat pulang ya?" Alberto Ji memohon dengan menyedihkan. Membuat asisten juga merasa sedih. Asisten sudah mulai merasa simpati pada CEO-nya sendiri.

"CEO Ji, kita pulang ya? Dia yang sedang kamu tunggu, juga sedang menunggumu?" asisten menghibur dengan suara kecil.

"Baik, pulang. Miranda, Miranda..." Alberto Ji terus memanggil kecil nama Miranda Wen.

Asisten membawa Alberto Ji meninggalkan bar, mengantar Alberto Ji pulang untuk istirahat.

Keesokan paginya, Alberto Ji yang mabuk perlahan-lahan tersadar. Dia berdiri, memijat kepalanya sendiri, merasa sangat pusing. Awalnya berpikir ingin tidur lagi, tapi hari ini ada fashion show terakhir. Alberto Ji merasa tidak boleh tidak hadir. Dia hanya bisa membawa tubuh yang lelah, dan kepala yang pusing, masuk ke kamar mandi.

Sepuluh menit kemudian, Alberto Ji berpakaian rapi keluar dari kamar. Karena kepala yang sakit, dia tidak mengendarai mobil, menelpon pada asistennya. Asistennya mengendarai mobil mengantar Alberto Ji pergi ke tempat fashion show.

Alberto Ji masuk ke tempat fashion show. Dia selalu merasa Miranda Wen juga sedang menonton fashion show. Seperti ada setiap rondenya. Jadi di fashion show hari ini, Alberto Ji bertujuan melihat baik-baik semua orang yang ada di sana. Berharap bisa menemukan wanita yang dia rindukan.

Tapi, kali ini, Alberto Ji juga pergi dengan kecewa. Karena fashion show kali ini, saat Miranda Wen dalam perjalanan ke sini, mobil di depannya mengalami kecelakaan. Jadi terjadi kemacetan, ditambah kemarin malam Miranda Wen tidak bisa tidur, pagi-pagi juga bangun agak terlambat. Fashion show sudah mulai setengah jam, meskipun Miranda Wen mempunyai tiket juga tidak bisa masuk ke dalam untuk melihat fashion show lagi.

Kadang kala, jodoh seperti ini bukan? Hanya berbeda satu menit saja, hasilnya akan sangat berbeda. Sama juga, kalau di ronde sebelumnya Alberto Ji menoleh ke belakang, mungkin dia dan Miranda Wen sudah bertemu sejak awal, tidak akan terus saling kehilangan kesempatan. Yang awalnya tidak seharusnya terlewatkan, malah sekali demi sekali terlewatkan.

Miranda Wen yang tidak dapat masuk ke fashion show hanya bisa pulang dengan perasaan sedih. Apa daya. Siapa yang suruh dia bangun terlambat? Dia tidak dapat melihat fashion show ronde terakhir. Meskipun merasa sayang, tapi setelah berpikir lagi, dia sudah melihat dua ronde. Sudah cukup. Jadi orang harus tahu bersyukur. Karena bersyukur, hidup jadi bahagia. Oleh karena itu, tidak apa-apa. Miranda Wen menghibur dirinya sendiri dan meninggalkan tempat fashion show.

Miranda Wen memesan taksi dan pergi dari sana.

Novel Terkait

Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu