Eternal Love - Bab 182 Tidak tahu cara mencintai diri sendiri

sekarang sudah malam, ibu mertua meneleponnya untuk menanyakan mengapa dia belum pulang kerumah, dan dia pasti akan memarahinya.

meski begitu, Miranda Wen tetap mengangkat teleponnya.

“ma.”

dia baru saja menjawab, terdengar suara ibu mertuanya Joyce Qin dengan galak bertanya: “ini sudah malam, kenapa kamu belum pulang? Apakah kamu sudah lupa dengan identitasmu?”

mendengar suara tinggi ibu mertuanya, kepala Miranda Wen yang pusing menjadi semakain pusing. Dia menarik nafas dalam-dalam dan menjawabnya dengan baik: “ma, perusahaan sedang mengadakan pesta, jadi aku pulang agak malam, sebentar lagi aku akan pulang.”

tetapi ibu mertuanya tidak mendengarkannya dan terus mengomel: “aku memintamu untuk menikahi Bernando supaya kamu bisa menjaga Bernando. Tapi kamu tidak pernah menjaga Bernando, ada kalanya aku curiga apakah kamu benar-benar istrinya Bernando......”

untuk sementara waktu sepertinya ibu mertua tidak akan selesai berbicara. Miranda Wen menghela nafas, telapak tangannya menutup perut bawahnya dan menggigit bibirnya. Jika bisa, dia berharap dia bukan istri Bernando Ji, maka dia tidak perlu menanggung semua beban ini.

sekitar sepuluh menit kemudian, akhirnya Joyce Qin selesai mengomel dan menyuruhnya untuk segera pulang.

Miranda Wen menjawab “baik” dan menutup teleponnya.

dia menyandarkan kepalanya kesandaran kepala tempat tidur, menatap langit-langit putih, dengan ekspresi bingung dimatanya.

Zayn Shen masuk kekamar rumah sakit. melihat ini, hatinya seperti tertusuk jarum, pelan-pelan sakit.

dia berjalan mendekat dan dengan tenang bertanya: “bagaimana menurutmu?”

Miranda Wen menoleh dan tidak menjawabnya, malah berkata: “aku ingin pulang.”

Zayn tercengang, lalu dia mengerutkan kening dan membantahnya berkata: “tubuhmu terlalu lemah, tunggu infusnya habis baru kamu pulang.”

Miranda Wen tersenyum, “Zayn, aku baik-baik saja. Aku akan pulih setelah pulang dan tidur dengan nyenyak.”

“tapi......”

saat Zayn Shen masih ingin mengatakan sesuatu, Miranda Wen meraih lengannya dan bertingkah manja, “Zayn, bolehkah? Biarkan aku pulang.”

“baiklah.” Zayn Shen menghela nafas dan tak berdaya, “bolehkah aku mengantarmu pulang?”

Miranda Wen tersenyum. “pasti boleh.”

……

setelah Miranda Wen berpamitan dengan Zayn Shen, dengan cepat ia masuk kedalam rumah Keluarga Ji. Tidak disangka ia bertemu dengan Alberto Ji.

Alberto Ji juga baru sampai dirumah, karena haus dia pergi kedapur untuk mengambil segelas air, saat dia keluar, ia melihat Miranda Wen yang baru pulang, dia kaget dan menaikkan alisnya, seharusnya dia sudah lama pulang?

“kakak.” Miranda Wen dengan lembut memanggilnya.

Alberto melihat jam yang ada didinding, “kenapa malam sekali baru pulang?”

“tidak apa-apa, tadi ada sedikit masalah.”

Miranda Wen tidak menanggapinya dengan serius. Mengingat kondisinya sekarang, dia tidak ingin terlihat sedang berduaan dengannya, jadi dia berkata: “selamat malam kakak, aku keatas dulu ya.”

setelah mengatakan itu, dia tidak menunggu Alberto Ji menjawabnya, langsung dengan cepat naik keatas.

Alberto Ji menoleh dan melihat bayangan langsing menghilang dari tangga, alisnya mengerut. Wajahnya tampak pucat, apakah dia baik-baik saja?

karena hamil, Miranda Wen tidak bisa tidur semalaman, ia selalu terbangun dari tempat tidurnya. sebenarnya tubuhnya sudah melemah, ditambah semalaman tidak tidur, membuat kepalanya pusing dan tubuhnya bergetar. Untungnya dia memegang tepat pada pegangan ranjang, jadi dia tidak terjatuh.

sambil ia memegangi kepalanya, ia berjalan menuju kamar mandi. Ia meletakkan tangannya diwastafel dan menatap dirinya dicermin.

wajahnya pucat tak berdarah, lingkaran hitam matanya semakin parah dan terlihat agak menakutkan.

dia mengerutkan bibirnya dan mengejek dirinya sendiri seperti hantu.

dia selalu berdandan sederhana setiap harinya, untuk mencegah orang lain melihat keanehan diwajahnya, khusus hari ini dia akan berdandan tebal. Blush on yang digunakan merah seperti pantat monyet, sangatlah lucu.

tetapi dia tidak peduli, selama bisa menyembunyikan wajahnya yang pucat.

saat muncul direstoran dengan penampilan seperti itu, Keluarga Ji yang terbiasa melihat penampilannya yang bersih dan cantik, untuk saat ini tidak ada yang mengenalinya.

orang pertama yang mengenalinya adalah Bernando Ji. Ia melambai padanya dan dengan polos tersenyum, “istriku Miranda, ayo makanlah makanan yang enak ini.”

Miranda Wen satu per satu mengucapkan “selamat pagi” pada para senior, lalu berjalan mendekat dan duduk disamping Bernando Ji.

“istriku Miranda, makanlah semua makanan ini.”. begitu melihatnya duduk, Bernando Ji segera memberikan semua makanan yang ada dihadapannya untuk dia.

“istriku Miranda, semua makanannya enak, Bernando tidak membiarkan orang lain memakannya, semuanya kuberikan padamu.”

melihat Bernando Ji tersenyum dengan lepas dan matanya yang berkilau, Miranda Wen merasa tidak nyaman.

meskipun Bernando Ji memiliki IQ yang rendah, tetapi ia memperlakukannya dengan tulus.

tetapi dirinya sendiri......

tangannya memegang perut bagian bawahnya, lalu hati nuraninya pun merasa bersalah, dia takut untuk menatapnya.

dari bawah, tatapan Alberto Ji tertuju padanya.

pertama kalinya dia melihatnya memakai riasan yang tebal, awalnya sedikit aneh, akan tetapi ketika ia melihat tatapan matanya yang murung, dia langsung mengetahuinya.

berdandan setebal itu.

Matanya berkedip sejenak, iya meminum susu, dan kemudian berpura-pura dengan santai berbicara: “karena rapat hasil akhirnya sudah selesai, maka sebelum mulai berkerja lagi, kamu beristirahatlah dirumah untuk beberapa hari.”

mendengar ini, Miranda Wen menoleh dan menatapnya, memikirkan situasinya saat ini, dia tidak bisa bekerja keras, jadi dia hanya mengangguk dan berkata: “baik, aku mengerti.”

“karena kamu beristirahat dirumah, kamu harus lebih sering menemani Bernando.” saat itu Joyce Qin mengatakan itu.

Miranda Wen mengangguk pertanda dia mengerti.

setelah makan pagi, Miranda Wen berkata pada ibu mertuanya bahwa ia ingin bertemu dengan ibunya. Meskipun ibu mertuanya tidak senang dan mengomelinya sebentar, tetapi ia tetap mengizinkan dia keluar.

ibunya sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu, dulu dia sering datang menemuinya, tetapi sejak menjadi bagian dari Keluarga Ji, sepertinya dia sudah lama tidak pergi lagi.

Miranda Wen jongkok didepan batu nisan, menatap foto ibunya yang tersenyum lembut dibatu nisan. Hidungnya tidak nyaman dan matanya memerah.

“mama......” dia berteriak dengan suara yang serak. Disekitarnya sangat sunyi, hanya ada suara “suh...suh...” dari angin yang meniup ranting pohon.

dia tidak bisa lagi mendengar suara lembut ibunya menjawab.

ia mengeluarkan tangannya dan menyentuh tulisan yang ada dibatu nisan, dengan lembut dia berkata: “mama, aku sudah menikah. Dia seperti anak kecil, tapi dia sangat baik padaku.”

“mama, aku sedang hamil, tapi......anak ini bukanlah anaknya.”

“mama, apakah mama akan memarahiku karena aku tidak bisa mencintai diriku sendiri? Benar, jika aku tahu cara mencintai diriku sendiri, aku tidak akan dijebak oleh orang lain dan masalah ini tidak akan terjadi.”

“mama, menurutmu apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus menggugurkan anak ini?”

dia jongkok didepan makam ibunya dan banyak hal yang ia ceritakan, sampai kakinya mati rasa.

dia tahu bahwa ibunya tidak bisa memberikannya jawaban, tetapi setelah dia menceritakannya, dia merasa lebih baik.

Tiba-tiba, ponselnya berdering dengan keras, pemakaman yang sunyi ini mendadak berubah menjadi riuh.

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
3 tahun yang lalu