Eternal Love - Bab 481 Menyatakan Cinta

Keesokannya, matahari pagi menyinari tirai jendela mobil, Miranda Wen membuka matanya dengan bingung, "Sekarang jam berapa ..."

Miranda Wen mengira jika seperti biasa dia ada di rumahnya, begitu dia menoleh, wajah Alberto Ji menarik perhatiannya, membuat dia tertegun.

Dia memikirkan lebih detail, lalu terlena di dalam pikirannya, lalu sejenak dia baru mengingat apa yang terjadi semalam. Miranda Wen merasa malu, lalu tidak tahu apa kemarin malam posisi tidurnya terlihat jelek atau tidak ...

Memikirkan hal ini, Miranda Wen menggaruk kepalanya yang sedikit sakit, wajahnya penuh penyesalan.

Ketika Alberto Ji membuka matanya, melihat pemandangannya seperti ini, dia menatapnya ragu-ragu, "Miranda ... kamu ini?"

Suara Alberto Ji terdengar Miranda Wen, untuk sejenak, dia terpaku, membeku di tempatnya. Sampai dia bereaksi, dia baru menoleh, Alberto Ji menatapnya dengan tangan yang menopang kepalanya, menatapnya dengan santai.

Alberto Ji merasa bahagia, pagi hari bisa melihat Miranda Wen.

Miranda Wen hanya bisa tersipu malu, "Aku ... aku ... tidak apa-apa."

Miranda Wen ah Miranda Wen, sekarang apa yang kamu lakukan? Kemarin malam sudah tidur lebih dulu dan itu sudah cukup memalukan, sekarang pagi-pagi dilihat Alberto Ji, ini benar-benar memalukan ...

Saat ini, di pikiran Miranda Wen, dia sangat menyesal.

Melihat Miranda Wen seperti ini, siapa yang akan percaya bahwa dia baik-baik saja, tetapi karena Miranda Wen berkata seperti ini, makan Alberto Ji juga tidak mengatakan apa-apa, jadi dia menoleh melihat Miranda Wen, "Apa kamu lapar?"

Miranda Wen menggelengkan kepalanya, "Tidak ... tidak lapar."

Setelah mendengar Miranda Wen berkata seperti ini, Alberto Ji baru tenang lalu mengangguk, dia berkata pada Miranda Wen : “Kalau begitu kenapa kita turun dari mobil, lalu berjalan-jalan? Udara pagi itu cukup bagus. "

Miranda Wen mengangguk dengan cepat, lebih baik jika secepat mungkin bisa keluar dari sini, jika tidak secepat mungkin, kalau tidak dia akan merasa sangat malu, dan dia akan mati karena malu.

Miranda Wen turun dari mobil di depan Alberto Ji, lalu menghirup udara segar, Miranda Wen hanya merasa segar, ternyata benar, udara di pinggiran kota masih lebih baik daripada di kota.

Bintang kemarin malam, hujan meteor, dan pagi ini terlihat matahari terbit, hati Miranda Wen sedikit menghangat, sebelumnya aku belum pernah melakukan sesuatu di Kota Z, berkat Alberto Ji, aku merasa ada banyak hal indah di dunia ini.

"Nantinya, kamu tidak harus selalu bekerja keras, masalah perusahaan, jika ada kesulitan dengan perusahaan, kamu bisa datang mencariku, atau beritahu aku, jangan terlalu lelah, kamu ini wanita."

Suara Alberto Ji terdengar tidak mendalam atau pelan, dia hanya merasa badannya sedikit kaku, hanya sedikit orang yang peduli padanya, dan dan sedikit orang yang mengatakan hal-hal seperti ini padanya.

Entah kenapa, Miranda Wen merasakan hal yang sama di hatinya. Dia melihat Alberto Ji, sudut mulutnya terangkat, “Terima kasih, Alberto Ji ..."

Melihat Miranda Wen seperti ini, Alberto Ji tertawa kecil, "Apanya yang terima kasih, kita bukan ..."

Sebelum Alberto Ji menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba terdengar suara Miranda Wen mengatakan, "Benar, benar, kita berteman, bukan?" Mulai saat ini, Miranda Wen masih menatap Alberto Ji dengan mata berbinar-binar.

Kata-katanya seakan-akan mengingatkan Alberto Ji, dan juga seperti mengingatkan dirinya bahwa dia tidak perlu berpikir sesuatu tentang pria ini, dan juga tidak boleh memiliki perasaan kepada Alberto Ji, dia harus tahu bahwa Alberto Ji sudah punya tunangan, jadi lebih baik harus menjaga jarak.

Kata-kata Miranda Wen terasa seperti jarum yang tiba-tiba menusuk hati Alberto Ji, bahkan walau terasa sedikit sakit, dia tidak merasa tenggorokannya tercekat, "Apa hanya teman ... "

Tidak diragukan lagi jika Alberto Ji merasa kecewa, dia tidak percaya jika di dalam hatinya, Miranda Wen juga merasa bahwa mereka berdua ini hanya sebatas teman. Meski perasaan Miranda Wen terhadapnya tidak begitu antusias, tapi setidaknya dia bisa merasakan sedikit perasaan Miranda Wen padanya.

Dari ekspresi wajahnya, terlihat bahwa Alberto Ji dengan kata-kata Miranda Wen, entah bagaimana, hatinya merasa sedikit sesak. Tapi Miranda Wen masih menghindari tatapannya, "Benar, kita berteman ..."

Sebelum Miranda Wen menyelesaikan perkataannya, Alberto Ji akhirnya mengangkat kepalanya dan berkata, "Aku lapar dan tidak mau berteman denganmu."

Sebelum terdengar suara Alberto Ji, Miranda Wen sepertinya mendengar sesuatu yang seharusnya tidak dia dengar, dia terpaku, lalu mengangkat kepala dengan ekspresi tidak percaya ke arah Alberto Ji, seperti kata-katanya barusan membuat orang ketakutan. "kamu……"

"Dengarkan kata-kataku, aku tidak mau hanya berteman denganmu, aku suka kamu Miranda Wen, aku ingin bersamamu, dan aku mau hubungan kita menjadi sepasang kekasih."

Kata-kata Alberto Ji ini seperti menjatuhkan bom ke benak Miranda Wen, dan seperti berdering di benak Miranda Wen, dia mengatakan ‘apa’, apa maksud Alberto Ji ...

Miranda Wen tidak bisa menahan diri etapi mulai menebak-nebak, matanya tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Sekarang Alberto Ji menyatakan cinta padanya ...

"Miranda Wen, aku Alberto Ji menyukaimu, aku sudah lama menyukaimu ..." Sambil mengatakan ini, Alberto Ji memandang Miranda Wen dalam-dalam,.

Miranda Wen terpana oleh tatapan Alberto Ji, seperti terlena oleh tatapan penuh cinta itu. Miranda Wen tidak tahu harus bereaksi seperti apa, jadi dia hanya terpana seperti ini.

Melihat wajah Miranda Wen yang memerah, Alberto Ji merasa sedikit tidak terkendali, dia mengulurkan tangan dan menarik wajah Miranda, menundukkan kepalanya lalu mencium bibir yang membuatnya mabuk.

Setelah melihat gerak-gerik Alberto Ji, tanpa sadar Miranda Wen mulai bereaksi, dia mengulurkan tangannya dan mendorong Alberto Ji agar menjauh, "Kamu, apa yang kamu lakukan!" "

Dia tahu tahu, Alberto Ji sudah ada tunangan *, jadi dia mengaku menyukainya, lalu sebenarnya apa arti ciuman ini. Lantas, apa dia Miranda Wen terlihat seperti wanita gampangan?

Saat memikirkannya, sepasang mata Miranda Wen seperti berlinangan air mata, Miranda Wen merasa matanya memanas, lalu perlahan-lahan butiran air mata itu menetes.

Alberto Ji sangat terkejut dengan gerakan Miranda Wen, dia segera bergegas maju dan mengulurkan tangan untuk menyeka air mata Miranda Wen, tatapannya seperti terluka, "Jika kamu tidak suka, maka ke depannya aku akan menjauh darimu ..."

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu