Eternal Love - Bab 95 Wanita Ganas

Melihat Violet memasuki kafe, tanpa sadar Alberto melihat ke belakang Violet, menunggu hingga ia berjalan mendekat, ia pun bertanya: “Di mana Miranda?”

Violet menggeleng, “Tidak tahu, kami berdua berkeliling terpisah.”

Alberto mengerutkan alisnya, namun ia tidak banyak bertanya.

Ia menoleh balik dan membantu Bernando yang sedang memakan kue untuk mengelap bibirnya, melewatkan keangkuhan yang terbesit dalam mata Violet.

……

Di saat yang bersamaan, Miranda di seret Willy ke dalam kamar mandi.

Kamar mandi ini ada di sudut, hampir tidak ada orang yang masuk.

Di dalam hatinya Miranda panik, tadinya mengira gertakan Kakak pada si brengsek ini berguna, sepertinya brengsek adalah brengsek, bagaimana pun bukan manusia.

Dirinya benar-benar cukup sial, mengapa bisa selalu bertemu brengsek ini?

Kedua tangan dan kedua kakinya sama sekali tidak berguna, ia tidak berhenti memberontak, tidak berhenti menendang dan memukul, mulutnya berteriak: “Lepas! Cepat lepaskan aku!”

Tapi tenaga Willy benar-benar sangat besar, Miranda sama sekali tidak bisa bergerak.

Pemberontakkannya malah justru mengundang ketertarikan Willy.

“Bagus, aku suka kamu yang panas seperti ini, sifat yang seperti ini barulah cukup rasa.”

Kata-katanya memberi kode yang begitu keras, membuat Miranda merasa sangat tidak nyaman.

Brengsek! Monster!

Di dalam hati Miranda tidak henti-hentinya memaki, ia tidak bisa membuka matanya, tiba-tiba tatapannya kabur, ia menaikkan kaki dan menendang bagian tengah selangkangan Willy.

Sayangnya Willy sudah memperkirakannya, ia pun menghindar.

“Puh!” Miranda meludah ke arahnya.

Willy menghindar, lalu raut wajahnya menjadi padam, sebelah tangannya menggenggam leher bagian belakang dengan sekuat tenaga, memelototi Miranda dengan ganas, “Apakah kamu mencari mati?”

Miranda tidak melemah dan balik memelototinya, tertawa dingin: “Kamu seorang pria dewasa hanya bisa menindas wanita, pira macam apa!”

Mendengar ini, Willy pun tertawa, ia pun menggoda dengan matanya, “Aku adalah pria atau bukan, sebentar lagi kamu akan tahu.”

Memalukan! Murahan!

Miranda menyipitkan matanya, dengan dingin ia menoleh ke samping, menggigit lengan Willy dengan keras, menggunakan tenaga yang kuat, hampir saja mengigit putus daging Willy.

Tidak menyangka Miranda akan berbuat seperti ini, Willy terkejut, lalu rasa sakit dari tangannya memasuki syarafnya, tatapannya membara, ia melambaikan tangan dan menampar Miranda.

Tamparannya sangat kuat, Miranda tersedak beberapa kali, wajahnya yang putih membengkak, sakit yang terasa panas, dari ujung bibirnya mengalir darah.

Tapi ia tidak bisa mempedulikan terlalu banyak, mengambil kesempatan ketika Willy melonggarkan jaraknya, ia pun berbalik dan lari keluar.

Tapi belum berlari berapa langkah, rambutnya pun ditarik oleh Willy.

Kulit kepalanya terasa sakit, sekali lagi ia jatuh ke tangan Willy.

Willy mencekiknya, tatapannya semakin kejam, ia berkata sekata demi sekata: “Aku menyukai wanita penurut, namun bukanlah pria yang bisa merawat manita!”

Sambil berbicara, ia menguatkan kekuatan di jarinya, Miranda langsung merasa sesak napas, wajah kecilnya pun menunjukkan ketakutan.

Melihat ia ketakutan, Willy tertawa, “Apakah kamu takut? Dengarkan kata-kataku, mungkin aku akan menyanyangimu baik-baik, tapi jika kamu tidak menurut, jika tidak memberimu pelajaran, kamu tidak akan sadar.”

Miranda tahu tindakannya tadi membuat Willy marah, juga tahu hanya jika Willy mau, ia kan benar-benar bertindak atas dirinya.

Kakak!

Perlahan ia memejamkan matanya, berterika di dalam hati, dua kali sebelumnya adalah Kakak yang menyelamatkannya, tapi kali ini …… Kakak di lantai 6, Miranda di sini.

Ia tidak bisa lari keluar, Kakak juga tidak mungkin ke sini.

Apakah ia hanya bisa menyerah? Apakah ia benar-benar harus mengikuti kemauan si brengsek ini?

Tidak!

Ia membuka matanya, bertatapan dengan mata ganas Willy.

Ia tidak ingin menyerah begitu saja pada seorang brengsek!

Kedua tangannya mencari-cari di dalam tas, ketika ia merasa sebuah benda keras, tatapan matanya lansung memancarkan kesenangan.

Untung saja, masih ada.

Setelahnya, ia menggambil benda itu, menundukkan lehernya, menatap Willy dengan dingin, “Coba saja jika berani menyentuhku, maka jangan harap kamu bisa kabur. Jangan lupa aku adalah bagian dari Keluarga Ji, jika terjadi sesuatu padaku, Keluarga Ji pasti tidak akan melepaskanmu.”

Willy mengerutkan alisnya, tatapannya mendarat pada tangan Miranda, hanya terlihat ia meletakkan pisau di leher Willy.

Willy memandang Miranda, tidak mengira sifat wanita ini begitu ganas!

Sebenarnya di dalam hatinya Miranda tidak tenang, bagaimana pun juga lawannya adalah seorang yang benar-benar brengsek, tidak berperi kemanusiaan, dirinya berbuat sepertini ini, apakah Willy akan takut?

Raut wajah Willy mulai ragu, ia tidak ingin melepaskan Miranda, tapi mengingat ia adalah bagian dari Keluarga Ji, jika ia memaksa, jika miranda menyakitinya, nantinya ia akan mendapat banyak kesulitan.

Yang jelas masih ada banyak waktu, suatu hari ia pasti akan bertemu dengannya lagi.

Ia melepaskan miranda, mundur ke belakang, tertawa, “Hari ini aku melepaskanmu untuk sementara, lain kali bertemu, maka tidak akan melepaskanmu dengan begitu mudah.”

Selesai berbicara, ia memandang Miranda dengan dalam, berbalik dan melangkah pergi.

Menunggu hingga Willy pergi, Miranda seperti seorang yang kosong, seluruh tubuhnya terasa lemas dan terduduk di lantai, tangan yang memegang gunting bergetar, gunting itu jatuh ke lantai.

Seluruh tubuhnya gemetaran, tadi ada sesaat, ia kira ia akan berakhir.

Ia memeluk dirinya erat-erat, merasa terselamatkan.

Untung saja, untung saja bisa selamat.

……

Alberto menunggu sangat lama, dan tidak bertemu dengan Miranda, ia kira Miranda berkeliling hingga lupa waktu.

Oleh karena itu, ia mengambil ponselnya dan menelepon Miranda, ingin mengingatkannya waktu sudah malam.

Sedangkan Violet yang melihat dari samping, mulutnya tersenyum, waktu sudah malam, sepertinya Miranda sudah diselesaikan oleh Willy.

Di dalam kamar mandi yang sepi, tiba-tiba terdengar dering ponsel, membuat Miranda terkejut.

Ia langsung mengambil ponselnya dari dalam tas, ketika melihat panggilan telepon, matanya pun terasa panas.

Lalu ia mengangkat telepon, dari sana terdengar suara rendah, “Di mana kamu?”

Mendengar suara yang dikenalnya, ia tidak tahan dan menangis.

Suara tangisan yang terdengar membuat Alberto mengerutkan alisnya, ia bertanya dengan suara rendah: “Kamu di mana? Apa yang terjadi?”

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu