Eternal Love - Bab 153 Barang Mewah

Miranda tahu perintahnya itu membuat perdebatan yang cukup hebat di dalam perusahaan, tapi ia sama sekali tidak peduli.

Malam hari setelah jam pulang kerja, ia langsung mengemudikan mobilnya ke rumah Christian.

Saat melihat rumahnya, sebuah ide muncul dari kepalanya, karena rumah itu sangat besar, mungkin bisa diubah menjadi sebuah ruang kerja. Dengan seperti ini tidak hanya menghemat pengeluaran, lagipula Christian juga memang tinggal di sana dengan seperti ini ia tidak akan terlalu repot mengurus rumah.

Saat Christian membuka pintu dan melihat Miranda, ia menghela napas karena merasa lega.

Miranda tersenyum dan berkata dengan sedikit mengejek, "Kenapa? Takut ditinggalkan olehku?"

Christian mennggenggam-genggam rambutnya karena merasa tidak enak hati.

"Tenang, aku tidak akan meninggalkanmu, masa depan ruang kerja ini akan bergantung adamu."

Miranda tersenyum padanya, lalu berjalan masuk ke dalam.

Meja the di ruang tamu penuh dengan kertas skestsa, bahkan di lantai dan di atas sofa juga ada, Miranda membuka matanya lebar karena terkejut, ia lalu menoleh ke arah Christian dan bertanya dengan penasaran,"Apakah kamu sedang membuat sesuatu?"

Wajah Christian tersipu, ia segera mengumpulkan semua kertas yang berserakkan.

Miranda lalu membantunya, sambil mengumpulkan kertas itu ia berkata, "Aku juga adalah seroang desainer, aku mengerti perasaanmu. Sekalinya memiliki inspirasi pasti langsung menggambarnya di secarik kertas, bila tidak puas dengan hasilnya, akan terus diganti, karena itu kertasnya menjadi sangat banyak."

Christian berhenti mengumpulkan kertas itu dan melihat Miranda, "Aku takut menyia-nyiakan dua tahun, ada beberapa hal yang mungkin aku lupa, karena itu aku ingin memperbanyak latihan."

"Latihan?" tanya Miranda sambil mengangkat alis tipisnya, "Sebenarnya, gambar yang waktu itu dirimu buat saat di jalan sudah membuktikan bahwa dirimu tidak lupa."

Setelah Miranda selesai merapikan kertas, ia menyimpannya di suatu tempat, lalu ia berkata, "Sekarang kamu hanya kekurangan rasa percaya diri. Christian, dua tahun lalu kamu sudah bisa membuat merk dagangmu sendiri, bahkan mendapatkan respon yang cukup baik, ini cukup untuk membuktikan kemampuanmu, jadi kamu harus percaya diri."

Christian menggulung bibirnya dan tidak berkata apapun.

Miranda tahu Christian telah dilukai oleh Kiara dengan sangat dalam, ia belum benar-benar keluar dari bayang-bayang masa lalu itu, tapi Miranda tidak terburu-buru, perlahan pasti Christian dapat melepaskannya.

Rumah itu memiliki ventilasi luas di tengahnya, ada empat ruang kamar di dalam rumah itu, Christian memilih kamar yang ada di lantai bawah dengan kamar mandi di dalam kamar, kamar lain masih kosong dan belum terisi apa-apa.

Miranda berencana untuk membuat lantai atas seluruhnya menjadi tempat kerja, hal itu mendapat dukungan dari Christian.

Bagi Christian, bila ruang kerja ada di lantai atas, maka sangat dekat dan dapat ditempuh hanya dengan beberapa langkah, kalau menyewa tempat di luar, setiap hari ia masih harus menghabiskan waktu di perjalanan pulang dan pergi, akan sangat merepotkan.

Miranda tertawa, "Tentu saja kamu setuju, karena kamu adalah orang rumahan, bahkan keluar rumah untuk membuang sampah saja kamu merasa hal itu merepotkan."

Isi benak Christian diketahui oleh Miranda, ia pun tersenyum dengan tidak enak hati.

Setelah beberapa lama kemudian, Elisha pun datang.

Sesudah ia masuk, ia langsung menjatuhkan dirinya ke atas sofa sambil menghela napas, "Proses pengunduran diri ini merepotkan sekali untuk diurus. Benar=benar membuatku sedih."

"Kapan bisa benar-benar terlepas dari pekerjaan itu?" kata Miranda yang duduk persis di hadapannya.

Elisha menoleh dan melihat ke arah Miranda, ia mencibir "Hanya tinggal menunggu orang baru mendaftar, menyerahkan tugas padanya lalu bisa berhenti dari pekerjaan ini. Hmmm...." Ia berpikir sejenak, lalu memberikan perkiraan waktu, "Kira-kira dalam beberapa hari ini."

Miranda mengangguk, "Baiklah, setelah kamu berhasil mengundurkan diri langsung saja datang kemari. Nanti lihat apakah perlu pindah kemari untuk tinggal atau tetap di tempat tinggal lamamu."

Elisha mengerutkan alisnya sambil berpikir, ia lalu bangkit dari sofa, "Tidak benar, kamu menyuruhku untuk langsung datang kemari, masa kamu berencana untuk membuka tempat kerja di sini?"

"Aku memang berencana seperti itu."

"Bukankah akan terlalu kecil?" Elisha merasa bila tempat kerja dan tempat tinggal disatukan maka akan terlihat tidak terlalu professional.

Miranda berhenti tersenyum,"Ayolah, baru dirimu dan Christian berdua, mana mungkin terlalu kecil? Dengan begini kita dapat menghemat pengeluaran."

Setelah mendengar tentang penghematan, Elisha pun tidak memiliki pendapat lain,"Benar juga, kita baru memulai, harus menghemat pengeluaran."

"Ayo kemari makan." kata Christian sambil membuka pintu dan berjalan masuk, di tangannya membawa tempat bekal.

Elisha meraba-raba perutnya, "Aku benar-benar lapar."

Ia berdiri dan berjalan ke arah ruang makan, sambil berjalan ia bertanya, "Christian, kamu membeli makanan apa?"

Miranda mendengar Christian memberitahu Elisha dia membeli makanan apa dengan nada bicara yang menyenangkan. Miranda pun tidak tahan untuk tidak tersenyum, emosi Christian benar-benar baik.

Dirinya tampan, sifatnya juga baik, tapi mengapa saat itu Kiara tega menyakitinya?

Sekalinya ia mengingat Kiara pernah menyakiti seorang yang sangat baik, Miranda merasa itu semua tidak layak bagi Christian, dia ia ingin segera memulihkan keadaannya seperti semula.

Tidak perlu terburu-buru, tidak lama lagi Christian akan bisa pulih kembali, terlepas dari Kiara.

......

Di ruang makan yang tidak besar, cahaya lampu berwarna kuning menyinari, suasananya sangat tenang dan hangat.

Elisha sudah benar-benar lapar, ia makan dengan lahap sampai tidak berbicara sepatah katapun.

Miranda menjepit makanan dan memakannya, ia mebuka kelopak matanya, tatapannya tertuju pada Christian, ia hanya melihat Christian makan dengan santai, di bawah sinar lampu, auranya terlihat sangat tenang dan damai.

Miranda menggulung bibirnya, lalu berbicara dan memecah keheningan, "Apakah kalian punya ide untuk perkembangan tempat kerja kita ini?"

Mendengar hal itu, Elisha segera menelan makanan yang ada di dalam mulutnya, ia mengangkat tangan, "Aku punya, aku punya."

Melihat Elisha yang begitu terburu-buru, Miranda pun tersenyum, "Elisha, di sini hanya ada kita bertiga, kamu tidak perlu terburu-buru."

Elisha tersenyum dengan canggung, "Maaf, aku terbiasa seperti ini saat rapat di kantor."

"Katakan, kamu punya ide apa?"

"Menurutku, bukankah psikologi manusia mengatakan bahwa kelangkaan meningkatkan harga barang? Terutama para wanita kelas atas, mereka lebih menyukai barang-barang yang berjumlah terbatas, jadi kita bisa memilih untuk bermain di pasar barang mewah yang berjumlah terbatas."

Bicara sampai di sini, dia mengosongkan tenggorokkannya, menirukan suara siaran, satu kata demi satu kata ia berkata, "Bila mencintai seseorang, berikanlah ia sebuah barang yang tidak ada duanya."

Setelah mengatakan hal itu, Elisha langsung melihat ke arah Miranda dan Christian seolah mengharapkan sesuatuu, "Bagaimana? Menurut kalian ideku bagaimana?"

Miranda dan Christian saling melihat, lalu berkata dengan hati-hati, "Elisha, sebenarnya.... idemu bagus. Tapi...."

"Tapi apa?"

"Tapi dengan keadaan kita sekarang ini, bila merk dagang kita belum meraih popularitas, maka akan sulit untuk masuk ke pasar seperti itu."

Ide Elisha sebenarnya adalah ide yang sama seperti apa yang dipikirkan oleh Miranda, tapi ini adalah tujuan setelah perusahaan mulai berkembang.

"Benarkah?" kata Elisha yang tadinya sangat senang sampai berdiri pun duduk lemas, "Kalau begitu, kita harus berperang habis-habisan terlebih dahulu, setelah mendapat popularitas, baru kita pikirkan rencana pengembangan lainnya."

Christian mengangguk, "Benar. Kita baru memulai, tidak bisa mengharapkan terlalu banyak, yang paling benar adalah kita harus berperang habis-habisan terlebih dahulu.

"Christian, lebih baik kamu focus untuk membuat desain saja, urusan lainnya serahkan padaku dan Elisha." kata Miranda tersenyum padanya.

"Baik, aku tahu." kata Christian sambil mengangguk, ia pun berkata lagi, "Sebenarnya hari ini aku sudah menggambar sebuah desain."

"Benarkah?" tanya Miranda dengan sedikit semangat, dengan kemampuan Christian yang seperti ini, Miranda sangat ingin melihat desain milik Christian.

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu