Eternal Love - Bab 74 Benar-benar Ayahku Yang Baik

"Bernando, sakitnya Miranda baru saja membaik, jangan ganggu dia."

Teguran lembut terdengar, Miranda Wen mendongak, suara itu berasal dari ibu mertua, Joyce Qin.

Miranda Wen segera berdiri tegak dan berteriak dengan patuh, "Bu."

Kemarin dia menyuruh dirinya berlutut di aula leluhur. Dia tidak boleh pergi tanpa izinnya. Jika bukan karena demamnya yang tiba-tiba, mungkin entah berapa lama lagi ia harus berlutut untuk membuatnya puas.

Joyce Qin mendekatinya dan bertanya dengan lemah, "Apakah tubuhmu sudah lebih baik?"

Meskipun ekspresinya seperti tidak pedul, tapi bisa mengajukan pertanyaan seperti ini saja, membuat Miranda Wen sangat terkejut.

Miranda Wen tersenyum, "Aku baik-baik saja."

"Baguslah kalau tidak apa-apa." Joyce Qin mengangguk, kemudian ekspresinya menjadi sedikit tidak nyaman, terlihat seperti agak sulit dan berkata: "Masalah kemarin, Bernando bilang bukan kamu yang mendorong Adelina, ibu sudah salah menyalahkanmu. Kamu juga jangan menyalahkanku, aku juga sulit menerima kalau Adelina sudah terluka."

Lantas, kalau sulit menerima, apa harus langsung menuduh orang lain?

Miranda Wen masih sangat dirugikan, tetapi selalu ada senyum tipis di wajahnya, "Bu, bagaimana aku bisa menyalahkanmu?"

Ini bukan pertama kalinya, ibu mertuanya begitu sewenang-wenang dan subyektif, dia tidak pernah mendengarkan penjelasan orang lain, jadi dia sudah terbiasa dengan ini.

Joyce Qin melihat kebugarannya cukup baik, dan berkata: "Minum obatnya kalau sudah makan buburnya, istirahat di rumah selama dua hari. Tidak perlu pergi kantor, ini adalah perintah dari kakakmu."

Perintah dari kakak?

Miranda Wen merasakan hangat dalam hatinya. Ternyata, kakaknya yang benar-benar peduli pada dirinya.

"Jadi, beristirahatlah dengan baik." Joyce Qin mengajak Bernando Ji keluar.

Sambil menunggu pelayan membawakan bubur, Miranda Wen yang merasa bosan, mengambil ponselnya. Begitu layar menyala, dia melihat pesan WeChat dari Rita Tsu.

Dia membukanya dan melihat Rita Tsu bertanya kepadanya kenapa dia tidak pergi bekerja hari ini.

Dia memberitahukan kondisinya, Rita Tsu segera membalasnya: Lalu, Wakil Direktur, bagaiamana kondisi tubuhmu sekarang?

Melihat pesan ini, dia bisa membayangkan betapa terkejutnya ekspresi Rita Tsu ketika dia mengirimkannya. Dia tersenyum, menggelengkan kepalanya, menekan keyboard di layar ponselnya dengan cepat.

Tubuhku sudah jauh lebih baik sekarang, aku bisa kembali bekerja setelah istirahat selama dua hari. Bagaimana kabar perusahaan hari ini?

Setelah beberapa saat, Rita Tsu kembali membalasnya: Kalau begitu, Wakil Direktur beristirahatlah dengan baik. Hari ini, Direktur sudah datang ke perusahaan, menyelesaikan segalanya dengan baik dan benar. Wakil Direktur tenang saja, fokus dulu saja untuk proses pemulihan tubuhmu.

Lagi-lagi kakak tertuanya itu!

Miranda Wen memegang ponselnya di dadanya, hatinya terasa sangat manis, bibirnya pun langsung melengkungkan senyuman.

Pelayan itu berjalan dengan semangkuk bubur, dia bertanya saat melihatnya tersenyum manis di atas tempat tidur, "Nyonya Muda, apa Nyonya ada hal yang begitu menggembirakan? Kenapa tersenyum begitu bahagia?"

Miranda Wen tenggelam dalam dunianya sendiri, ia terkejut oleh suara pelayan itu dan memalingkan kepalanya dan melihatnya.

Pelayan itu tahu keadaannya, dengan cepat mengubah topik pembicaraan, "Nyonya Muda, makanlah buburnya selagi panas."

Setelah mengatakan itu, setelah memberinya bubur, pelayan itu pun bergegas keluar.

……

Setelah memakan bubur, kepala Miranda Wen terasa sedikit pening, ia ingin kembali berbaring dan terus beristirahat.

Tiba-tiba telepon berdering, dia mengerutkan kening, melihatnya. Ekspresi wajahnya langsung masam, tatapannya dingin saat melihat panggilan telepon itu.

Begitu dia mengangkatnya, terdengar suara cemas dari ujung ponselnya, "Miranda, apa kamu ada di kantor? Bisakah kamu keluar? Ayah ingin bicara denganmu."

"Apakah ada sesuatu?" Bagi Melvin Wen, tidak terdengar nada yang baik dari ucapan Miranda Wen.

"Bukan apa-apa, hanya untuk melihat apakah kamu baik-baik saja atau tidak."

Ketika suara munafik Melvin Wen terdengar, Miranda Wen merasa jijik dan mencibir, "Kamu sedang memedulikanku?"

Sikapnya tidak menyenangkan Melvin Wen, tetapi dia tidak berani untuk menyerang. Dia hanya bisa mengejek dan berkata, "Kamu adalah putriku, bukannya sudah seharusnya aku memedulikanmu? Aku..."

"Bicaralah, sebenarnya ada apa? Kalau tidak ada apa-apa akan aku tutup." Miranda Wen memotongnya.

Begitu mendengar Miranda Wen akan menutup telepon, Melvin Wen cemas, "Jangan menutup teleponnya, aku akan mengatakannya, akan mengatakannya."

Miranda Wen meletakkan ponsel di telinganya, melihat ke depan, tanpa sedikit pun sikap hangat dari dirinya.

"Miranda, karena adikmu, keluarga Ji tidak mau memberiku pergantian modal selama periode ini, yang mengarah ke situasi yang sangat buruk bagi perusahaan."

Miranda Wen tidak mengatakan apa-apa, hanya mendengarkannya dan berkata, "Aku mendengar dari adikmu, masalah Adelina Gu, dia benar-benar tidak sengaja, jadi kamu dengan baik hati membantu ayahmu, menjelaskannya kepada kakak tertuamu, Sisca tidak sengaja melukai Adelina Gu."

Meskipun dia tahu lebih awal kalau tujuan ayahnya menelepon pasti karena hal yang buruk, tapi begitu mendengar kata-katanya tadi, sejenak Miranda Wen tidak bisa menahan perasaan sedihnya.

Dia mengambil napas dalam-dalam dan bertanya dengan dingin, "Kenapa aku harus membantumu? Bencana itu disebabkan oleh Sisca Wen. Kalau bukan Adelina Gu yang tenggelam, maka dirinya lah yang tenggelam. Sisca Wen ingin membunuhku, apa kamu masih memintaku untuk membantunya memohon ampun?"

"Miranda, adikmu juga tidak sengaja menyenggol." Melvin Wen cemas, "Atau haruskah aku memintanya untuk meminta maaf padamu nanti?"

"Minta maaf?" Miranda Wen mendengus dingin, jantungnya seperti ditempatkan di ruang bawah tanah es. Dia benar-benar sangat dingin. "Aku ditampar, lalu demam tinggi hingga 40 derajat, semuanya karena dia. Aku juga mendapatkan hukuman, menurutmu, apa masalahnya bisa selesai dengan meminta maaf?"

"Kamu benar-benar ayahku yang baik, karena keegoisanmu, seluruh hidupku sudah hancur, apakah kamu masih ingin mendapatkan apa yang kamu inginkan? Aku beritahu kamu, jangan mengandalkan aku dalam hal ini, aku tidak begitu disukai di keluarga Ji!"

Dalam satu tarikan napas, ia mengatakan segalanya, dia langsung menutup telepon tanpa menunggu Melvin Wen berbicara di sana.

Setelah itu, dia hanya merasakan kesedihan di hatinya, hidungnya terasa sangat masam, dia mendongak dan berkata pada dirinya sendiri, dia tidak boleh menangis, tidak pantas menangisi orang seperti itu.

Dari awal hingga akhir, bagi ayahnya, dia hanyalah alat yang digunakan olehnya, alat yang bisa diperdagangkan, tidak ada jejak kasih sayang sama sekali. Kalau ada sedikit kasih sayang, tidak mungkin sampai membiarkannya menikah dengan seseorang yang sangat bodoh itu.

Dia benar-benar kecewa dengan Melvin Wen, dia sudah menikah dengan keluarga Ji, apakah keluarga Wen dalam mati atau hidup, mereka sudah tidak ada hubungannya lagi dengan dia.

Pada titik ini dalam kehidupan keluarga Wen saat ini, mereka semua menyalahkan diri mereka sendiri, mereka tidak bisa menyalahkan siapa pun.

Sore berikutnya, Melvin Wen membuat beberapa panggilan lagi kepadanya, tetapi dia membiarkan dering ponselnya terus berdering, ia tidak ingin menjawab panggilan dari siapa pun di keluarga Wen.

Pada akhirnya, telepon akhirnya pulih dengan tenang dan ia pun kembali tidur.

Ketika bangun, hari sudah gelap di luar jendela, pelayannya menyajikan makanan dan mengatakan kepadanya bahwa Nona Adelina sudah pulang.

Berita ini tidak diragukan lagi membuat hati Miranda yang diselimuti kabut sedih sore tadi, langsung kembali cerah.

Miranda Wen menyukai gadis kecil itu, Miranda Wen sangat menyukai Adelina Gu. Dia menyelamatkannya kemarin, Miranda sangat takut saat melihat wajahnya membiru. Walaupun bukan dirinya yang mendorongnya, tapi dirinya juga memiliki tanggung jawab juga.

Untungnya, tidak terjadi apapun kepadanya.

Novel Terkait

Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu