Eternal Love - Bab 207 Bukankah Sudah Memutuskan Hubungan

Melihat bibir Miranda Wen yang merah, Alberto Ji ingin menekan wanita itu ke dinding dan menciumnya, tapi mana mungkin itu? Pergerakan di tubuh bagian bawahnya membuatnya sedikit gila, dan dia perlu menyegarkan diri dengan air dingin.

Alberto Ji mendorong mi panas dari hadapannya dan berkata, "Kamu makan sendiri saja. Aku tidak lapar lagi." setelah itu langsung naik ke lantai atas.

Meninggalkan Miranda Wen yang kebingungan. Apakah dia salah bicara? Kenapa tiba-tiba menjadi dingin? Mi yang wangi tiba-tiba menjadi tidak enak.

Keesokan paginya.

Miranda Wen turun ke bawah pagi-pagi. Setelah bangun tidur, dia menjadi segar dan bersemangat.

Alberto Ji yang duduk di meja makan terlihat dingin. Miranda Wen juga tidak berani banyak bertanya, hanya bisa bertatapan di saat Alberto Ji berkata, "Ada urusan di perusahaan. Pergi duluan ya.". Kakak marah padanya lagi?

Bernando Ji yang ada di samping menatap Miranda Wen dan tersenyum, "Apakah istriku juga sudah mau berangkat kerja?"

Miranda Wen menoleh menatap Bernando Ji yang patuh. Miranda Wen seketika merasa bersalah. Bukankah dia adalah istri Bernando?

"Iya, benar. Sudah mau berangkat kerja. Bernando harus patuh ya. Setelah aku pulang kerja aku bawakan snack padamu, ya?"

"Benarkah? Kalau begitu aku tunggu kamu ya."

Ketika mendengar snack, Bernando Ji seketika berubah seperti anak yang mendapat permen, menari-nari dengan senang. Melihat anaknya berubah senang, ekspresi wajah Joyce Qin juga berubah jauh lebih senang.

"Ingat yang kamu katakan, jangan biarkan Bernando menunggu sendirian lagi."

"Tenang saja ibu, aku pergi bekerja dulu ya." setelah mengangguk patuh, Miranda Wen pun berdiri.

..........

Baru saja sampai di perusahaan, ponselnya berbunyi di saat yang tidak tepat.

Ketika melihat layar, ternyata dari Melvin Wen.

Ingin menekan tombol tolak, tapi setelah ragu sebentar tetap memilih mengangkatnya.

"Bukankah bilang memutuskan hubungan? Kenapa telepon ke sini lagi?"

"......" di ujung sambungan jelas sekali ragu untuk satu detik, tapi kemudian berkata, "Miranda, minggu ini kamu pulang sekali yuk. Ayah ulang tahun ke-50. Sampai nanti akan ada ...."

"Kenapa? Oh bukan, seharusnya atas hak apa?"

Miranda Wen tertawa dingin. Apa yang orang itu berikan pada putrinya? Hanya mendapatkan keuntungan sebanyak munkin, selain itu tidak pernah menganggapnya sebagai putri juga. Bagi Melvin Han, putrinya hanya ada Sisca Wen seorang kali.

"Kamu sudah bukan Miranda Wen lagi, melainkan Nyonya Muda Kedua dari Keluarga Ji. Kalau begitu tidak apa-apa juga 'kan kalau tidak datang?"

Perkataan sudah keluar, dan nada bicaranya juga tidak ada maksud palsu seperti tadi lagi. Miranda Wen terdiam dan tersenyum ringan, "Kalau begitu, harap lain kali saat telepon langsung panggil aku Nyonya Muda Kedua Ji saja, kamu tidak layak memanggil nama Miranda."

Setelah itu Miranda Wen menutup sambungan dengan cepat. Sedangkan Melvin Han yang ada di ujung sambungan menatap ponsel dengan marah.

Beberapa prinsip Melvin Wen, sekarang dia bukan hanya seorang diri saja. Pernikahan adalah perikatan kedua keluarga. Dia mewakili Keluarga Ji. Karena ulang tahun ke-50, maka hadiahnya juga tidak boleh asal-asalan.

Miranda Wen menggelengkan kepala, seperti dengan seperti ini, bisa menghilangan ketidaksenangan tadi dari otaknya, lalu berjalan masuk ke dalam hall dengan sombong. Baru saja duduk di meja kerja, ponselnya bergetar, dan masuk sebuah pesan singkat.

"Miranda, aku adalah Jasline. Apa hari ini setelah pulang kerja kamu ada waktu? Ada ulang tahun teman, aku ingin pergi membelikan hadiah dan merasa pilihanmu bagus. Apa kamu bisa menemaniku pergi?"

Ternyata adalah Jasline Xie. Sejak pertemuan waktu itu, Miranda Wen sudah menjadi teman baik dengan Jasline Xie. Kebetulan dia juga mau beli hadiah, kalau begitu bisa bersama dengannya.

Hanya saja teringat pada masalah akhir-akhir ini, dia sudah cukup lama tidak melihat Dessie, jadi dia hanya bisa menjawab, "Setelah pulang kerja ingin pergi menjenguk orang di rumah sakit. Tidak akan terlalu lama. Setelah selesai kita langsung ketemu di mall saja."

Baru saja mengirim pesan, langsung ada balasannya. "Ok, ok." Kelihatannya Jasline Xie ini benar-benar menganggap dirinya teman.

Pulang kerja lebih awal dan langsung ngebut sepanjang jalan.

"Nona Wen, datang menjenguk adikmu lagi."

Perawat yang melewatinya menyapanya dengan hangat. Miranda Wen menatap Dessie Wen yang terbaring di atas ranjang dengan pucat dan berharap dalam hati kalau dia saja yang merasakan rasa sakit itu. Tidak tahu kapan Dessie baru bisa bangun.

"Nona Wen, tenang saja, adikmu seharusnya sudah akan bangun."

Yang bicara adalah dokter Dessie Wen dan nada bicaranya selalu dapat membuat Miranda Wen tenang, "Benarkah dokter? Terima kasih banyak dok."

Setelah itu, Miranda Wen membeli snack dulu kepada Bernando Ji dan langsung pergi ke mall.

Porsche merah yang sama berhenti di parkiran mall, dan Jasline Xie berdiri di samping dengan anggun.

Keduanya bertatapan dan tersenyum lalu masuk ke dalam.

"Jasline hari ini cantik sekali ya."

"Tentu saja. Berkencan dengan wanita cantik mana mungkin tidak berdandan cantik?"

Miranda Wen semakin merasa klop dengan orang di hadapannya.

.............

"Pen Montblanc ini sangat cocok untuk temanmu."

"Untung ada kamu, kalau tidak aku pasti akan memberikan hadiah yang tidak berguna dan sama sekali tidak bermakna lagi untuknya."

Jasline Xie melingkarkan tangan dengan puas ke lengan Miranda Wen dan memuji hadiah yang terbungkus cantik dengan puas. Miranda Wen yang teringat pada telepon pagi tadi, mengerutkan dahi.

Jasline Xie bertanya, "Ada apa? Apakah ada yang tidak nyaman?"

"Bukan, bukan, kamu sudah salah paham. Hanya saja teringat pada salah satu anggota keluargaku yang sudah tua yang akan ulang tahun minggu ini. Tidak tahu harus membeli apa."

"Di sana ada karya seni. Kamu mau lihat atau tidak?"

Setelah mendengar saran Jasline Xie, mata Miranda Wen menyala terang.

Mereka lihat-lihat sebentar di daerah karya seni lantai lima, lalu Miranda Wen memutuskan membeli layar batu giok yang mendapat pujian paling besar dalam toko dan juga giok tanpa cacat yang diatasnya terukir tulisan panjang umur dan pohon pinus. Orang yang tidak tahu, malah mengira itu adalah hiasan pembukaan hotel.

Hadiah yang kuno dan tidak berguna ini tidak tahu diberikan kepada siapa. Kalau bukan tadi menemani Jasline Xie membeli hadiah yang wajar, Miranda Wen pasti mengira dirinya adalah orang kaya baru.

Setelah selesai bayar, mereka keluar dari toko sambil tertawa riang.

Baru saja keluar dari toko, dia melihat Violet Qin dan beberapa perempuan asing yang sambil mengobrol dan tertawa berjalan masuk dari seberang, sudah tidak sempat lagi menghindar, hanya bisa memaksa bertemu saja.

Jasline Xie jelas sekali sedikit gugup. Orang-orang bersama Violet Qin itu bukan termasuk berasal dari keluarga kaya, tapi mereka hari ini ada banyak orang, sedangkan di sini hanya ada Miranda Wen dan dirinya, takutnya akan kalah.

Merasa perempuan di sampingnya gugup, Miranda Wen menarik kecil Jasline Xie ke belakangnya, lalu menepuk-nepuk tangan Jasline Xie, "Jangan takut, ada aku."

"Yo, bukankah ini adalah adik iparku? Kenapa kebetulan sekali. Apa jalan-jalan sendiri?" suara Violet Qin sangat manis, tapi kedengarannya malah sangat menjijikan.

Miranda Wen langsung tertawa dan berkata, "Iya nih, apa Nona Qin juga datang jalan-jalan? Bukan kali, kenapa aku merasa Nona Qin seharusnya pergi ke rumah sakit untuk membuat kacamata dulu."

Dibalas seperti ini, Violet Qin langsung malu, tapi karena statusnya sebagai nona keluarga kaya, hanya bisa berkata sambil mengerutkan dahi, "Adik ipar benar-benar sangat besar hati ya, tidak pendendam. Tidak tahu kalian adalah teman sebaik apa, tapi sebenarnya, dia adalah orang yang pandai menyakiti orang lain."

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu